BRIN Pantau Ancaman Sampah Antariksa Jatuh di Indonesia
Seiring menumpuknya sampah antariksa atau space debris, memunculkan potensi ancaman jatuh ke Bumi, termasuk di wilayah Indonesia. Badan Antariksa dan Inovasi Nasional (BRIN) pun melakukan pemantauan sebagai bentuk pencegahan.
Dalam seeakade terakhir, BRIN memaparkan bahwa jumlah sampah antariksa telah meningkat pesat. Sampai saat ini ada sekitar 24 ribu sampah antariksa yang tercatat, dengan sekitar 19 ribu di antaranya telah dikatalogkan oleh Space-Track.
Namun, selain jumlah yang diketahui tersebut, masih terdapat sampah antariksa yang belum tercatat dengan ukuran lebih kecil. Diperkirakan jumlah sampah antariksa kategori tersebut mencapai ratusan juta objek.
Sampah antariksa memberikan potensi bahaya jika masuk kembali (re-entry) dan kemudian jatuh ke bumi. Terlebih, Indonesia yang memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia dan memiliki bentang seperdelapan lingkar bumi atau lebih kurang 5.000 kilometer, sangat rentan mengalami atmosfer re-entry yang berpotensi jatuhnya benda-benda antariksa tersebut ke bumi.
Peneliti Ahli Muda Pusat Riset Antariksa BRIN Neflia menegaskan, sampah antariksa yang berpotensi mengalami re-entry biasanya berasal dari benda antariksa yang berukuran lebih dari sepuluh sentimeter.
Neflia merinci, berdasar rekaman Space-Track dari 1957 hingga 2019, terdapat 16.085 objek antariksa yang terdiri dari debris, payload dan badan roket, dengan 6.560 objek memiliki penampang radar atau Radar Cross Section (RCS) antara 0,1 hingga satu meter persegi, dan 9.526 objek memiliki RCS lebih dari satu meter persegi.
"Dari total objek antariksa tersebut, terdapat 5.670 debris dengan 4.435 debris memiliki RCS antara 0,1 hingga 1 meter persegi, dan 1.236 debris dengan ukuran lebih besar dari 1 meter persegi," tuturnya, pada Jurnal Review edisi 2 Pusat Riset Antariksa BRIN sebagaimana dikutip detikINET, Rabu (8/5/2024).
Lebih lanjut, melalui penelitian berjudul Potential Hazards Analysis of the Space Debris Over 10 cm in Size Based on Their Orbital Parameters, Neflia dan tim mengungkapkan dari seluruh debris, hanya yang memiliki ketinggian di bawah 200 kilometer yang berpotensi jatuh ke bumi.
Berdasarkan inklinasinya, ada 15 debris dengan ketinggian di bawah 200 kilometer yang memiliki inklinasi di bawah 30 derajat. Adapun untuk inklinasi antara 30 sampai 60 derajat dan lebih dari 60 derajat, terdapat 470 dan 1032 debris dengan ketinggian di bawah 200 kilometer.
Untuk wilayah Indonesia, potensi jatuhnya debris cenderung kecil. Hal ini didasarkan pada berapa kali debris tersebut melewati wilayah Indonesia selama mereka berevolusi. Disampaikannya, untuk Low Earth Orbit (LEO), sebagian besar debris memiliki periode mengelilingi bumi berkisar antara 90 hingga 120 menit.
"Jadi dalam sehari, debris akan mengelilingi bumi sebanyak 12 hingga 16 kali," jelas Neflia.
Untuk debris yang inklinasinya lebih kecil dari sepuluh derajat, debris tersebut akan melewati area wilayah Indonesia setiap kali debris ini mengelilingi bumi.
"
Space debris dengan inklinasi berkisar antara sepuluh hingga 30 derajat akan melewati wilayah Indonesia enam sampai delapan kali sehari. Sedangkan space debris dengan inklinasi lebih besar dari 30 derajat akan melewati wilayah Indonesia tiga sampai lima kali sehari," tuturnya.
Untuk mengetahui potensi bahaya dari benda antariksa berukuran lebih dari 10 sentimeter berdasarkan orbit parameternya, Neflia dan tim melakukan pemilahan pada benda antariksa yang mengorbit yang dikategorikan sebagai debris.
"Berdasarkan inklinasi dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu kurang dari 30 derajat, di antara 30 dan 60 derajat, dan lebih dari 60 derajat. Sedang berdasar ketinggian dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu kurang dari 200 kilometer dan lebih dari 200 kilometer," jelasnya.
Neflia berpendapat, pengelompokan pada ketinggian 200 kilometer dilakukan menginUngat pada ketinggian tersebut benda antariksa menurun dengan sangat cepat, yang dikarenakan objek antariksa memasuki daerah atmosfer yang lebih rapat.
Di akhir paparan ditegaskan berdasar hasil riset yang dilakukannya menunjukkan bahwa sampah antariksa memiliki potensi tertinggi untuk jatuh ke wilayah Indonesia tidak signifikan atau kurang dari satu persen terhadap total sampah antariksa yang berpotensi jatuh ke bumi.
Kendati begitu, Neflia tetap menegaskan bahwa mitigasi dampak dari sampah antariksa ini harus diantisipasi dengan melakukan pemantauan terhadap objek tersebut secara terus menerus.
Simak Video "Sampah Luar Angkasa 2,9 Ton Bakal Jatuh ke Bumi"
[Gambas:Video 20detik]
(agt/fyk)