• Home
  • Berita
  • Cerita 'HIV Buatan Lab' Masih Beredar Hingga Sekarang, Begini Sejarahnya

Cerita 'HIV Buatan Lab' Masih Beredar Hingga Sekarang, Begini Sejarahnya

Redaksi
May 13, 2023
Cerita 'HIV Buatan Lab' Masih Beredar Hingga Sekarang, Begini Sejarahnya
Jakarta -

Pernah mendengar isu HIV/AIDS dibuat di laboratorium militer AS? Cerita ini masih beredar hingga sekarang, bermula dari berita palsu yang diviralkan oleh Uni Soviet sekitar 30 tahun lalu.

Meskipun gagasan ini kini sepenuhnya tidak terbukti, cerita tersebut masih memiliki daya tarik di beberapa bagian dunia dan kerap dijadikan contoh dalam upaya penyebaran informasi yang salah tentang pandemi.

Di era baru media sosial dan politik populis, kampanye misinformasi dan disinformasi semacam ini sekarang memiliki potensi untuk menjadi lebih masif dibandingkan zaman dulu. Situasi pandemi COVID-19 adalah contoh terdekat saat ini.

Sepanjang Perang Dingin, dinas rahasia Uni Soviet dan negara-negara di sekitarnya terlibat dalam taktik perang politik yang mereka sebut 'tindakan aktif'. Pada dasarnya, taktik ini menyebarkan 'berita palsu', dibarengi tindakan spionase, propaganda, informasi yang salah, dan trik kotor lainnya untuk membingungkan musuh dan menimbulkan kekacauan.

Bisa dibilang, ini adalah salah satu senjata Uni Soviet yang paling kuat dan berharga kala itu, selain ratusan senjata nuklirnya.

Perwira badan intelijen Uni Soviet Komitet Gosudarstvennoy Bezopasnosti disingkat (KGB) Oleg Kalugin, pernah menggambarkan tindakan aktif sebagai 'hati dan jiwa intelijen Soviet'.

Pada tahun 1980, perkiraan CIA menyatakan bahwa Soviet menghabiskan USD3 miliar setiap tahun untuk mendanai langkah-langkah aktif ini yang mereka lakukan.

Tindakan aktif juga dilakukan dalam berbagai skala. Dalam bentuknya yang paling brutal, hal ini melibatkan pembunuhan saingan dan ancaman kekerasan. Namun, mereka juga sering menggunakan taktik yang 'lebih lunak', seperti secara diam-diam menyuntikkan narasi, slogan, setengah kebenaran, dan kebohongan tertentu ke dalam wacana publik.

Idenya adalah mencampuri pikiran musuh dengan menanam benih ketidakpercayaan dan antagonisme, yang secara efektif akan membalikkan sistem melawan dirinya sendiri dari dalam.

Asal Usul AIDS dan Operasi Denver

Operasi Denver mungkin yang paling menyeramkan, dan tentu saja yang paling sukses dari semua tindakan aktif yang pernah dilakukan. Sering dikenal sebagai Operasi INFEKSI, Uni Soviet dan negara-negara satelitnya menyusun kampanye untuk mendorong gagasan bahwa virus di balik HIV/AIDS telah direkayasa secara artifisial oleh laboratorium bioweapon di AS.

Langkah berbahaya itu terjadi pada 1980-an, tepatnya pada dekade terakhir Perang Dingin. Dengan permusuhan yang masih membara, Presiden AS Ronald Regan mengambil pendekatan garis keras melawan komunisme, mengobarkan ketegangan dengan Uni Soviet hingga batasnya.

Latar belakang geopolitik yang panas ini bertabrakan dengan munculnya wabah AIDS. Virus telah beredar di seluruh dunia dengan volume rendah selama beberapa dekade, tetapi HIV secara resmi diakui pada awal 1980-an ketika kasus pneumonia dan kanker kulit yang tidak biasa didokumentasikan pada pria gay muda yang tinggal di New York dan Los Angeles.

