Telkom Group Dinilai Lebih Gercep Garap Fixed Mobile Convergence, Alasannya?

Pengamat Telekomunikasi dari ITB Dr. Ir. Ian Yosef Matheus Edward mengatakan saat ini seluruh operator telekomunikasi di Indonesia tengah berjuang memberikan layanan Fixed Mobile Convergence (FMC) bagi pelanggannya. Namun, integrasi Telkom dan Telkomsel yang mulus membuatnya jauh lebih cepat menjalankan FMC dibandingkan kompetitor.
Telkom dipandang menjadi operator pertama yang melakukan integrasi layanan jaringan pita lebar tetap (fix broadband) ke unit usaha selular, yakni Telkomsel. Bisa dikatakan, Telkomsel saat ini tengah menerapkan 'True FMC'.
Dalam satu atap atau manajemen, produk dan layanan Telkomsel sudah mencakup seluler, TV berbayar, internet rumahan, hingga telepon rumahan. Oleh karena itu, Telkom Group dinilai menjadi satu-satunya operator di Indonesia yang memiliki sumber daya lengkap untuk mengimplementasikan 6G di Indonesia karena telah memiliki semua lisensi dan layanan telekomunikasi.
Ian menambahkan Telkom Group mengintegrasikan IndiHome ke Telkomsel sebagai implementasi inisiatif FMC. Prosesnya dinilai relatif cepat dan mudah karena manajemen Telkomsel berada di bawah Telkom, sehingga perintah integrasi jaringan ini bisa berjalan. Sebagaimana diketahui, selama ini Telkom Group pun dinilai mampu menyediakan jaringan internet terlengkap.
"Karena dalam satu manajemen Telkom Group, sehingga lebih mudah untuk melakukan integrasi IndiHome dengan Telkomsel. Perintah melakukan FMC ibaratnya bisa dilakukan dalam satu tarikan napas. Beda dengan perusahaan yang manajemennya lebih dari 1," jelas Ian dalam keterangan tertulis, Rabu (2/8/2023).
Lebih lanjut, Ian menerangkan FMC dapat menggabungkan layanan seluler dan fixed line internet. Dengan demikian, pelanggan tak merasakan perpindahan jaringan antara jaringan seluler dan jaringan internet tetap.
Dengan adanya integrasi ini, pelanggan juga dapat menikmati berbagai produk inovatif dalam satu layanan serta satu billing.
"Seharusnya dengan FMC pelanggan tidak direpotkan dengan berbagai tagihan dan beragam produk yang ditawarkan oleh lebih dari satu operator telekomunikasi. FMC ini merupakan cikal bakal teknologi 6G yang nantinya akan mengintegrasikan layanan internet jaringan tetap, seluler, dan satelit," terangnya.
Selain Telkom Group, Ian menyebut langkah integrasi dalam mewujudkan FMC juga dilakukan oleh XL. Sebelumnya Presiden Direktur & CEO XL Axiata Dian Siswarini mengatakan XL akan mengintegrasikan layanan jaringan internet tetap dan bergerak selulernya menjadi satu atap.
Langkah ini bertujuan memperkuat fondasi sebagai perusahaan penyedia layanan konvergensi di Indonesia. Untuk mewujudkan hal tersebut, pihaknya akan mengimplementasikan pembentukan entitas Serve Co dan Fiber Co.
XL Axiata akan menjadi perusahaan Serve Co yang menangani semua layanan FMC dan fixed broadband. Sedangkan LinkNet akan diposisikan sebagai perusahaan yang fokus untuk menyediakan jaringan backbone.
Namun Ia mengatakan integrasi XL ini masih di tahap proses karena adanya kendala teknis, seperti masih banyaknya jaringan First Media yang masih menggunakan Teknologi Hybrid Fiber Coaxial (HFC) atau gabungan kabel fiber dan koaksial. Hal ini membuat XL belum bisa mengintegrasikan jaringannya menjadi 'True FMC'. Selain itu, masih ada juga kendala non-teknis yang menjadi tantangan proses tersebut.
"Namun kendala yang paling berat menurut saya, yang dihadapi XL adalah masalah manajemen. Melakukan integrasi dari 2 perusahaan yang berbeda antara XL dan LinkNet tentu memiliki tantangan tersendiri," tutur Ian.
"Jika kendala teknis mudah dan cepat dilakukan, namun kendala manajemen membutuhkan waktu yang cukup lama," tambahnya.
Ian pun berharap semua operator dapat bergerak cepat untuk dapat mewujudkan FMC di Indonesia. Dengan demikian, kepuasan terhadap pelayanan ke pelanggan dapat berjalan paripurna dan memiliki nilai tambah yang signifikan.
Simak Video "Melihat Isi Museum Alat Komunikasi dari Masa ke Masa di Seattle"
[Gambas:Video 20detik]
(prf/ega)