Kiamat Nuklir, Orang Hidup Akan Iri Pada yang Sudah Mati

Perang Dunia III jika terjadi, mungkin akan melibatkan senjata nuklir yang dahsyat. Nah, perang nuklir besar-besaran dapat melenyapkan banyak orang di seluruh dunia. Bahkan yang hidup pun barangkali ingin ikut mati saja.
Dikutip detikINET dari Metro, Kamis (13/6/2024) konsekuensi perang nuklir terhadap iklim dunia menjadikannya makin mengerikan. Asap dari hantaman nuklir akan menghalangi sinar Matahari, mengurangi sinarnya, dan menjerumuskan dunia dalam kengerian musim dingin nuklir.
Brian Toon, profesor ilmu atmosfer dan kelautan di Universitas Colorado Boulder, adalah salah satu pionir riset musim dingin nuklir. Teori musim dingin nuklir pertama kali menarik perhatian di 1983 kala salah satu ilmuwan paling tenar, Carl Sagan, menerbitkan artikel yang menanyakan 'Apakah perang nuklir akan menjadi akhir dunia?'
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menulis bahwa dalam perang nuklir, lebih dari semiliar orang akan terbunuh seketika, namun konsekuensi jangka panjangnya bisa jauh lebih buruk. Sagan dan beberapa muridnya, termasuk Prof Toon, menjelaskan konsekuensi yang akan terjadi.
Setelah perang nuklir, asap hitam tebal yang mengepul dari kota-kota dan kawasan industri yang terbakar akan naik tinggi ke stratosfer dan menghalangi cahaya Matahari. Cuaca dingin, kering, dan gelap yang terjadi selanjutnya menyebabkan suhu turun hingga di bawah nol, menyebabkan miliaran orang kelaparan akibat runtuhnya sektor pertanian.
Menghadapi dunia beracun itu yang menanti siapa pun yang selamat dari perang nuklir skala penuh, mantan pemimpin Soviet Nikita Khrushchev bahkan pernah mengatakan, "Orang yang hidup akan iri pada orang mati."
Dikutip detikINET dari Metro, potensi perang nuklir memang tak bisa diabaikan, khususnya saat ini di mana beberapa perang hebat terjadi. Jika orang tinggal di kota besar mana pun di Eropa atau Amerika Utara, dapat diasumsikan setidaknya ada satu bom nuklir ditujukan ke mereka saat ini.
Rusia memiliki sekitar 2.000 senjata nuklir yang siap dikerahkan. Amerika juga punya kapabilitas sama. Di kedua negara, ada sekitar 500 kota yang berpenduduk lebih dari 100.000 orang yang berpotensi jadi sasaran.
"Hanya butuh satu senjata untuk menghancurkan sebuah kota yang berpenduduk 100.000 orang. Jika terjadi perang antara AS dan Rusia, Eropa akan diserang dengan banyak senjata nuklir," cetus Toon.
"Saya baru-baru ini melihat target di Eropa dan saya menemukan sekitar 650 target militer di Eropa. Inggris memilikinya di mana-mana," lanjutnya.
Menurutnya, ledakan bom nuklir seperti menjatuhkan sepotong Matahari ke Bumi. "Bomnya meledak, dan terjadi pelepasan energi sangat besar yang menciptakan bola api yang membesar dan sangat panas. Awalnya bersuhu jutaan derajat tapi kemudian segera mencapai suhu Matahari," paparnya.
"Senjata nuklir umumnya akan menghancurkan sekitar seratus kilometer persegi di mana ia meledak, dan sebagian besar kehancuran tersebut terjadi akibat kebakaran," tambahnya.
"Itu yang menyebabkan kehancuran di Hiroshima, kebakaran. Jika Anda lihat gambar Hiroshima, yang ada hanya puing-puing. Beberapa bangunan beton masih tersisa. Kerusakan itu sebagian besar disebabkan kebakaran. Faktanya di Hiroshima, kebakaran mungkin melepas energi seribu kali lebih banyak dari bomnya sendiri, sehingga amat merusak," lanjutnya.
Kiamat perang nuklir
Jika perang nuklir melibatkan banyak negara, akibatnya akan jauh lebih mengerikan. "Jika terjadi perang antara AS, Rusia, Eropa, dan mungkin China, jumlah asap sangat besar sehingga sinar Matahari berkurang hingga sekitar 20% dari jumlah normal di planet ini," jelas Prof Toon.
Maka, suhu bisa turun di bawah titik beku. "Jadi di tempat seperti Ukraina, yang merupakan penghasil roti atau Iowa, penghasil roti bagi Amerika, suhu di tempat tersebut akan turun di bawah titik beku dalam beberapa minggu setelah perang dan tetap di bawah titik beku. Perlu waktu hampir satu dekade untuk kembali ke suhu normal," tambahnya.
Menanam apa pun pada suhu di bawah titik beku akan sulit, menyebabkan kelaparan massal dan kematian. Adapun perubahan iklim yang dipicu serangan nuklir akan merusak persediaan makanan dan air, serta infrastruktur. Maka, kelaparan akan terjadi di negara yang menyerang, negara sasaran, dan negara lain di luar zona pertempuran.
Temuan tersebut membantu membujuk Mikhail Gorbachev dan Ronald Reagan mengurangi jumlah hulu ledak tahun 1986. "Baik Gorbachev maupun Reagan mengatakan komunitas sains di negara mereka menyebut bahwa jika mereka perang nuklir, itu akan membunuh sebagian besar orang di planet ini," katanya.
'Jadi, Reagan dan Gorbachev sepakat menyingkirkan senjata nuklir. Dulu ada 70.000 senjata nuklir, sekarang tinggal sekitar 10.000," imbuhnya. Prof Toon mengatakan protes dan dan menyampaikan aspirasi adalah cara membuat politisi berubah mengenai penggunaan senjata nuklir.
Simak Video "Kim Jong Un Tuding AS Coba Dorong Perang Nuklir di Perairan Korea"
[Gambas:Video 20detik]
(fyk/fay)