Seiring berlanjutnya tahun 1980-an, skala krisis perlahan-lahan mulai terlihat. Ketakutan, kepanikan, dan tragedi mulai meningkat. Para ilmuwan berjuang untuk menjelaskan asal-usul penyakit baru serta berupaya menemukan 'obatnya', dan masyarakat menjadi semakin gelisah.

Kita tahu sekarang bahwa HIV-1 pada manusia awalnya berasal dari simpanse di Afrika Tengah, tetapi ini masih jauh dari kepastian pada saat itu.

Di tengah kecemasan dan ketidakpastian, Uni Soviet melihat sebuah peluang. Pada 17 Juli 1983, kampanye disinformasi HIV/AIDS Soviet dimulai ketika sebuah surat kabar India bernama The Patriot menerbitkan artikel anonim dengan tajuk utama: "AIDS may invade India: Mystery disease caused by US experiments."

Dikutip dari IFL Science, surat itu diduga ditulis oleh ilmuwan dan antropolog Amerika terkenal di New York. Namun, penelitian terbaru oleh Dr Douglas Selvage telah membantu mengungkap lebih banyak bukti bahwa cerita ini ditanam oleh Soviet sebagai bagian dari kampanye tindakan aktif.

"KGB menulis kepada keamanan negara Bulgaria dan berkata 'Kami sedang melakukan kampanye disinformasi yang mengatakan bahwa virus penyebab AIDS berasal dari laboratorium militer AS di Fort Detrick,' dan mereka ingin mengklaim bahwa Pentagon dan CIA berada di belakangnya," kata Dr Douglas Selvage, seorang sejarawan Perang Dingin dan direktur proyek di Stasi Records Archive di Berlin, Jerman.

"Argumen mereka pada dasarnya adalah: itu mungkin tidak benar, tetapi dalam jangka panjang, itu adalah bagian dari kebenaran yang lebih tinggi yang akan dibuktikan tentang imperialis di Amerika Serikat yang terlibat dalam penelitian senjata biologis, yang ternyata tidak benar," tambah Selvage.

Perlahan tapi pasti, ide itu mengalir ke berbagai imajinasi dunia. Pada tahun 1986, serangan lain ditembakkan oleh pensiunan ahli biofisika Jerman Timur Jacob Segal yang melaporkan bahwa dia telah mengidentifikasi 'bukti tidak langsung' bahwa virus AIDS dibuat secara artifisial melalui percobaan pemerintah AS di Fort Detrick di Maryland.

Selanjutnya: Trik Lama Dipakai untuk Target Baru

Dia berargumen bahwa patogen tersebut adalah hibrida genetik dari dua virus alami, VISNA dan HTLV-1, yang dibuat pada tahun 1977 di Fort Detrick. Agen AS, demikian teorinya, kemudian menginfeksi tahanan homoseksual dengan senjata biologis eksperimental yang kemudian menyebarkan virus ke populasi gay di New York City dan San Francisco.

Segal mengklaim bahwa dia memulai penelitian HIV-nya, yang tidak pernah dipublikasikan resmi dalam jurnal ilmiah, secara mandiri setelah merasa bahwa hipotesis asal-alami mencurigakan. Namun, Dr Selvage mengatakan ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa dia 'terlibat' ke dalam penelitian oleh dinas rahasia.

Dengan pemahaman baru tentang legitimasi ilmiah yang hampa ini, cerita tentang asal-usul HIV/AIDS yang bocor di laboratorium menyebar ke seluruh dunia, muncul dalam sejumlah besar artikel surat kabar, laporan radio, dan layanan berita terkait komunis. Sebagai bukti kesuksesan cerita tersebut, cerita ini bahkan menyelinap ke berbagai surat kabar arus utama dan laporan media yang tidak ada hubungannya dengan Uni Soviet.

