Ilmuwan Ungkap Rahasia Kekuatan Beton Zaman Romawi

Orang-orang zaman Romawi memberikan banyak peninggalan, baik budaya, sejarah, hingga sejumlah bangunan. Satu hal yang tidak mereka beritahukan adalah, bagaimana mereka bisa membuat beton yang luar biasa kokoh.
Kekuatan beton zaman Romawi memukau para ilmuwan, karena material ini teruji ketahanannya. Beberapa bangunan dari Zaman Romawi Kuno bahkan masih ada yang bertahan hingga sekarang.
Struktur berusia lebih dari 2.000 tahun, tampak tidak menunjukkan masalah dibandingkan struktur modern. Rahasia materi tersebut telah luput dari perhatian kita selama ini, sehingga para peneliti menyelidikinya.
Seperti dikutip dari IFL Science, para peneliti membuat ulang beton di lab dengan sifat yang sangat mirip dan bahkan mungkin mengarah pada pembuatan beton yang lebih baik dan lebih berkelanjutan saat ini.
Bahan penting untuk pembuatan beton Romawi adalah pozzolan, yakni bubuk vulkanik reaktif yang berasal dari kota Pozzuoli, tepat di luar Naples dan dekat Gunung Vesuvius yang terkenal. Untuk membuat beton, pendekatan yang umum dilakukan adalah mencampur bahan kalsit dengan air untuk membuat kapur tohor terhidrasi, kemudian dicampur dengan pozzolan dan lebih banyak air.
Metode alternatif, yang disebut pencampuran panas, mencampurkan kapur secara langsung dengan pozzolan dan air, tanpa menghidrasinya terlebih dahulu. Ini menyisakan beberapa bongkahan yang tersuspensi di dalamnya. Struktur ini telah ditemukan di dalam beton di seluruh kekaisaran Romawi.
Anggota Masic Lab di Massachusetts Institute of Technology menganggap keberadaan material ini menarik. Bahan ini pasti dapat terbentuk dengan metode lain ketika beton tidak dicampur dengan benar. "Di setiap negara yang dibangun orang Romawi, kita akan menemukan pecahan ini. Mungkin clast ini bukan hanya produk dari kesalahan dalam proses. Mungkin teknologinya mengarah pada pembentukan clast yang konsisten," kata penulis senior Profesor Admir Masic.
"Clastic ini tergabung ke dalam konstruksi semen dan kemudian dapat berfungsi sebagai sumber kalsium untuk proses 'penyembuhan' bangunan yang retak," ujarnya.
Menurut para peneliti, ini adalah penemuan yang luar biasa. Seiring waktu, retakan beton dan air menembus retakan tersebut. Pada jenis beton tertentu, retakan bergerak secara unik melalui clast kapur, dan dengan adanya air, retakan tersebut mulai mengkristal kembali.
Beton yang dihasilkan di lab dengan metode pencampuran panas mampu 'menyembuhkan diri sendiri' dan dalam waktu dua minggu air tidak lagi mengalir di dalam retakan.
Untuk diketahui, produksi beton menyumbang sekitar 7% dari emisi karbon global. Ada banyak penelitian tentang cara menguranginya, termasuk menggunakan metode produksi yang berbeda. Beton pencampur panas ini berpotensi melakukan itu dan membuatnya menjadi lebih tahan lama.
"Bayangkan memiliki bahan konstruksi yang sangat tahan lama, yang mengurangi banyaknya perawatan yang harus Anda lakukan pada struktur bangunan. Ini mengurangi seberapa banyak Anda mungkin harus membangun kembali sebuah struktur," kata penulis utama studi, Dr Linda Seymour.
Masic Lab juga mengerjakan berbagai jenis beton yang berkelanjutan dengan berbagai cara, mulai dari menyimpan listrik hingga beton yang benar-benar dapat menyerap karbon dioksida.