• Home
  • Berita
  • Perjuangan Pemuda Asal Pacitan Bangun Perusahaan Game Sendiri

Perjuangan Pemuda Asal Pacitan Bangun Perusahaan Game Sendiri

Redaksi
Aug 17, 2023
Perjuangan Pemuda Asal Pacitan Bangun Perusahaan Game Sendiri
Daftar Isi
  • Rasa Penasaran Membuka Jalan
  • Awal Mula Terbentuknya Gamecom Team
  • Perjuangan Menjalankan Gamecom Team
  • Lahirnya Troublemaker
Jakarta -

Berawal dari rasa penasarannya terhadap video game, seorang pemuda asal Pacitan punya mimpi besar untuk memperkenalkan karyanya sendiri kepada dunia. Upaya yang dilakukannya sejak Sekolah Menengah Pertama (SMP) pun membuah hasil.

Pemuda ini sekarang sudah punya perusahaan game sendiri. Bahkan tiga game yang diluncurkannya sukses menarik perhatian gamer tidak hanya di Indonesia, melainkan juga mancanegara.

Kisah ini datang dari Reza Febri Nanda, seorang anak muda dengan ambisi yang besar mengenalkan karya anak bangsa kepada dunia. Lahir di Pacitan, merantau ke Surabaya, hingga akhirnya menetap di Jakarta, begini kisahnya membuat studio game sendiri.

Rasa Penasaran Membuka Jalan

Pria yang akrab dipanggil Nanda ini, sudah punya pandangan berbeda soal video game ketika kelas lima SD. Di saat kebanyakan anak-anak seusianya lebih memilih untuk menikmatinya saja, tidak demikian bagi Nanda.

Ia justru penasaran dengan kecanggihan yang ditawarkan pengembang dari game yang dimainkannya. Kebetulan ketika itu dirinya disuguhi permainan klasik berjudul Crash Bandicoot.

"Pertama kali saya tau game, saya kayak orang kagok. Kok bisa yang saya pegang kontroler gerakin yang ada di TV. Itu antara kaget dan kagum udah tercampur. Terus saat itu saya ngomong ke almarhum bokap saya, caranya bikin beginian kayak gimana," kata Nanda kepada detikINET.

Hal itulah yang terus melekat di kepala Nanda. Untuk menghilangkan rasa penasarannya, pemuda yang kini berusia 24 tahun ini, mencoba mengutak-atik beberapa game java saat masih SMP.

Hingga akhirnya ia pun meneguhkan hatinya untuk membuat perusahaan game sendiri begitu masuk SMK. Akan tetapi, karena dirinya sadar betul bahwa ini tidak mudah, ia merasa membutuhkan orang-orang yang cukup kompeten untuk mewujudkannya.

Awal Mula Terbentuknya Gamecom Team

Rencananya untuk membuat perusahaan game sendiri pun tidak main-main. Baru duduk di kelas satu SMK, Nanda mulai beraksi dengan mencari rekan yang punya misi dan visi yang sama dengannya.

Nanda menjelaskan bahwa awal mulanya ia bersinergi dengan dengan teman sekelasnya. Hal ini mengingat, bahwa membuat game tidak bisa dilakukan sendiri.

"Yaudah saya deketin dong, mau bikin game bareng nggak. Nah mau, kurang lebih gitu. Akhirnya berdua tuh. Awalnya Gamecom dari berdua," jelas Nanda.

Lanjut, Nanda menerangkan, bahwa pemilihan nama Gamecom sangat sederhana. Baik dirinya maupun temannya itu tidak bisa Bahasa Inggris, tetapi keduanya butuh nama tim yang keren.

"Kita pengen bikin perusahaan game kan. Kalau di Bahasa Inggris namanya game company, kita gabung," ujarnya.

Kendati begitu, saat masih berdua, mereka tidak langsung mengembangkan game sekelas AA atau AAA. Melainkan hanya sebuah proyek pribadi, sembari memperdalam pengetahuan terkait pembuatan game.

"Yaudah kita lanjutin, cuma waktu SMK kita cuma bikin game jam. Game jam itu bikin game dua hingga tiga hari kecil-kecilan. Kalau kita saat itu cuma sekedar latihan lah. Kita coba bikin kayak gini yuk, bikin kayak gini. Dalam waktu singkat coba bikin game," kata Nanda.

Selanjutnya, karena merasa kekurangan orang, keduanya memutuskan untuk menambah pasukan sampai pada akhirnya tim mereka terdiri dari tujuh orang dan menggunakan nama baru Gamecom Team.

Perjuangan Menjalankan Gamecom Team

Setelah terkumpul tujuh orang, ternyata Gamecom Team tidak langsung jalan sebagai perusahaan game yang profesional. Nanda mengatakan kalau mereka memutuskan untuk berpisah sementara.

