Israel Pakai AI untuk Tentukan Target Pengeboman di Gaza
Militer Israel menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk menentukan target pengeboman di Gaza. Mereka menggunakan sistem bernama Lavender yang dikembangkan setelah serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023.
Menurut hasil investigasi media Israel +972 Magazine dan Local Call, pada puncaknya sistem AI Lavender pernah menandai 37.000 orang Palestina di gaza sebagai 'militan Hamas' dan menyetujui pembunuhan mereka.
Untuk melatih sistem Lavender, militer Israel memasukkan informasi terkait anggota Hamas dan Palestinian Islamic Jihad ke dataset. Namun menurut salah satu sumber yang bertugas melatih Lavender, data orang-orang yang hubungannya tidak terlalu erat dengan Hamas juga dimasukkan ke dataset tersebut.
"Saya merasa terganggu dengan kenyataan bahwa ketika Lavender dilatih, mereka menggunakan istilah 'anggota Hamas' secara longgar, dan memasukkan orang-orang yang merupakan pekerja pertahanan sipil ke dalam dataset pelatihan," kata sumber tersebut kepada +972, seperti dikutip dari The Verge, Sabtu (6/4/2024).
Lavender dilatih untuk mengidentifikasi 'fitur' yang terkait dengan anggota Hamas, seperti masuk di dalam grup WhatsApp dengan militan Hamas, sering berganti ponsel setiap beberapa bulan sekali, atau sering berganti alamat.
Data tersebut kemudian digunakan untuk menentukan peringkat warga Palestina lainnya menggunakan skala 1-100 berdasarkan seberapa mirip mereka dengan anggota Hamas yang ada di dataset. Warga yang mencapai ambang batas tertentu kemudian ditandai sebagai target serangan.
Sistem Lavender memiliki tingkat akurasi 90%, yang artinya 10% dari orang-orang yang diidentifikasi sebagai anggota Hamas oleh sistem tersebut sebenarnya bukan anggota Hamas sama sekali. Beberapa warga yang ditandai sebagai target kebetulan memiliki nama atau panggilan yang sama seperti anggota Hamas yang dikenali, merupakan keluarga dari anggota Hamas, atau menggunakan ponsel yang pernah digunakan oleh militan Hamas.
Militer Israel membantah adanya daftar target pengeboman tersebut. Kepada CNN, juru bicara militer Israel mengatakan pihaknya tidak menggunakan AI untuk mengidentifikasi terduga anggota Hamas, namun mereka tidak membantah keberadaan sistem Lavender.
Selama beberapa minggu pertama perang, militer Israel diizinkan membunuh 15-20 warga sipil untuk setiap anggota Hamas tingkat rendah yang menjadi sasaran Lavender. Untuk pejabat senior Hamas, militer Israel mengizinkan ratusan korban sipil.
Warga yang dicurigai sebagai anggota Hamas juga diikuti hingga rumah mereka menggunakan sistem bernama 'Where's Daddy?'. Sistem itu akan melacak lokasi warga yang sudah ditandai oleh Lavender hingga ke rumah mereka, dan setelah itu militer Israel akan mengebom rumah target tersebut.
Karena yang menjadi target adalah rumah warga, tidak jarang aksi tersebut juga memakan korban sipil dan keluarga dari warga yang disasar. Militer Israel juga kadang akan mengebom rumah-rumah tanpa memastikan target ada di dalamnya, sehingga serangan itu memakan banyak korban sipil.
"Saya sering kali menyerang sebuah rumah, tapi orangnya bahkan tidak ada di rumah. Hasilnya Anda membunuh satu keluarga tanpa alasan," kata sumber tersebut.
Simak Video "Israel Ngaku Tak Sengaja Bunuh Relawan WCK, Tapi Kirim Rudal Sampai 3 Kali"
[Gambas:Video 20detik]
(vmp/agt)