Review Kamera Sony ZV-E1, Spesialis Untuk Nge-Vlog

Sony ZV-E1 tergolong kamera spesialis untuk video/vlogging. Dari beberapa tahun lalu, Sony aktif mengembangkan lini kamera ZV, misalnya ZV1, kamera compact, ZVE-10 yang bisa ganti lensa, dan ZV-E1 yang saya uji kali ini. ZVE-1 ini adalah kamera terbaik dari lini Sony ZV. Kamera ini bersensor full frame, 12 MP. 4K 120p, dengan kualitas gambar yang masih bagus di kondisi cahaya yang gelap.
Konsep dari ZV-E1 yang saya tangkap adalah membuat kamera video-centric yang berkualitas dan punya fitur yang memudahkan untuk pemula, tapi juga punya fitur canggih dan manual untuk yang sudah mahir. Harganya juga jauh lebih murah dibandingkan kamera pendahulunya seperti Sony A7S III dan Sony FX3 yang lebih ditujukan ke profesional.
review kamera sony zv-e1 Foto: Dok. Enche tjin |
Desain kamera
Kamera ini berdesain gaya kamera rangefinder dengan bagian atas yang datar. Di bagian kanan ada grip/pegangan kecil. Ada layar yang bisa diputar ke samping dan ke segala arah. Layar monitornya saat ini sudah full touchscreen, jika bisa sentuh untuk mengganti setting, memilih area fokus dan juga bisa untuk memulai perekaman video. Nah ini menarik karena kita tidak perlu tekan tombol shutter/record, tinggal sentuh saja bulatan merahnya untuk start atau stop recording.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
review kamera sony zv-e1. Foto: Dok. Enche tjin |
Sebagai kamera yang orientasinya lebih ke video, ZV-E1 punya desain yang unik dibandingkan dengan kamera foto biasa. Di bagian depan kamera ada Tally Light, lampu yang memberikan tanda saat kamera mulai merekam. Di dekat tombol shutter ada zoom lever, yang bisa kita gunakan untuk nge-zoom saat menggunakan lensa yang bertipe Power Zoom (PZ) seperti lensa 16-35mm f/4 PZ.
Di bagian belakang kamera, sekilas sama tata letaknya dengan sebagian besar kamera Sony pada umumnya, punya dua dial, dan dua tombol C/custom. Juga ada tombol langsung ke fitur product showcase dan defocus background. Di bagian atas ada switch untuk mode foto, video dan slow & quick mode, tapi tidak ada mode dial. Mode exposure seperti P,S,A,M bisa diubah di dalam menu.
Built-in mic di ZV-E1 bisa mendeteksi arah suara (dari depan belakang dan samping) dan multi interface shoe untuk berbagai aksesoris seperti flash atau external microphone.
review kamera sony zv-e1. Foto: Dok. Enche tjin |
Di bagian kiri ada slot untuk SD memory card, micro hdmi port, audio port dan usb charging. Bagian bawah ada tripod thread dan tempat baterai. Baterai yang digunakan setara dengan kamera Sony Alpha profesional, NP FZ1000 yang lumayan tahan lama.
Fitur Eksklusif ZV-E1
Ada satu hal yang menurut saya sangat menarik di kamera ini yaitu Cinematic Vlog. Fitur ini membantu creator untuk merekam video dengan gaya sinematik dengan berbagai Look and Mood sesuai dengan selera dan pemandangan. Jika kita aktifkan, kamera otomatis akan menyetel setting ke aspek rasio sinematik dan kita bisa memilih Look yang pada dasarnya adalah pilihan terang gelap, saturasi warna dan mood untuk mengatur Warna yang dominan pilihan Look yang tersedia adalah S-Cinetone, Classic, Clean, Fresh, Chic dan Mono.
review kamera sony zv-e1. Foto: Dok. Enche tjin |
Jika kita bandingkan dengan kamera ZV sebelumnya, kita akan menemukan Look baru disini, yaitu S-Cinetone, Look khas Sony yang menyerupai Look di kamera cinema Sony. Dari pengujian saya, Clean paling alami seperti apa dilihat oleh mata. Classic tonalnya agak kontras, saturasi warnanya agak rendah. Fresh itu kontras dan saturasi warna dan kontrasnya tinggi. Chic saturasi warnanya sangat rendah dan Mono tanpa warna ya atau monokrom.
Setting Mood digunakan untuk menambahkan warna untuk memberikan suasana yang berbeda seperti color grading yang sifatnya instan langsung jadi. Gold memberikan warna yang hangat/kekuningan. Ocean memberikan warna biru, dan Forest menambahkan warna hijau.