"Saya pikir ini adalah salah satu keberhasilan besar dari tindakan aktif. Jarang sekali mereka memiliki tindakan aktif yang benar-benar berhasil dan, dalam kasus HIV/AIDS sebagai kampanye disinformasi, tujuan utamanya adalah propaganda akan mulai menyebar dengan sendirinya. Dan itu masih berputar di internet di Amerika Serikat," jelas Dr Selvage.

Lebih dari satu dekade kemudian, rumor itu masih kuat. Sebuah survei pada tahun 2005 dilaporkan menemukan bahwa hampir 50% orang Afrika-Amerika menganggap AIDS buatan laboratorium, sementara lebih dari 12% percaya bahwa AIDS dibuat dan disebarkan secara aktif oleh CIA dengan tujuan memusnahkan orang kulit hitam.

Trik Lama, Target Baru

Dalam beberapa tahun terakhir, kekuatan dunia telah mencatat keberhasilan kampanye informasi HIV/AIDS Soviet yang salah dan menggunakannya untuk tujuan yang sama.

"Di bawah (pemerintahan) Putin, tentu saja, Rusia kembali aktif dengan tindakan aktif mereka. Mereka melakukannya dengan epidemi Ebola pada 2013 dan 2014. Russia Today dan Sputnik News menerbitkan laporan yang mengatakan bahwa Ebola adalah senjata biologis AS yang dikembangkan di Fort Detrick untuk membunuh orang Afrika, yang menggemakan tesis lama tentang HIV/AIDS," jelas Selvage. .

Selama beberapa tahun terakhir, kita telah melihat satu lagi penyakit baru yang merenggut begitu banyak nyawa di duniaCOV, ID-19. Sama seperti sebelumnya, kami telah melihat aliran klaim menyesatkan memasuki kesadaran publik dan bahkan agen pemerintah menanamkan disinformasi.

"Pada tahap paling awal pandemi, China meniru teknik Rusia, mencoba membanjiri zona dengan narasi alternatif dari mana COVID berasal," jelas Peter Warren Singer, ilmuwan politik yang ikut menulis buku LikeWar: The Weaponization of Social Media.

"Dan seperti pendekatan Rusia, ini kontradiktif. China secara bersamaan mengatakan COVID berasal dari laboratorium militer AS, COVID berasal dari Italia, COVID mungkin berasal dari Taiwan. Tujuannya bukan untuk mengatakan 'ini adalah kebenaran alternatif.' Mereka hanya membanjiri zona dengan informasi yang salah," ujarnya.

Selanjutnya, asal usul COVID telah menjadi subyek perdebatan yang dipolitisasi di AS. Konsensus ilmiah masih mengatakan kemungkinan besar penyakit ini berasal dari zoonosis alami, berbeda dengan kebocoran laboratorium dari Wuhan Technology Institute, meskipun perdebatan masih berkecamuk di media sosial.

Singer mengatakan dia tidak mengetahui adanya pemerintah yang secara aktif mendorong narasi kebocoran laboratorium China dalam bentuk senjata di media sosial. Namun demikian, dia percaya bahwa media sosial telah mendorong diskusi semacam ini dan membantu memperkuat penjelasan alternatif yang bertentangan dengan arus utama.

Selain itu, di dunia yang sangat jenuh dengan informasi, kemampuan kita untuk membedakan kebenaran telah menjadi lelah dan melemah, yang mengarah ke lebih banyak informasi yang salah dan teori konspirasi.

"Ini mirip dengan penyebaran informasi bagaimana HIV/AIDS berperan dalam tubuh manusia dengan infeksi virus," Singer menyimpulkan.

"Begitu Anda menjadi mangsa satu teori konspirasi, Anda lebih mungkin menjadi mangsa ide-ide palsu lainnya karena teori konspirasi, pada dasarnya, melemahkan pertahanan kognitif terhadap kebohongan," tutupnya.

(rns/asj)
back to top