"Nah abis wisuda lulus, kita tau nih emang kita harus pisah, kita belum bisa profesional bikin game, ini kita belum bisa jadiin kerjaan. Jadi kita mutusin buat bubaran. Tapi pesan saya sama tim itu, kita coba cari pengalaman masing-masing dulu. Nanti kita kalau udah saatnya buat comeback nih, nanti ta' panggil lu pada," kata Nanda.

Sebelum akhirnya Gamecom Team resmi terbentuk, Nanda pun merantau dari Pacitan ke Surabaya. Dirinya mengatakan bahwa ia tidak meneruskan pendidikan ke jenjang kuliah, karena tidak memiliki cukup dana.

Jadi Nanda mencoba peruntungan dengan mencari nafkah di Surabaya. Di sini, jatuh bangun ia rasakan selama satu tahun, hingga akhirnya sebuah perusahaan game asal Jakarta memanggilnya untuk bekerja.

Usai empat tahun bekerja, ia memutuskan keluar dari pekerjaannya karena beberapa alasan. Di sini lah momen Gamecom Team mulai terbentuk kembali.

Game pertama yang mereka buat berjudul A Day Without Me. Game puzzle ini dibuat dalam kurun waktu selama tiga bulan.

Alih-alih menawarkannya ke publisher, gerakan pertama yang mereka lakukan malah merilisnya sendiri di Steam. Kemudian Nanda bersama tim menawarkannya ke penerbit.

Ternyata, selama pembuatan game pertamanya, Nanda menghabiskan uang pribadi hingga ratusan juta. Penggunaan danannya beragam, mulai dari memodali hidupnya yang saat itu sudah tidak lagi bekerja, termasuk membiayai keberlangsungan Gamecom Team selama membuat A Day Without Me.

Meskipun game itu deal dengan publisher, sayangnya uang tidak langsung turun. Nanda baru bisa menerimanya dua sampai tiga bulan setelahnya.

Dari situ lah game kedua mulai digarap. Nanda mengatakan bahwa karya mereka yang berjudul Babol the Walking Box ini, merupakan projek nunggu uang dari A Day Without Me.

Pengerjaannya sendiri lebih murah dan cepat, sebab Babol merupakan projek mereka saat masih SMK dulu. Namun, baik A Day Without Me maupun Babol the Walking Box, ternyata belum bisa memberikan keuntungan. Hasil penjualan keduanya hanya menutup lubang pengeluaran dana selama pembuatan game tersebut.

"Beneran dua projek itu balik modal doang. Karena ya kita lihat aja secara statistik di internet review nggak oke-oke banget, yang main juga hitungan jari. Jadi ya memang targetnya bukan ngejar duit saat projek dua itu," tegas Nanda.

Lahirnya Troublemaker

Meskipun penjualan dua game pertama, yakni A Day Without Me dan Babol the Walking Box tidak terlalu besar, tidak cukup untuk mendanai Gamecom Team membuat game baru. Bermodalkan pengalaman yang sudah didapatkan dari judul-judul sebelumnya, mereka pun mencoba merancang strategi lebih matang.

Riset pasar pun dilakukan, hingga Nanda menyadari bahwa game Yakuza yang menjadi kesukaannya tidak punya alternatif. Berangkat dari hal itulah, Yakuza menjadi pondasi dari Parakacuk yang berganti nama menjadi Troublemaker.

Dengan data yang mereka miliki, Gamecom Team mulai menggarap game ini dengan waktu yang sesingkat-singkatnya. Hal ini mengingat dana perusahaan tidak cukup kuat menahan kelangsungan hidup perusahaan.

Parahnya lagi, Nanda dan tim belum juga mendapatkan deal publisher hingga batas waktu modal yang tersisa. Hal ini memaksanya untuk bekerja freelance, dalam upaya penambahan dana untuk operasi game tersebut.

"Hasil uang yang didapatkan buat Gamecom Team. Bukan buat saya. Sampai akhirnya dapat deal publisher. Untuk detail kontraknya tidak bisa saya sebut, intinya deal publisher ini bisa lanjutin Troublemaker sampai rilis," kata Nanda.

Kerja keras pun terbayar lunas. Troublemaker yang rilis pada tanggal 31 Maret 2023 lalu, sukses menarik atensi dari gamer di seluruh dunia.

Kepopulerannya mampu memenuhi target dari Freedom Games selaku publisher, bahkan melebihi ekspektasi mereka.

"Sukses kita adalah semua goals kita tercapai. Penjualan Troublemaker sudah balik modal di hari kedua, dan publisher kita mengakui ini sukses. Untung banget," pungkas Nanda.

Ia mengungkapkan bakal ada projek baru lagi dari Gamecom Team. Adapun game yang akan datang berhubungan dengan mimpi.

"Next projek kita adalah tentang mimpi, tentang remaja. Tapi yang jelas apa yang lagi kita kerjakan adalah remaja harus punya mimpi," pungkas Nanda.



Simak Video "Duckie Land Siap Melantai di Indodax 28 April"
[Gambas:Video 20detik]
(hps/rns)
back to top