Kombinasi antara Look dan Mood bisa dicampur tergantung suasana apa yang kita ingin sampaikan. Fitur ini akan sangat membantu bagi pemula penggemar video yang belum mahir dalam memproses file video seperti color grading atau bagi yang ingin menghasilkan footage video langsung jadi.
Look S-Cinetone dan mood Blue. Foto: Dok. Enche tjin |
Look S-Cinetone dan mood Gold. Foto: Dok. Enche tjin |
Dari pengalaman kami menggunakan ZV-E1, kami menemukan kamera ini praktis digunakan karena ukurannya ringkas, dan mudah digunakan baik untuk pemula ataupun mahir. Hasilnya juga langsung jadi warna dan tonenya, jadi dalam editingnya cuma perlu potong dan sambung saja. Selain itu, E-mount ini memang fleksibel karena bisa pasang banyak lensa.
Dalam pengoperasian kameranya juga simple. Dengan layar touchscreen kita bisa mengganti setting-setting dengan mudah dengan menekan ikon-ikon fungsi, dan untuk menghilangkan atau mengganti menu bisa swipe layarnya.
Sony ZV-E1 punya sederet fitur baru untuk memudahkan vlogger/content creator soloist (yang bekerja sendiri) atau bersama tim kecil untuk membuat konten video yang dinamis. Fitur auto framing misalnya, memanfaatkan teknologi AI untuk mendeteksi subjek dan mengubah frame sesuai dengan pergerakan kita, sehingga memberikan kesan ada operator kamera yang mengikuti subjek. Framing stabilizer berusaha mempertahankan posisi subjek tetap di tengah saat berjalan, dan dynamic stabilizer menstabilkan footage video saat berjalan.
Ilustrasi auto framing. Foto: Dok. Enche tjin |
Contoh fungsi product showcase yang membantu reviewer. Foto: Dok. Enche tjin |
Berbagai pilihan stabilizer untuk merekam video. Foto: Dok. Enche tjin |
Dalam pemakaian seharian untuk merekam video-video pendek video 4K 4:2:2 10 bit, saya tidak menemui isu overheating, mungkin karena saya hanya mengambil footage beberapa menit sekali take, dalam pemakaian yang terus-menerus bagian dekat grip akan terasa agak panas tapi tidak menjadi masalah.
Overheat tidaknya juga akan tergantung pada setting kamera dan suhu lingkungan. Di kondisi suhu normal ruangan seperti 20-25 menit saya pikir tak ada masalah. Hanya kalau di kondisi yang sangat panas dan jika kalian merekam terus menerus dengan spek video tertinggi mungkin baru akan terbatas di bawah satu jam.
Sebagai tambahan, ZV-E1 ini juga bisa menjadi webcam untuk livestreaming, tinggal hubungkan saja ke komputer langsung bisa mengenali kameranya. Kualitasnya juga aman bisa sampai 4k jika dibutuhkan. Meskipun banyak kelebihan untuk creator, saya juga harus memberikan beberapa catatan minusnya dibandingkan dengan kamera Sony Alpha atau FX, misalnya tidak ada jendela bidik, port hdmi micro yang kecil, hanya punya 1 slot SD Card UHS-II, sayangnya tidak mendukung kartu CF Express.
Menurut saya, Sony ZV-E1 cocok untuk kreator yang mencari kamera yang berkualitas tinggi, namun mudah digunakan untuk membuat konten dengan cepat.
Ideal untuk kreator yang bekerja sendiri atau dengan tim kecil. Bagi kreator yang lebih banyak memotret daripada syuting video, seri Sony Alpha menurut saya lebih cocok, misalnya A7RV atau A7SIII karena punya jendela bidik dan mechanical shutter sehingga gambarnya lebih oke saat memotret subjek bergerak cepat.
Sedangkan untuk sinematografer muda yang butuh kamera portable yang bisa merekam dalam jangka waktu berjam-jam di kondisi yang panas, maka Sony FX3 yang punya built-in fan lebih pas.
Spesifikasi utama Sony ZV-E1
- 12MP Full-Frame Exmor R CMOS Sensor
- UHD 4K 120p / FHD 240p / 10-Bit 4:2:2
- 5-Axis SteadyShot Image Stabilization
- 15+ Stops Dynamic Range, AI Auto-Framing
- Multi-Face Recognition, Time-Lapse
- Product Showcase Setting
- S-Log3, S-Gamut3, S-Cinetone, User LUTs
- Extended ISO 80-409,600
- Internal Mic + Inputs, USB Streaming
Simak Video "Penampakan iPhone 15 Banyak Dijual di Pinggir Jalan di China"
[Gambas:Video 20detik]
(jsn/jsn)