Potensi Megatsunami Meningkat Dampak Gletser Mencair

Jakarta -

Pantai timur Greenland dilanda tsunami dahsyat pada September 2023. Megatsunami ini dipicu tanah longsor besar yang memasuki area Dickson Fjord yang tak berpenghuni. Tsunami yang diakibatkannya setinggi 200 meter, setara dengan lebih dari 40 bus tingkat.

Untungnya, saat itu tidak ada yang terluka. Meski demikian, dampaknya sangat merusak, salah satunya yakni hancurnya pangkalan militer.

Kini, analisis data seismik yang terkait dengan peristiwa tersebut telah mengungkap bahwa tsunami tersebut menghasilkan gelombang berdiri, yang terus menghantam maju mundur di dalam fjord sempit yang berlangsung sepekan penuh.

Dikutip dari The Guardian, ahli geofisika Angela Carrillo-Ponce dari GFZ German Research Center for Geosciences di Potsdam, Jerman, menganalisis data seismik yang direkam di stasiun pemantauan gempa yang berjarak lebih dari 5.000 km. Ia menemukan sinyal tersebut bertahan lama setelah peristiwa tanah longsor yang terjadi 16 September 2023.

Dengan menggunakan citra satelit dan pemodelan komputer, Ponce dan rekan-rekannya dapat mengonfirmasi keberadaan gelombang berdiri setinggi sekitar 1 meter yang berlangsung selama lebih dari seminggu.

Temuan mereka, yang diterbitkan dalam The Seismic Record, memperingatkan bahwa perubahan iklim mempercepat pencairan gletser dan lapisan es di Greenland, sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya tanah longsor dan megatsunami berikutnya.

Peristiwa serupa dengan skala yang lebih kecil telah diamati beberapa kali dalam beberapa tahun terakhir, antara lain longsoran batu di Karrat Fjord di Greenland barat pada tahun 2017. Saat itu, longsoran memicu tsunami yang membanjiri desa Nuugaatsiaq, menghancurkan 11 rumah dan menewaskan empat orang.

(rns/rns)