• Home
  • Berita
  • Pria Simpan Batu Bertahun-tahun Ternyata Harta Karun

Pria Simpan Batu Bertahun-tahun Ternyata Harta Karun

Redaksi
Nov 30, 2024
Pria Simpan Batu Bertahun-tahun Ternyata Harta Karun
Jakarta -

Pada 2015, David Hole sedang mencari emas di Taman Regional Maryborough dekat Melbourne, Australia. Berbekal detektor logam, ia menemukan sesuatu yang tidak biasa, batu kemerahan yang sangat berat yang terletak di tanah liat kuning.

Ia membawanya pulang dan mencoba segala cara untuk membukanya, yakin bahwa ada bongkahan emas di dalam batu itu. Bukan tanpa alasan, karena Maryborough berada di wilayah Goldfields, tempat 'demam emas' Australia mencapai puncaknya pada abad ke-19.

Untuk memecahkan temuannya, Hole mencoba gergaji batu, gerinda, bor, bahkan menyiram benda itu dengan asam. Namun, palu godam pun tidak dapat membuat retakan. Usahanya sia-sia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Belakangan, baru diketahui bahwa batu yang coba dibongkarnya dengan susah payah bukanlah bongkahan emas. Seperti yang diketahuinya bertahun-tahun kemudian, rupanya batu itu adalah meteorit langka.

"Batu itu tampak seperti terpahat dan memiliki lesung pipi," kata ahli geologi Museum Melbourne Dermot Henry pada 2019 seperti dikutip dari Science Alert, Sabtu (30/11/2024).

ADVERTISEMENT

"Benda itu terbentuk saat menembus atmosfer, mencair di bagian luar, dan atmosfer membentuknya," ujarnya.

Karena tidak dapat membuka 'batu' itu, tetapi masih penasaran, Hole membawa bongkahan batu itu ke Museum Melbourne untuk diidentifikasi.

"Saya telah melihat banyak batu yang menurut orang-orang adalah meteorit," kata Henry.

Faktanya, setelah 37 tahun bekerja di museum dan memeriksa ribuan batu, Henry mengatakan hanya dua dari persembahan itu yang ternyata adalah meteorit asli. Batu yang dibawa Hole adalah salah satu dari keduanya.

"Jika Anda melihat batu di Bumi seperti ini, dan mengambilnya, seharusnya tidak seberat itu," jelas ahli geologi Museum Melbourne, Bill Birch.

Para peneliti menerbitkan sebuah makalah ilmiah yang menjelaskan meteorit berusia 4,6 miliar tahun itu, yang mereka sebut Maryborough, diambil dari nama kota di dekat tempat ditemukannya.

Beratnya mencapai 17 kg dan setelah menggunakan gergaji berlian untuk memotong sepotong kecil, para peneliti menemukan komposisinya mengandung persentase zat besi yang tinggi, sehingga menjadikannya kondrit biasa H5.

Setelah dibuka, terlihat tetesan kecil mineral logam yang mengkristal di seluruh bagiannya, yang disebut kondrul.

"Meteorit menyediakan bentuk eksplorasi ruang angkasa yang paling terjangkau. Meteorit membawa kita kembali ke masa lalu, memberikan petunjuk tentang usia, pembentukan, dan kimia Tata Surya kita (termasuk Bumi)," kata Henry.

Ia menjelaskan, beberapa memberikan gambaran sekilas tentang bagian dalam planet kita. Di beberapa meteorit, terdapat 'debu bintang' yang bahkan lebih tua dari Tata Surya kita, yang menunjukkan kepada kita bagaimana bintang terbentuk dan berevolusi untuk menciptakan unsur-unsur tabel periodik.

"Meteorit langka lainnya mengandung molekul organik seperti asam amino, bahan penyusun kehidupan," jelasnya.

Meskipun para peneliti belum mengetahui dari mana meteorit itu berasal dan berapa lama ia berada di Bumi, mereka memiliki beberapa dugaan.

Tata Surya kita dulunya adalah tumpukan debu dan batuan kondrit yang berputar. Akhirnya gravitasi menarik banyak material ini menjadi planet, tetapi sisa-sisanya sebagian besar berakhir di sabuk asteroid besar.

"Meteorit khusus ini kemungkinan besar keluar dari sabuk asteroid antara Mars dan Jupiter, dan telah didorong keluar dari sana oleh beberapa asteroid yang saling bertabrakan, lalu suatu hari ia menabrak Bumi," kata Henry.

Penanggalan karbon menunjukkan meteorit itu telah berada di Bumi antara 100 hingga 1.000 tahun, dan ada sejumlah penampakan meteor antara tahun 1889 hingga 1951 yang dapat berhubungan dengan kedatangannya di planet kita.

Para peneliti berpendapat bahwa meteorit Maryborough jauh lebih langka daripada emas, membuatnya jauh lebih berharga bagi sains.

Itu adalah salah satu dari hanya 17 meteorit yang pernah ada tercatat di negara bagian Victoria, Australia, dan merupakan massa kondritik terbesar kedua, setelah spesimen seberat 55 kilogram yang diidentifikasi pada tahun 2003.

"Ini baru meteorit ke-17 yang ditemukan di Victoria, padahal sudah ada ribuan bongkahan emas yang ditemukan. Melihat rangkaian kejadiannya, bisa dibilang penemuan ini sangat luar biasa," kata Henry.

Ini bahkan bukan meteorit pertama yang butuh waktu beberapa tahun untuk sampai ke museum. Dalam sebuah cerita yang sangat menakjubkan pada 2018, satu batu angkasa butuh waktu 80 tahun, dua pemilik, dan pernah dijadikan sebagai pengganjal pintu sebelum akhirnya terungkap apa sebenarnya batu itu.



Video: Pekan Ini Ada Puncak Hujan Meteor Taurid Utara

Video: Pekan Ini Ada Puncak Hujan Meteor Taurid Utara


(rns/fay)
back to top