Perubahan Iklim Satukan Dua Danau yang Terpisah Berabad-abad
Danau pedalaman terbesar di Tibet, Siling, telah meluap ke danau garam terdekat lainnya, Bange. Untuk pertama kalinya dalam lebih dari 4.000 tahun, keduanya kembali menyatu sebagai dampak meningkatnya permukaan air akibat perubahan iklim.
Dataran Tinggi Tibet, yang dikenal sebagai 'Asia's Water Tower'atau Menara Air Asia, memiliki lebih dari 1.000 danau dan merupakan salah satu dari 10 sungai utama di Asia yang menyediakan sumber air bagi sekitar dua miliar orang di negara-negara hilir.
Para ilmuwan yang memantau dua danau di dataran tinggi tersebut, yang berjarak sekitar 6 km, mengatakan bahwa kedua danau dapat menyatu, dan hal itu mungkin memiliki implikasi yang signifikan bagi orang-orang yang tinggal di dekatnya.
Sebuah tim dari Institute of Tibetan Plateau Research di Chinese Academy of Sciences menerbitkan analisis mereka tentang perubahan di Danau Siling dalam Science Bulletin yang ditinjau sejawat ilmuwan pada Juli lalu.
Menurut Lei Yanbin, seorang profesor di Institute of Tibetan Plateau Research dan penulis utama penelitian tersebut, Siling telah berkembang secara signifikan dalam dua dekade terakhir. Danau ini meliputi area seluas sekitar 1.640 km persegi pada tahun 1970-an, tetapi pada 2023 telah melebar menjadi 2.445 km persegi.
Siling dan Danau Bange di dekatnya, yang dulunya merupakan sumber boraks, telah menjadi bagian dari daerah aliran sungai terpisah tanpa hubungan hidrologis selama lebih dari 4.000 tahun. Namun keduanya mungkin telah ada sejak 8.200 tahun yang lalu, ketika gletser mencair dan permukaan laut naik.
"Sementara permukaan air Bange menurun sekitar 1 meter selama dekade terakhir, permukaan air Siling naik 4 meter," tulis Lei, dikutip dari South China Morning Post, Minggu (15/9/2024).
Siling meluap ke dasar sungai kuno di antara kedua danau tersebut pada September tahun lalu, memecah jalan provinsi dan membentuk saluran yang lebarnya 200 meter dan kedalamannya hampir 2 meter.
"Banjir bandang akan menyebabkan perluasan Bange secara cepat. Data satelit mengungkapkan bahwa dalam waktu satu bulan setelah luapan, wilayah Bange telah meningkat lebih dari 10 persen," kata Lei dalam sebuah pernyataan yang dirilis oleh Institute of Tibetan Plateau Research.
Lei mengatakan penyebab langsung luapan tersebut adalah kenaikan permukaan air yang terus-menerus selama 20 tahun terakhir, dengan mencatat bahwa permukaan air telah meningkat lebih dari 13 meter dari tahun 1998 hingga 2023.
Meningkatnya curah hujan di wilayah tersebut pada Agustus dan September tahun lalu, telah mendorong permukaan air hingga mencapai titik yang menyebabkan danau meluap. Menurut Lei, perubahan iklim yang cepat di Dataran Tinggi Tibet menjadi penyebab utama masalah tersebut.
"Dari tahun 1970 hingga 2014, suhu tahunan rata-rata di dataran tinggi tersebut meningkat pada tingkat 0,35 derajat Celsius per dekade, dua kali lipat dari rata-rata global, disertai ketidakseimbangan yang nyata dalam pola curah hujan, dengan peningkatan di bagian dalam dataran tinggi dan penurunan di tepi selatan dan timurnya," kata Lei dalam sebuah makalah sebelumnya.
Dampak perubahan iklim terlihat di seluruh wilayah Himalaya. Song Chunqiao, seorang profesor di Nanjing Institute of Geography and Limnology, juga telah mempelajari reorganisasi daerah aliran sungai di Dataran Tinggi Tibet.
Song mengatakan ada 11 peristiwa seperti itu antara tahun 2000 hingga 2018, dan yang terparah terjadi pada 2011 hingga membahayakan jalur kereta api antara Qinghai dan Tibet.
"Mengingat tren pemanasan dan kelembapan yang sedang berlangsung di dataran tinggi, ada kebutuhan mendesak untuk meningkatkan pemantauan area reorganisasi daerah aliran sungai yang potensial - terutama untuk kejadian tiba-tiba seperti pecahnya danau dan runtuhnya gletser, yang dapat menyebabkan bencana geologis dan risiko ekologis lebih lanjut," kata Song.
Tim Lei juga mengamati perluasan danau yang belum pernah terjadi sebelumnya di Dataran Tinggi Tibet bagian tengah dari tahun 2017 hingga 2018, ketika permukaan air lima danau naik antara 1,4 hingga 2,8 meter.
Berdasarkan pemodelan mereka, tim tersebut memperkirakan permukaan air Siling akan terus naik, bahkan berpotensi mencapai 16,8 meter lagi pada tahun 2100.
Mereka mengatakan bahkan di bawah skenario paling konservatif terkait pertumbuhan emisi, danau tersebut diprediksi akan meluas dan dapat menyatu dengan Bange sekitar tahun 2030.
Lei mengatakan bahwa perubahan tersebut dapat memengaruhi orang-orang yang tinggal di dekat danau tersebut. Ia mendesak pihak berwenang untuk mengidentifikasi potensi bahaya dari perluasan danau pedalaman di Dataran Tinggi Tibet yang disebabkan oleh perubahan iklim.
"Pemantauan waktu nyata dan peringatan dini untuk perubahan permukaan air danau yang kritis diperlukan untuk melindungi jalan, jembatan, dan desa di sekitarnya dari ancaman yang muncul," katanya dalam pernyataan tersebut.
Cara Warga Lawan Cuaca Panas di Jerman
Cara Warga Lawan Cuaca Panas di Jerman
(rns/rns)