• Home
  • Berita
  • Meta Hapus Kampanye Propaganda yang Berasal dari Israel dan China

Meta Hapus Kampanye Propaganda yang Berasal dari Israel dan China

Redaksi
May 31, 2024
Meta Hapus Kampanye Propaganda yang Berasal dari Israel dan China
Jakarta -

Meta Platform Inc. dilaporkan telah menghapus ratusan akun Facebook yang terkait dengan kampanye pengaruh terselubung yang berasal dari China, Israel, Iran, Rusia, dan sejumlah negara lain.

Menurut laporan Ancaman Triwulan Meta, beberapa dari negara tersebut juga menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk menghasilkan konten disinformasi.

Meta yang merupakan induk perusahaan dari Facebook, Instagram dan WhatsApp telah melihat para pelaku ancaman menggunakan AI untuk menghasilkan gambar, video dan teks palsu dalam upaya memengaruhi pengguna di situsnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, Meta mengatakan bahwa penggunaan AI generatif tidak memengaruhi kemampuan perusahaan untuk mengganggu jaringan tersebut.

Di antara kampanye disinformasi tersebut, Meta menemukan jaringan penipuan dari China yang membagikan gambar poster yang dihasilkan AI dari gerakan pro-Sikh fiktif, dan jaringan yang berbasis di Israel memposting komenta yang dihasilkan AI, memuji militer Israel di bawah halaman organisasi media dan tokoh masyarakat.

ADVERTISEMENT

Meta mengatakan bahwa mereka telah menghapus banyak dari jaringan tersebut sebelum dapat membangun audiens di antara komunitas yang sebenarnya.

"Saat ini kami tidak melihat generative AI digunakan dengan cara yang sangat canggih," kata David Agranovich, Policy Director of Threat Disruption di Meta yang dikutip detikINET dari Bloomberg.

Ia menambahkan bahwa taktik seperti membuat foto profil yang dihasilkan oleh AI atau menggunakan kecerdasan buatan untuk menghasilkan konten spam dalam jumlah besar, sejauh ini belum efektif.

"Tetapi kita tahu bahwa jaringan-jaringan ini pada dasarnya bermusuhan. Mereka akan terus mengembangkan taktik mereka seiring dengan perubahan teknologi," lanjutnya.

Perusahaan media sosial seperti Facebook, TikTok milik ByteDance Ltd. dan X milik Elon Musk telah berjuang melawan masuknya konten palsu dan menyesatkan yang dihasilkan oleh AI di situs mereka.

Tahun ini saja, audio rekayasa dari Presiden AS Joe Biden dan gambar-gambar palsu tentang konflik Israel-Hamas beredar di media sosial dan ditonton jutaan orang.

Nick Clegg, President of Global Affairs Meta, telah bersuara lantang tentang perlunya mendeteksi dan memberi label pada konten yang dihasilkan AI, terutama saat perusahaan bersiap untuk siklus pemilihan umum 2024.

Pemilu global akan berlangsung di lebih dari 30 negara tahun ini, termasuk di banyak tempat di mana aplikasi milik Meta digunakan secara luas, seperti Amerika Serikat, India, dan Brasil.

Clegg mengatakan bahwa menciptakan standar industri seputar watermarking adalah tugas paling mendesak yang mereka hadapi saat ini. Meta telah mengembangkan kemampuan untuk mendeteksi dan melabeli gambar yang dibuat oleh alat dari perusahaan AI seperti Google dan OpenAI milik Alphabet Inc.

Mereka juga telah mulai menambahkan penanda yang terlihat pada beberapa gambar serta yang tidak terlihat dan mengidentifikasi informasi dalam file gambar.

Meta baru-baru ini memperbarui kebijakannya untuk memberi label pada konten yang menyesatkan di situsnya yang dihasilkan oleh AI, ketimbang menghapusnya. Perusahaan ini juga mengharuskan pengiklan untuk mengungkapkan kapan mereka menggunakan AI untuk membuat iklan Facebook atau Instagram yang terkait dengan masalah sosial, pemilihan umum, atau politik, tetapi perusahaan ini tidak melakukan pengecekan fakta terhadap iklan politik yang dibuat oleh para politisi.



Simak Video "Meta Buka Suara Seusai Dituding Jual Obat Terlarang oleh AS"
[Gambas:Video 20detik]
(jsn/rns)
back to top