• Home
  • Berita
  • Hacker Rusia Mau Musnahkan Bukti Kejahatan Perang

Hacker Rusia Mau Musnahkan Bukti Kejahatan Perang

Redaksi
Sep 25, 2023
Hacker Rusia Mau Musnahkan Bukti Kejahatan Perang
Jakarta -

Intelijen Rusia disebut menggunakan hacker untuk mengincar sistem komputer badan penegak hukum di Ukraina.

Target utamanya adalah mengidentifikasi dan mencuri bukti-bukti terkait tudingan kejahatan perang ke Rusia. Hal ini diungkap Yurii Shchyhol, pemimpin State Service of Special Communications and Information Protection (SSSCIP), badan yang menangani pertahanan siber di Ukraina.

"Terjadi perubahan arah, dari yang berfokus ke fasilitas energi menjadi institusi penegak hukum, yang sebelumnya jarang menjadi target (peretasan)," kata Shchyhol, seperti dikutip detikINET dari Reuters, Senin (25/9/2023).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Perubahan ini mengarah ke pengadilan, jaksa, dan badan penegak hukum, yang menunjukkan kalau hacker sedang mengumpulkan bukti-bukti terkait kejahatan perang Rusia di Ukraina," tambahnya.

Aksi spionase ini akan diungkap dalam laporan SSSCIP mendatang, yang akan dipublikasikan dalam waktu dekat.

Dalam laporan tersebut, SSSCIP juga menyebut hacker berusaha mengumpulkan informasi terkait warga Rusia yang ditangkap di Ukraina. Tujuannya kemungkinan adalah untuk membantu individu tersebut akan tak terkena hukuman dan bisa kembali kr Rusia.

"Hacker yang kami identifikasi beraksi di aktivitas ini adalah bagian dari GRU dan FSB, badan intelijen Rusia," tambah Shchyhol.

Kementerian Luar Negeri Rusia dan Federal Security Service (FSB) tak merespon permintaan tertulis dari Reuters untuk mengomentari kabar ini. Sementara badan intelijen militer GRU tidak bisa dihubungi untuk dimintai komentarnya.

Shchyhol menolak mengungkap identitas hacker yang melakukan aksi ini atas alasan keamanan. Namun yang jelas jumlah insiden serangan siber dalam pantauan SSSCIP meningkat 123% dalam pertengahan tahun pertama 2023 dibanding pertengahan tahun kedua 2022.

Ia pun menyebut hacker Rusia menjadikan badan pemerintahan sebagai prioritas dan berusaha mencari akses ke server email mereka.

Sebelumnya ada juga International Criminal Court (ICC) di Hague, Belanda, mengaku mendeteksi adanya aktivitas tak biasa di jaringan komputer mereka pada akhir minggu lalu. Tak diketahui siapa yang ada di balik aksi tersebut.

ICC menjadi ramai dalam pemberitaan pada Maret lalu setelah mereka mengeluarkan perintah penangkapan untuk Presiden Rusia Vladimir Putin atas dugaan deportasi ilegal pada anak-anak dari Ukraina. Kremlin menolak tuduhan dan jurisdiksi ICC tersebut.



Simak Video "Hati-hati! Dua Spyware Ini Ngumpet di Play Store"
[Gambas:Video 20detik]
(asj/fay)
back to top