• Home
  • Berita
  • Mengenal Solusi Ampuh NetApp untuk Atasi Ransomware

Mengenal Solusi Ampuh NetApp untuk Atasi Ransomware

Redaksi
Aug 10, 2023
Mengenal Solusi Ampuh NetApp untuk Atasi Ransomware
Daftar Isi
  • Snapshot sebagai Anti Ransomware
  • Apa bedanya dengan backup data biasa?
  • Bukan dibuat untuk mengatasi ransomware
Jakarta -

NetApp bukan perusahaan keamanan siber, mereka menyebut dirinya sebagai perusahaan Cloud Data Management. Namun, mereka punya solusi yang dijanjikan ampuh untuk mengatasi ransomware.

Solusi yang dimaksud di sini sebenarnya adalah sebuah fitur dalam software manajemen data cloud milik NetApp, dan sama sekali bukan fitur baru yang sengaja dibuat untuk mengatasi ransomware.

Snapshot sebagai Anti Ransomware

Nama fitur tersebut adalah Snapshot, yang sudah ada sejak NetApp pertama berdiri pada 1992. Snapshot ini fungsi utamanya adalah semacam mem-backup data, namun dengan cara kerja yang berbeda dibanding backup data yang pada umumnya hanya menyimpan data secara keseluruhan di tempat lain -- biasanya ditambahi dengan proses kompresi untuk mengirit kapasitas tempat penyimpanan.

Sementara Snapshot, sesuai namanya, hanya mengambil snapshot dari sebuah data yang mau di-backup. Ukurannya tentu tak sebesar proses backup biasa.

"Jadi kita sebut itu overhead. Jadi kalau overhead itu kalau dari pengalaman saya sangat kecil, mungkin kurang dari 7%," kata Adir Ginting, Country Manager NetApp Indonesia, saat ditemui detikINET di kantor NetApp di Jakarta, Rabu (9/8/2023).

"Jadi kalau kita lihat data itu sama aja dengan kamera. Misalnya kita ambil high resolution kamera foto itu kan bisa 3-5 mega (MB-red) Tapi kalau kita screenshot gitu kan cuma 25 kilo (KB-red) tetapi gambarnya kan utuh Snapshot kurang lebih seperti itu analoginya,"

Lalu, apa hubungannya backup yang irit storage ini dengan solusi mengatasi ransomware? Menurut Adir, sistem Snapshot bisa diatur untuk melakukan Snap dengan rentang waktu tertentu, misalnya 2 atau 3 kali sehari. Nah saat sistem sudah terkompromi oleh ransomware, di mana file tak bisa diakses karena sudah terenkripsi, sistem Snapshot ini bisa mendeteksi dan akan berhenti melakukan Snap.

Ditambah lagi, file Snapshot ini bersifat immutable, alias tak bisa ditulis ulang. Sehingga tidak akan ikut terenkripsi oleh ransomware. Sehingga pengguna akan bisa mengembalikan data-datanya dari Snapshot yang sebelumnya sudah dilakukan.

Apa bedanya dengan backup data biasa?

Adir menjelaskan, Snapshot ini berbeda dibanding proses backup data biasa karena Snapshot ini bukan mengkopi semua data yang ada, sehingga ukuran filenya jauh lebih kecil, yang artinya akan lebih ringan dibanding mengkompresi semua file yang ada.

Nantinya file snapshot ini bisa "disusun" ulang untuk merestorasinya. Sistem yang dipakai ini juga membuat file Snapshot tak bisa disusupi oleh ransomware, berbeda dengan sistem backup biasa yang menurut Adir juga menjadi target serangan ransomware.

"Dalam beberapa kasus justru backup ini yang diserang duluan, sehingga kemungkinan ransom (tebusan) dipenuhi lebih besar. Inilah yang dijawab oleh NetApp dengan Snapshot, jadi pendekatannya bukan copy data tapi snap, ada perbedaan yang sangt prinsip," jelasnya.

Menurut Adir, sejauh ini konsumennya di Indonesia yang pernah terkena ransomware, semua datanya bisa dikembalikan seperti semua. "Yang saya lihat itu 100%," pungkas Adir.

Selain itu ada dua hal penting yang menjadi keunggulan Snapshot ini dibanding sistem backup biasa. Yaitu Recovery Time Objective (RTO) dan Recovery Point Objective (RPO). Dalam bahasa sederhana, RTO adalah waktu yang dibutuhkan untuk memulihkan data yang, dalam kasus ini, dienkripsi oleh ransomware. Sementara RPO adalah data terakhir yang bisa dipulihkan dan tidak ikut terinfeksi oleh ransomware.

Menurut Adir, proses pemulihan data dari Snapshot ini jauh lebih cepat ketimbang proses ekstraksi data dari file backup pada umumnya. "Untuk ukuran misalnya 1 petabyte kita bisa recover datanya kembali ke semula itu kurang lebih antara 3 sampai 4 jam," jelasnya.

Sementara untuk RPO, Adir menjanjikan Snapshot ini unggul dibanding proses backup biasa karena pada proses backup ada kemungkinan ransomwarenya juga sudah bisa menyusup ke dalam file tersebut.

"Dalam beberapa kasus ada yang data selama setahun hilang (karena ransomware ikut menyusup ke dalam file backup," tambah Adir.

Bukan dibuat untuk mengatasi ransomware

Meski dijanjikan ampuh melawan ransomware, Snapshot ini bukanlah fitur yang sengaja dibuat untuk melakukan hal itu. Saat pertama dihadirkan pada 1992, Snapshot ini dipakai untuk memindahkan file dari satu server ke server lain.

"NetApp punya teknologi yang sudah dikembangkan dari tahun 1992 dan tiba-tiba sekarang mendapatkan relevansi yang luar biasa. Padahal awalnya tidak diciptakan untuk menjadi anti ransomware," jelas Adir.



Simak Video "Serangan Geng Ransomware Kembali Hantui Indonesia"
[Gambas:Video 20detik]
(asj/asj)
back to top