• Home
  • Berita
  • Kelemahan Internet Starlink, Rentan Gangguan dan Harganya Mahal

Kelemahan Internet Starlink, Rentan Gangguan dan Harganya Mahal

Redaksi
May 15, 2024
Kelemahan Internet Starlink, Rentan Gangguan dan Harganya Mahal
Jakarta -

Beroperasinya Starlink menyasar pelanggan ritel di Indonesia akan turut membantu pemerataan akses internet yang tengah menjadi pekerjaan rumah selama ini. Hanya saja, layanan internet berbasis satelit itu rawan gangguan.

Gangguan yang dimaksud seperti yang berkaitan dengan atmosfer maupun cuaca. Contohnya, badai matahari yang belum lama menerjang Bumi turut mempengaruhi performa Starlink karena wahana tersebut berada di posisi orbit rendah Bumi atau low earth orbit (LEO).

Bahkan, CEO SpaceX Elon Musk mengabarkan dampak badai matahari yang bikin Starlink nyaris tumbang. Pihak perusahaan langsung mengatasi persoalan tersebut dan sudah dinyatakan aman layanannya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rentan Gangguan

Pengamat telekomunikasi dari ITB, Agung Harsoyo, mengatakan komunikasi satelit Starlink ke konsumen menggunakan frekuensi KU band. Secara natural, frekuensi tersebut rentang terhadap uap air, sehingga ketika hujan kemungkinan besar bisa terjadi gangguan komunikasi. Karena kendala alam tersebut akan mempengaruhi secara signifikan kapasitas dan kualitas Starlink.

ADVERTISEMENT

Agung menjelaskan, setiap teknologi telekomunikasi memang memiliki keunggulan dan kekurangan masing-masing. Teknologi telekomunikasi non teresterial seperti Starlink, memiliki kemudahan kecepatan penggelaran dalam menyediakan layanan broadband di daerah yang sulit dijangkau oleh layanan teresterial, seperti layanan fiber to the home (FTTH) maupun selular.

"Starlink yang berada di ketinggian lebih dari 550 km di atas permukaan Bumi dan komunikasinya menggunakan frekuensi dan infra red, tentu akan mengalami kendala ketika ada gangguan alam seperti ketika badai matahari atau terjadi hujan lebat," ujar Agung dalam pernyataan tertulisnya, Rabu (15/5/2024).

"Apa lagi kemungkinan badai matahari masih akan terjadi dan memakan waktu yang lama, membuat potensi layanan Starlinik terganggu cukup besar. Mengandalkan Starlink untuk komunikasi utama bagi critical mission sangat berisiko," ucap Agung menambahkan.

Harga Layanan Internet Starlink Mahal

Kendala lainnya yang dimiliki Starlink adalah masih mahalnya teknologi satelit dan peluncurannya., dimana hal itu dikompensasikan terhadap layanan broadband miliknya. Sebagai contoh untuk layanan residensial, Starlink mematok harga Rp 750 ribu. Itu belum termasuk biaya pembelian perangkat yang mencapai Rp 7,8 juta.

Jika dibandingkan dengan harga layanan operator FTTH di Indonesia, kata Agung, harganya terpaut sangat jauh. Contohnya produk FTTH IndiHome, untuk kecepatan 30 Mbps dibandrol mulai Rp 220 ribu per bulan.

Sedangkan untuk layanan Telkomsel Orbit dengan kuota 100 GB dibandrol Rp 131 ribu. Sementara itu, layanan MyRepublic dengan kecepatan 50 Mbps dibandrol Rp 200 ribu. Untuk kecepatan 100 Mbps, anak usaha Sinarmas tersebut membandrol Rp 300 ribu.

"Saya tak yakin masyarakat umum yang sudah menikmati FTTH atau selular dengan harga yang terjangkau, akan mudah beralih ke layanan Starlink yang sangat mahal. Mungkin produk Starlink hanya dibeli oleh konsumen yang berada di daerah terpencil dengan kondisi geografis yang berat dan belum terlayani oleh FTTH atau selular," tutur Agung.

Keunggulan lainnya internet kabel ini dibandingkan dengan Starlink, lanjut Agung adalah kapasitas dan kecepatan yang diberikan bisa bisa lebih besar. Bahkan kapasitasnya dan kecepatan fiber satuannya Gbps.

Memang saat ini kecepatan Starlink yang digaungkan bisa mencapai 200 Mbps. Namun prinsip dari telekomunikasi nirkabel, lanjut Agung, ketika penggunanya masih sedikit, kecepatannya bisa optimal.

"Namun ketika penggunanya sudah banyak, secara alamiah, kecepatan dan kualitasnya dipastikan menurun. Karena prinsip nirkabel adalah berbagi kapasitas," pungkas dia.



Simak Video "Lolos Uji Laik Operasi, Starlink Akan Diuji Coba di IKN"
[Gambas:Video 20detik]
(agt/fay)
back to top