• Home
  • Berita
  • Unity Ubah Skema Tarif Engine Setelah Diprotes Dev Game

Unity Ubah Skema Tarif Engine Setelah Diprotes Dev Game

Redaksi
Sep 25, 2023
Unity Ubah Skema Tarif Engine Setelah Diprotes Dev Game
Jakarta -

Sekira seminggu setelah mengubah skema tarif penggunaan engine game-nya, Unity kini merombak skema tarif tersebut setelah diprotes developer game.

Perubahan ini sangat signifikan dibanding skema tarif yang diprotes developer game sebelumnya. Terutama pada skema tarif untuk pelanggan Unity Personal, yang kini tak akan dikenakan tarif baru Unity.

Selain itu, Unity juga memperbesar batasan pemasukan game yang dikenakan tarif baru tersebut menjadi USD 200 ribu. Lebih lanjut, semua game yang pemasukannya kurang dari USD 1 juta dalam 12 bulan tak akan dikenakan tarif khusus yang sebelumnya sudah ditetapkan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lalu, Unity juga hanya akan mengenakan tarif untuk game yang dibuat dengan engine game Unity generasi selanjutnya, yang akan dirilis pada 2024. Sebelumnya, mereka akan mengenakan tarif baru untuk semua game yang menggunakan engine game Unity yang sudah ada.

"Kebijakan Runtime Fee hanya akan dikenakan pada permulaan dengan versi LTS yang dirilis 2024 dan selanjutnya. Game anda yang saat ini sudah dikapalkan dan proyek yang sedang dikerjakan saat ini tidak akan dimasukkan (dalam tarif baru) -- kecuali anda memilih untuk memperbarui ke versi baru Unity," kata Marc Whitten, presiden Unity Create, dalam pengumuman aturan baru ini.

Dengan perubahan ini, Unity juga memberikan opsi untuk game yang terkena tarif baru pada 2024 mendatang. Yaitu opsi tarif sebesar 2,5% dari pemasukan game atau dikalkulasi berdasarkan jumlah pengguna game tiap bulannya.

Unity pun mengakui keterbatasannya dalam mengkomunikasikan aturan baru sebelumnya. "Saya ingin memulainya dengan: Saya minta maaf. Kami seharusnya lebih banyak berdiskusi dengan kalian dan kami seharusnya mempertimbangkan lebih banyak masukan dari kalian sebelum mengumumkan kebijakan Runtime Fee yang baru," jelas Whitten.

Seperti yang diberitakan sebelumnya, kalau mereka mengeluarkan sebuah kebijakan yang memancing emosi developer game (13/9). Bahkan kabarnya sampai ada ancaman pembunuhan, karena keputusan yang Unity buat.

Masalahnya itu ada pada skema pembayaran baru yang menganut sistem pay per download. Di sini Unity bakal menagih pembayaran biaya penggunaan game engine, berdasarkan banyaknya game yang diunduh per tanggal 1 Januari 2024.

Untuk biayanya sebesar USD 0,20 atau sekitar Rp 3 ribu, bagi pengembang kecil (member Unity Personal) yang sudah menghasilkan USD 200 ribu atau sekitar Rp 3 miliar pada tahun lalu dan memiliki 200 ribu unduhan.

Sedangkan bagi pengembang besar (member Unity Enterprise), harus bayar USD 0,01 atau sekitar Rp 153. Dengan catatan, pengembang tersebut menghasilkan USD 1 juta atau sekitar Rp 15 miliar pada tahun lalu.



Simak Video " 3 Sosok Game Developer Indonesia yang Dapat Sertifikasi Gaming Global"
[Gambas:Video 20detik]
(asj/fay)
back to top