Negara Lain Berlomba ke Bulan, Indonesia Kapan?

Sejumlah negara mengembangkan teknologi keantariksaan mereka salah satunya dengan berlomba mengeksplorasi Bulan. Yang terbaru, ada India dengan misi Chandrayaan-3 yang mendarat di permukaan Bulan pada Agustus ini. Setiap kali mendengar misi semacam ini, para penggemar keantariksaan Tanah Air mungkin iri, Indonesia kapan ya?
Hingga saat ini, misi ke Bulan dan mengirim astronaut memang dilihat sebagai pencapaian tertinggi badan antariksa sebuah negara. Sebagai sesama organisasi keantariksaan, Kepala Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa (ORPA) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Robertus Heru Triharjanto turut senang melihat pencapaian terbaru ISRO, lembaga keantariksaan nasional India, mendarat di Bulan.
"Kita ikut happy dia (India) advancing. Yang mission kali ini kan dia mau soft landing. Sebelumnya istilahnya hard landing, yang penting sampai permukaan Bulan dulu. Kali ini India ingin mencoba sampai berhasil, mendarat pelan-pelan (soft landing) sehingga kendaraannya bisa keluar, keliling-keliling rover-nya. Tujuannya sama seperti China dan Amerika, mereka sudah soft landing di Bulan agar bisa mengeksplorasi Bulan dengan rover-nya," kata Heru, ditemui usai acara talkshow 'Penerbangan dan Antariksa' Hakteknas ke-28 di Gedung BJ Habibie, Jakarta Pusat, Senin (7/8).
Indonesia, kata Heru, belum berada di tahap menyusul negara-negara yang sudah mengorbitkan manusia dan wahana ke antariksa, atau mendarat di Bulan. Saat ini, pengembangan teknologi antariksa Indonesia masih fokus pada pengembangan satelit dan roket, belum masuk ke eksplorasi antariksa yang lebih luas.
"Masih mengacu pada Perpres No. 45 Tahun 2017, rencana keantariksaan itu semuanya mission to earth, belum ada rencana mission to other planetary object. Mission to earth itu membuat satelit untuk kebutuhan melihat Bumi dari atas, buat komunikasi di Bumi," ujarnya.
Dikatakan Heru, sejauh ini, masih belum ada mandat yang memerintahkan ORPA BRIN untuk melakukan misi eksplorasi luar angkasa seperti pergi ke Bulan, Mars, atau menerbangkan astronaut.
Sementara saat ini kita hanya bisa menonton perlombaan negara-negara yang berlomba menuju Bulan, lalu apa pencapaian bidang antariksa Indonesia sejauh ini? Perlu kalian ketahui, di tingkat Asia Tenggara, Indonesia memiliki keunggulan dari segi kemampuan membuat satelit dengan fasilitas sendiri, meluncurkan satelit tersebut, serta berfungsi dengan baik.
Bukan baru-baru ini Indonesia mengembangkan teknologi antariksa, melainkan sudah mengembangkan satelit sejak tahun 1963, hanya enam tahun sejak peluncuran Sputnik 1, satelit buatan pertama milik Uni Soviet, pada tahun 1957. Awal tahun 1963, Indonesia juga membuat dan meluncurkan roket Sonda yang menjadi satelit pertama yang diluncurkan di Asia Tenggara, dan kedua di Asia, setelah Jepang. Semenjak itu, Indonesia aktif mengembangkan kegiatan keantariksaan.
Saat ini, tugas dan fokus riset ORPA BRIN diprioritaskan untuk membangun konstelasi satelit Nusantara Earth Observation, Nusantara Equatorial IoT Constellation, dan Bandar Antariksa Indonesia untuk mendukung kemandirian penginderaan jauh ke depannya.
Indonesia juga sebentar lagi merampungkan pembangunan Observatorium Nasional Timau di Gunung Timau, NTT. Saat rampung nanti, Observatorium Timau akan menjadi rumah bagi teleskop 3,8 meter, teleskop paling besar di Asia Tenggara, dan spesifikasinya akan menunjang bidang astronomi Indonesia.
Simak Video "Peneliti BRIN yang 'Halalkan Darah Warga Muhammadiyah' Minta Maaf"
[Gambas:Video 20detik]
(rns/afr)