• Home
  • Berita
  • Ternyata Pernah Ada Angsa Raksasa Tapi Punah, Ini Bentuknya

Ternyata Pernah Ada Angsa Raksasa Tapi Punah, Ini Bentuknya

Redaksi
Feb 14, 2025
Ternyata Pernah Ada Angsa Raksasa Tapi Punah, Ini Bentuknya
Jakarta -

Ahli paleontologi membuat penemuan fosil menakjubkan di Australia. Temuan ini memberikan pandangan baru pada burung prasejarah mirip angsa berukuran raksasa yang misterius.

Tim dari Flinders University di Australia menemukan tengkorak fosil yang hampir lengkap dari 'angsa raksasa', Genyornis newtoni, spesies burung yang tidak bisa terbang dan punah sekitar 45 ribu tahun lalu. Penelitian ini diterbitkan dalam jurnal Historical Biology.

Dikutip dari NewsWeek, spesies tersebut pertama kali dideskripsikan pada 1896. Namun, meskipun telah dikenal selama lebih dari satu abad, satu-satunya tengkorak spesies ini yang tercatat sebelum penelitian terakhir dilaporkan pada 1913.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sayangnya, tengkorak ini rusak parah dan hanya sedikit tulang asli yang tersisa. Sisa-sisa yang diawetkan terdiri dari sejumlah pecahan yang patah dan telah mengalami distorsi besar akibat tekanan yang memengaruhinya secara lateral sehingga sulit melakukan rekonstruksi yang memuaskan," demikian bunyi deskripsi asli temuan itu pada 1913.

Akibatnya, ahli paleontologi tidak dapat memperoleh banyak informasi tentang bentuk dan struktur tengkorak, sehingga menghambat pemahaman peneliti tentang penampilan, perilaku, dan hubungan evolusi spesies tersebut.

ADVERTISEMENT

Terlepas dari kenyataan bahwa tengkorak yang ditemukan pada 1913 itu rusak parah, deskripsi asli telah menjadi dasar semua rekonstruksi spesies tersebut, yang menyebabkan kesalahpahaman tentang seperti apa sebenarnya bentuknya, terutama yang berkaitan dengan fitur-fitur tertentu, seperti bentuk paruh bagian atas.

Namun setelah lebih dari satu abad, para peneliti akhirnya menemukan beberapa elemen tengkorak G. newtoni yang mengungkap penampilan aslinya sekaligus memberikan data baru yang penting tentang spesies tersebut.

Fosil tengkorak tersebut ditemukan selama serangkaian ekspedisi yang dilakukan oleh Flinders University Palaeontology Lab ke dasar danau kering bergaram di Danau Callabonna, wilayah terpencil di Australia Selatan.

"Kami tahu bahwa hanya ada sedikit informasi yang diketahui tentang tengkorak Genyornis newtoni tetapi ada banyak potensi untuk lebih memahami spesies ini jika kita dapat melihatnya," kata peneliti Flinders dan penulis utama studi Phoebe McInerney.

Studi terbaru ini terutama didasarkan pada satu tengkorak 'kunci' yang hampir lengkap, dengan semua tulang kecil masih menyatu atau berartikulasi sebagaimana dikatakan ahli paleontologi.

"Ini adalah spesimen yang menakjubkan, tetapi karena semuanya dalam artikulasi, kami tidak dapat melihat semua sisi dari setiap tulang kecil," kata McInerney.

"Jadi, kami menggunakan beberapa tulang tengkorak lainnya, seperti paruh atas yang terisolasi, yang juga ditemukan secara terpisah untuk mendapatkan tampilan yang lebih lengkap pada semua aspek tengkorak," jelasnya.

Studi terbaru telah mengungkap bahwa tengkorak tersebut memiliki tempurung otak yang besar, rahang atas dan bawah yang besar, dan casque (sejenis formasi tulang yang terlihat pada beberapa burung) yang tidak biasa di bagian atas kepalanya. Paruh bagian atas, khususnya, memiliki bentuk yang membedakan G. newtoni dari kerabat terdekatnya, yang secara keseluruhan cukup mirip.

"Genyornis newtoni memiliki rahang atas yang tinggi dan bergerak seperti burung beo tetapi berbentuk seperti angsa, memiliki celah lebar, kekuatan gigitan kuat, dan kemampuan untuk menghancurkan tanaman lunak dan buah di langit-langit mulutnya," kata McInerney.

Beberapa aspek tengkorak tersebut memiliki kemiripan dengan tengkorak burung tertentu dalam kelompok unggas air, yaitu burung teriak Amerika Selatan (South American screamers) dan angsa murai Australia (Australian magpie goose), yang menunjukkan adanya hubungan evolusi yang dekat.

"Hubungan pasti Genyornis dalam kelompok ini sulit untuk diungkap, namun, dengan tengkorak baru ini kami mulai menyusun teka-teki yang menunjukkan, secara sederhana, spesies ini adalah angsa raksasa," kata McInerney.

Bukti baru menunjukkan bahwa Dromornithidae (famili burung tempat G. newtoni berada) harus diklasifikasikan ulang sebagai jenis unggas air, ordo burung yang mencakup bebek, angsa, dan angsa muda.

"Sesuatu yang tidak kami duga adalah keberadaan fitur-fitur yang berhubungan dengan aktivitas makan di air, karena dromornithid diperkirakan sebagai burung yang beradaptasi dengan daerah gersang, tetapi di sini kami diperlihatkan bahwa mereka kemungkinan besar hidup di habitat semiakuatik," kata McInerney.

Hilangnya habitat di Australia bagian tengah dan periode kekeringan, kemungkinan merupakan faktor penyebab kepunahan burung-burung di wilayah ini.

Sebagai bagian dari penelitian, tim membuat rekonstruksi spesies yang akurat secara ilmiah, berdasarkan fosil dan perbandingan dengan burung modern.

"Kami sangat gembira menemukan fosil paruh atas pertama Genyornis, untuk pertama kalinya kami dapat mengenali wajah burung ini, yang sangat berbeda dengan burung lainnya, namun mirip angsa," kata peneliti Flinders sekaligus penulis studi Trevor Worthy.



Spesies Penyu Black Marsh di Kamboja Terancam Punah

Spesies Penyu Black Marsh di Kamboja Terancam Punah


(rns/fay)
back to top