Polusi Udara Bisa Jadi Solusi Pemanasan Global, Begini Penjelasannya
Masalah polusi udara tampaknya semakin menjadi, terutama di Jakarta. Presiden Joko Widodo sampai turun tangan untuk menjawab keresahan masyarakat atas dampaknya terhadap kesehatan. Namun sebuah studi menyebut polusi udara justru bisa menjadi solusi pemanasan global. Kok, bisa?
Pencemaran udara biasanya berhubungan dengan kerusakan lingkungan dan menjadi salah satu pemicu pemanasan global. Pasalnya, meningkatnya polutan yang tersisa di atmosfer akan terakumulasi di atmosfer, kemudian membuat suhu Bumi naik dan memerangkap panas seperti selimut. Pada akhirnya, hal ini mengakibatkan suhu udara di seluruh dunia meningkat.
Namun, buku 'The Uninhabitable Earth' (Bumi yang Tak Dapat Dihuni) karya David Wallace-Wells mengungkapkan hal sebaliknya. Menurut jurnalis Amerika yang dikenal karena tulisannya tentang perubahan iklim ini, partikel aerosol yang terkandung di dalam polusi udara bisa menjadi solusi alternatif dalam upaya mendinginkan suhu Bumi.
Pada tahun 2016, 195 negara di dunia menandatangani Perjanjian Paris untuk menekan kenaikan suhu di angka 2 derajat Celsius. Angka itu dianggap sebagai batas ideal antara masa depan yang nyaman bagi makhluk Bumi dengan masa depan penuh bencana.
Hal ini dikarenakan kenaikan suhu 1,5 derajat Celcius saja dapat meningkatkan presentasi terjadinya banjir hingga 260%. Dampak lebih parah bisa terjadi jika suhu Bumi mengalami kenaikan di atas 2 derajat Celcius.
Jika suhu Bumi naik di atas 2 derajat Celcius, kita akan mengalami defisit pangan, kota-kota akan tenggelam, hasil panen berkurang hingga 50%, Bumi menjadi tidak bisa didiami, serta penghuni beberapa daerah tropis bisa 'terpanggang' akibat suhu ekstrem.
"Menghilangkan emisi karbon tidak akan cukup untuk mencegah pemanasan global. Karbon yang sudah dihasilkan akan tetap ada di udara untuk waktu yang cukup lama, hal ini membuat suhu Bumi akan tetap memanas," kata Wallace dalam bukunya.
Ia menyebutkan, ilmuwan menemukan dua cara dalam mengatasi pemanasan global, yaitu dengan Carbon Capture and Storage (CCS) atau dengan sengaja mencemari udara menggunakan polusi.
"CCS bekerja dengan menangkap dan menyimpan karbon. Namun sayangnya, CCS membutuhkan biaya yang tidak murah dan karena karbon yang menyebar secara merata, maka diperlukan jumlah CCS yang tidak sedikit," tulisnya.
Ilmuwan pun menjadikan polusi udara sebagai alternatif yang lebih terjangkau dan bisa digunakan secepatnya. Kandungan aerosol yang ada di dalam polusi, dinilai mampu memantulkan cahaya Matahari untuk kembali ke angkasa. Cara ini diklaim mampu mengurangi kenaikan suhu hingga setengah derajat Celsius bahkan lebih.
Tentu, polusi memiliki dampak buruk bagi kesehatan kita. Namun jika diberikan pilihan antara bencana alam sebagai akibat pemanasan global atau kesehatan yang memburuk karena polusi udara, kalian lebih memilih apa?
*Artikel ini ditulis oleh Khalisa Fitri, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
Simak Video "Pilot Garuda Tunjukkan Langit Jakarta yang Penuh Polusi"
[Gambas:Video 20detik]
(rns/rns)