Polusi Udara Mempengaruhi Tahapan Kehidupan Manusia dari Janin Hingga Lansia
Polusi udara memengaruhi setiap tahap kehidupan manusia mulai dari perkembangan janin dan kemampuan kognitif remaja, hingga kesehatan mental orang dewasa. Pernyataan ini diungkap sebuah laporan yang memadukan temuan lebih dari 35 ribu studi dari seluruh dunia.
The Environmental Research Group di Imperial College London menerbitkan ulasan tersebut pada April 2023 dalam rangka memperingati satu dekade studi ilmiah tentang polusi udara. Tim Imperial College London melihat temuan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), UK Committee on the Medical Effects of Air Pollution, Royal College of Physicians, dan Health Effects Institute and the International Agency for Research on Cancer.
"Temuan baru yang paling penting adalah bukti yang berkaitan dengan dampak polusi udara terhadap kesehatan otak, termasuk kesehatan mental dan demensia, serta dampak kehidupan awal yang dapat menyebabkan beban kesehatan di masa depan dalam populasi," kata laporan tersebut, seperti dikutip dari Al Jazeera.
"Keduanya mewakili biaya yang signifikan, tetapi saat ini tidak terhitung bagi masyarakat dan ekonomi," tambahnya.
Tinjauan tersebut menemukan hubungan antara polusi udara dan kesehatan bayi baru lahir di minggu-minggu pertama kehidupan, berat lahir, keguguran, dan kasus lahir mati. Janin bisa menjadi rentan karena seorang ibu dapat menghirup partikel polusi udara, yang menyebabkan efek buruk pada perkembangannya, tulis laporan itu.
Bahan kimia yang terkait dengan polusi dapat masuk ke dalam darah wanita hamil, mengubah alirannya, yang berpotensi memperlambat atau menunda pertumbuhan janin. Menurut WHO, lebih dari 20 juta bayi dengan berat lahir rendah lahir setiap tahun dan lebih dari 15 juta lahir prematur. Dampak polusi udara terhadap kesehatan reproduksi tidak terbatas pada ibu saja. Volume sperma yang lebih rendah juga terlihat pada pria yang terpapar polusi udara.
Sementara itu, penelitian lain yang disebutkan dalam laporan tersebut menunjukkan bahwa paparan terhadap polusi partikel meningkatkan risiko demensia dan mempercepat penurunan kognitif.
Studi terbaru juga menunjukkan bahwa polusi udara dapat menghambat pertumbuhan paru-paru pada anak-anak, mempengaruhi tekanan darah mereka dan berdampak pada kesehatan kognitif dan mental mereka.
Para ahli di Imperial College London mengatakan, penelitian terhadap 2 ribu anak berusia delapan dan sembilan tahun menemukan bahwa rata-rata seorang anak telah kehilangan sekitar 5% dari volume paru-paru karena polusi udara yang mereka hirup.
"Efek ini paling jelas terkait dengan paparan NO2 (nitrogen oksida), yang sering digunakan sebagai pelacak emisi gas buang diesel," sebut laporan mereka.
Laporan itu juga menemukan bahwa polusi udara menyebabkan asma. Dalam rentang 2017-2019, sebuah studi oleh Imperial College London memperkirakan bahwa kualitas udara London yang buruk menyebabkan lebih dari 1.700 kasus rawat inap di rumah sakit karena asma dan kondisi paru-paru yang serius.
"Ini adalah 7% dari semua penderita asma pada anak-anak di ibu kota," kata laporan itu.
Tinjauan tersebut juga menunjukkan bahwa paparan polusi udara dapat meningkatkan kematian akibat penyakit jantung, risiko stroke, dan perkembangan penyakit kardiovaskular di kemudian hari.
Sebuah studi Eropa menganggap stroke pada hampir 100 ribu orang selama periode 10 tahun dan menemukan beberapa bukti hubungan antara paparan jangka panjang terhadap PM2.5 (partikel polusi udara yang sangat kecil yang dapat melewati hidung dan tenggorokan dan masuk ke dalam sistem pernapasan) dan stroke, terutama di antara orang berusia di atas 60 tahun.
Simak Video "Kualitas Udara di Jakarta Dinilai Tidak Sehat"
[Gambas:Video 20detik]
(rns/rns)