• Home
  • Berita
  • Manusia Makan Kucing, Rubah dan Luwak 10.000 Tahun Lalu

Manusia Makan Kucing, Rubah dan Luwak 10.000 Tahun Lalu

Redaksi
Jan 07, 2025
Manusia Makan Kucing, Rubah dan Luwak 10.000 Tahun Lalu
Jakarta -

Para arkeolog menemukan tulang belulang hewan karnivora yang diperkirakan ada sejak awal Neolitikum, di Levant. Analisis awal, sisa hewan-hewan tersebut adalah sisa pembuatan baju. Namun, muncul dugaan lain, yaitu sisa hewan itu ada karena mereka dimasak sebagai makanan. Bukan ayam, hewan tersebut termasuk kucing liar hingga rubah.

Melansir IFLScience, Selasa (7/1/2024) sekitar 15.000 hingga 11.700 tahun yang lalu, selama periode Epi-Paleolitikum akhir, para pemburu dan pengumpul di Levant mulai beralih ke pertanian dan peternakan. Kemudian, ada momen penting dalam sejarah manusia yang dikenal sebagai 'Revolusi Neolitikum'.

Pada saat itu, orang-orang mulai memburu lebih sedikit spesies hewan buruan besar, seperti rusa merah (Cervus elaphus), dan lebih memilih spesies yang lebih kecil, seperti rusa, dan mamalia lainnya, serta hewan yang lebih kecil, seperti burung dan ikan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kendati demikian, di antara banyak tulang yang ditemukan di situs-situs ini, para peneliti juga menemukan sisa-sisa berbagai spesies karnivora kecil. Misalnya, sekitar 11.660 hingga 10.000 tahun yang lalu, tulang-tulang rubah merah (Vulpes vulpes) sering muncul dalam catatan arkeologi. Bahkan terkadang jumlahnya lebih banyak daripada tulang-tulang hewan buruan seperti babi hutan dan rusa.

Di situs lain di Levant, sisa-sisa kucing liar (Felis silvestris lybica) juga memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kumpulan hewan, meskipun jumlahnya jauh lebih sedikit daripada rubah merah.

ADVERTISEMENT

Di masa lalu, tulang-tulang ini dianggap sebagai sisa dari pemburu bulu, atau tulang dan gigi untuk tujuan simbolis. Karena itu, kemungkinan bahwa mereka dibunuh untuk diambil dagingnya sempat diabaikan para arkeolog.

Nah, dalam penelitian terbaru, Shirad Galmor dan rekan-rekannya menyelidiki tulang-tulang hewan yang ditemukan di situs Aḥihud yang berusia 10.000 tahun di Galilea Barat. Tim mengidentifikasi tulang-tulang rubah, kucing hutan, dan kelinci Cape. Menggunakan asam asetat untuk menghilangkan lapisan kerak kapur, tulang itu kemudian dicuci dengan air dan diperiksa di bawah mikroskop. Tujuannya agar mereka dapat diklasifikasikan ke dalam taksonomi masing-masing.

Tim menemukan total 1.244 tulang yang dibongkar dan menghitung bahwa sekitar 30% dari tulang-tulang tersebut di daerah dengan rumah-rumah adalah milik rusa gunung, sementara 12% adalah milik rubah merah. Sementara itu, tulang-tulang rubah merah, kucing hutan, beech martens (Martes foina), luwak Mesir (Herpestes ichneumon), luwak Eropa (Meles meles), dan mustelida lainnya masuk ke dalam 16% dari temuan tersebut.

Lebih lanjut, banyak tulang yang mengandung bukti pemotongan daging, termasuk ditemukannya bekas pisau.

"Lebih dari 52% bekas sayatan pada sisa-sisa rubah dapat dikaitkan langsung dengan aktivitas pemotongan (pemotongan & pemotongan fillet), berdasarkan lokasi dan morfologinya. Sembilan dari 10 bekas sayatan ini ditemukan pada tulang lengan atas dan tulang paha," tulis tim peneliti pada studi yang telah dipublikasikan di Environmental Archaeology ini.

"Bekas sayatan pada tulang lengan atas dan tulang paha tidak pernah disebabkan oleh aktivitas menguliti," lanjut tim.

Untuk kucing liar, sekitar 83% bekas pisau terkait dengan pemotongan dan semuanya terletak pada tulang kaki hewan. Sisa bekas pisau dikaitkan dengan pengulitan.

Selain itu, ditemukan pula bekas luka bakar pada tulang karnivora dengan tingkat yang sama. Hampir 56% bekas luka bakar yang ditemukan pada tulang rubah merah terletak di tungkai mereka, sedangkan bekas luka bakar pada kucing liar terlokalisasi di bagian atas tungkai mereka. Hasilnya sangat menunjukkan bahwa rubah dan kucing liar dicari sebagai sumber makanan, bukan hanya untuk bulunya.

"Penduduk Aḥihud memburu karnivora kecil, khususnya rubah dan kucing liar, untuk memanfaatkan sisa-sisa hewan tersebut secara ekstensif. Mereka menguliti bulunya, mengambil dagingnya untuk makanan, dan mungkin memanfaatkan sisa-sisa hewan tersebut untuk keperluan lain, seperti membuat perkakas dari tulang dan ornamen," simpul tim peneliti.



Fakta Temuan Manik-manik Berusia 11 Ribu Tahun

Fakta Temuan Manik-manik Berusia 11 Ribu Tahun


(ask/ask)
back to top