• Home
  • Berita
  • Bahaya Turbulensi, Pakar Minta Penumpang Pesawat Lakukan Ini

Bahaya Turbulensi, Pakar Minta Penumpang Pesawat Lakukan Ini

Redaksi
May 26, 2024
Bahaya Turbulensi, Pakar Minta Penumpang Pesawat Lakukan Ini
Jakarta -

Bagi penumpang penerbangan SQ321 Singapore Airlines dari London ke Singapura, tentu mereka sangat ngeri ketika turbulensi hebat beberapa hari lalu melanda, bahkan memakan korban jiwa. Turbulensi terjadi ketika pesawat menabrak arus udara sehingga menyebabkan pesawat terdampak. Clear air turbulence khususnya, sukar dideteksi oleh pilot.

Kejadian turbulensi parah seperti ini sangat jarang terjadi. Kapten Chris Hammond, pensiunan pilot yang berdinas selama 43 tahun, menyebut kala pesawat mengalami turbulensi, pilot harus mengenakan sabuk pengaman dengan kencang dan memikirkan pengumuman yang tak membuat penumpang cemas.

Kapten Emma Henderson MBE menjelaskan pilot biasanya diperingatkan atau melihat tanda turbulensi akan terjadi. Dalam kasus penerbangan London ke Singapura, kemungkinan besar pilot hanya mendapat sedikit peringatan karena terjadi clear air turbulence.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Bukan karena berada di atas laut, tapi (tidak ada peringatan karena) lebih karena minimnya penerbangan di sekitarnya. Jika Anda terbang di udara Eropa yang sibuk misalnya, dan terjadi turbulensi, pilot akan bicara satu sama lain," jelasnya.

"Ketika Anda terbang di tempat yang hanya terdapat sedikit pesawat lain di sekitar, informasi tersebut tidak tersedia sehingga hal ini dapat terjadi tanpa peringatan," imbuhnya yang dikutip detikINET dari BBC.

ADVERTISEMENT

Baik Henderson maupun Hammond menekankan turbulensi parah jarang terjadi. Hammond mengakui bahwa turbulensi memang menimbulkan kekhawatiran di awal karirnya. Namun sekarang ia mengetahui seberapa kuat pesawat dapat bertahan sehingga turbulensi sebenarnya tak membuat pesawat jatuh. Yang perlu dikhawatirkan adalah nasib penumpang.

Meski cedera akibat turbulensi jarang terjadi, namun dapat berakibat serius dan mematikan. "Cedera akibat turbulensi parah relatif jarang terjadi pada jutaan penerbangan yang dioperasikan. Namun, turbulensi parah bisa sangat dramatis dan menyebabkan cedera parah atau, sayangnya, dalam kasus ini, kematian," kata pakar penerbangan John Strickland.

Dia menekankan pesawat dirancang menahan turbulensi parah dan semua awak dilatih bagaimana meresponsnya. "Laporan meteorologi dan radar digunakan untuk menghindari turbulensi yang diketahui, namun ada kalanya hal ini tidak dapat diprediksi," kata Strickland.

Beberapa wilayah dunia lebih rawan turbulensi. Berdasarkan pengetahuannya, ia mengatakan terbang di atas Atlantik Selatan, di atas Afrika, dan Teluk Benggala bisa lebih rentan terhadap turbulensi. Nah untuk menghindari cedera, pilot dan pakar meminta penumpang selalu memakai sabuk pengaman.

"Bukan alasan mengapa maskapai penerbangan merekomendasikan agar sabuk pengaman tetap dipakai selama penerbangan, baik jangka panjang maupun pendek," kata Strickland. Sabuk pengaman adalah perangkat keselamatan yang tidak bisa diremehkan dan bisa membuat perbedaan antara tetap sehat atau terluka, bahkan meninggal dunia jika tidak memakainya.

Dr Doug Drury, pakar penerbangan di Central Queensland University mengatakan biasanya ada satu kesamaan penumpang yang cedera. "Mereka tak memakai sabuk pengaman. Saya kadang memahami perasaan orang tentang hal itu, tapi ini untuk perlindungan kita sendiri. Saya tidak pernah melepas sabuk pengaman, jika perlu saya akan melonggarkannya sedikit, tapi takkan pernah melepasnya," cetusnya.

Dia yakin kejadian ini kemungkinan akan memaksa regulator untuk mengubah sistem sabuk pengaman. Misalnya jika penumpang tidak memasang sabuk pengaman saat kondisi berbahaya, akan ada tanda lampu menyala atau sistem lainnya semacam itu.

Menilik sejarah, sabuk pengaman ditemukan oleh insinyur Inggris George Cayley, untuk digunakan pada pesawat layangnya, pada pertengahan abad 19. Tahun 1946, C. Hunter Shelden yang membuka praktik neurologis di Rumah Sakit Huntington Memorial di Pasadena pada awal 1950-an memberi kontribusi besar pada industri otomotif dengan ide sabuk pengaman yang dapat ditarik. Itu bermula dari kepeduliannya terhadap tingginya angka cedera kepala yang masuk ke gawat darurat.



Simak Video "Penjelasan Ahli soal Turbulensi Boeing 777 London-Singapura"
[Gambas:Video 20detik]
(fyk/fyk)
back to top