• Home
  • Berita
  • Jepang Krisis Penurunan Angka Kelahiran, Perdana Menteri Cemas

Jepang Krisis Penurunan Angka Kelahiran, Perdana Menteri Cemas

Redaksi
Mar 03, 2023
Jepang Krisis Penurunan Angka Kelahiran, Perdana Menteri Cemas

Angka kelahiran di Jepang anjlok ke rekor terendah. Menurut statistik yang dirilis Kementerian Kesehatan Jepang, ada 799.728 kelahiran pada tahun 2022, jumlah terendah dalam catatan dan penurunan pertama di bawah 800.000.

Sebagai perbandingan, seperti dikutip detikINET dari CNN, Jepang mencatat lebih dari 1,5 juta kelahiran pada tahun 1982. Jepang juga melaporkan rekor tertinggi kematian pasca perang tahun lalu, lebih dari 1,58 juta.

Kematian telah melampaui kelahiran di Jepang selama lebih dari satu dekade. Negeri Sakura pun menghadapi populasi lansia yang membengkak, tenaga kerja yang menyusut serta naiknya dana pensiun dan perawatan kesehatan karena populasi menua.

Populasi Jepang terus menurun sejak ledakan ekonomi tahun 1980-an. Tingkat kesuburan sebesar 1,3 jauh di bawah tingkat 2,1 yang dibutuhkan untuk mempertahankan populasi yang stabil.

Negara ini juga memiliki salah satu harapan hidup tertinggi di dunia. Di tahun 2020, hampir satu dari 1.500 orang di Jepang berusia 100 tahun atau lebih. Tren memprihatinkan ini memicu peringatan dari Perdana Menteri Fumio Kishida bahwa Jepang 'di ambang tidak dapat mempertahankan fungsi sosial'.

"Dalam memikirkan keberlanjutan dan inklusivitas ekonomi dan masyarakat kita, kami menempatkan dukungan pengasuhan anak sebagai kebijakan terpenting kami," katanya, menambahkan Jepang tak bisa menunggu lebih lama dalam menyelesaikan masalah angka kelahirannya yang rendah. .

Menurutnya, ini adalah perkara sekarang atau tidak sama sekali untuk membalikkan krisis populasi Jepang. Sebuah badan pemerintah baru akan dibentuk pada bulan April untuk fokus pada masalah ini. Kishida ingin pemerintah menggandakan pengeluarannya untuk program yang berhubungan dengan anak.

Tetapi uang saja mungkin tidak dapat menyelesaikan masalah dengan berbagai faktor berkontribusi terhadap rendahnya tingkat kelahiran.

Biaya hidup yang tinggi, ruang yang terbatas, dan kurangnya dukungan pengasuhan anak di perkotaan membuat membesarkan anak jadi sulit, memicu makin sedikit pasangan yang memiliki anak. Pasangan perkotaan juga seringkali jauh dari keluarga besar di daerah lain, yang bisa membantu memberikan dukungan.

back to top