• Home
  • Berita
  • Gempa Bisa Picu Kemunculan Bongkahan Emas Raksasa

Gempa Bisa Picu Kemunculan Bongkahan Emas Raksasa

Redaksi
Sep 07, 2024
Gempa Bisa Picu Kemunculan Bongkahan Emas Raksasa
Jakarta -

Sebuah studi terbaru menemukan bahwa gempa bumi memicu kuarsa membentuk bongkahan emas besar. Temuan ini akhirnya memecahkan misteri yang membingungkan para peneliti selama beberapa dekade.

Emas terbentuk secara alami di kuarsa, yakni mineral paling melimpah kedua di kerak Bumi setelah feldspar. Namun tidak seperti jenis endapan emas lainnya, endapan yang ditemukan di kuarsa sering kali mengelompok menjadi bongkahan emas raksasa.

Bongkahan emas ini mengapung di tengah 'urat kuarsa', yaitu retakan pada batuan yang kaya akan kuarsa yang secara berkala dipompa penuh oleh cairan hidrotermal dari dalam kerak Bumi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Emas terbentuk di kuarsa sepanjang waktu," kata Chris Voisey, geolog di Monash University, Australia, dan penulis utama studi yang diterbitkan Senin (2/9) di jurnal Nature Geoscience.

"Yang aneh adalah pembentukan bongkahan emas yang sangat, sangat besar. Kami tidak tahu bagaimana itu terjadi, bagaimana mendapatkan sejumlah besar emas untuk dimineralisasi di satu tempat kecil yang tersembunyi," kata Voisey seperti dikutip dari Live Science seperti diberitakan, Sabtu (7/9/2024).

ADVERTISEMENT

Ia menyebutkan, cairan hidrotermal membawa atom emas dari dalam dan membilasnya melalui urat kuarsa, yang berarti emas secara teoritis akan tersebar merata di celah-celah ketimbang terkonsentrasi menjadi bongkahan emas.

Menurut penelitian tersebut, bongkahan emas ini sangat berharga dan mewakili hingga 75% dari semua emas yang pernah ditambang. Ada dua petunjuk terpisah yang membantu Voisey dan rekan-rekannya memecahkan misteri bongkahan emas.

Pertama, bongkahan emas terbesar terdapat pada endapan emas orogenik, yang merupakan endapan yang terbentuk selama gempa bumi. Kedua, kuarsa adalah mineral piezoelektrik, yang berarti ia menciptakan muatan listriknya sendiri sebagai respons terhadap tekanan geologis, seperti tekanan yang dihasilkan oleh gempa bumi.

"Jika Anda benar-benar menyatukannya, hasilnya akan sangat rapi," kata Voisey.

Pada urat kuarsa, emas lebih suka membeku pada endapan emas yang sudah ada, membentuk gugusan bongkahan emas yang besar. Foto: Pierre Longnus via Live Science

Para peneliti menemukan bahwa gempa memecah batuan dan mendorong cairan hidrotermal ke dalam urat kuarsa, mengisinya dengan emas terlarut. Sebagai respons terhadap tekanan gempa bumi, urat kuarsa secara bersamaan menghasilkan muatan listrik yang bereaksi dengan emas, menyebabkannya mengendap dan mengeras.

"Emas terkonsentrasi di titik-titik tertentu karena emas yang terlarut dalam larutan akan lebih baik mengendap pada butiran emas yang sudah ada sebelumnya," kata Voisey.

"Emas pada dasarnya bertindak sebagai elektroda untuk reaksi lebih lanjut dengan mengadopsi tegangan yang dihasilkan oleh kristal kuarsa di dekatnya," sambungnya.

Artinya, di urat kuarsa, emas membeku menjadi gugusan yang membesar setiap kali terjadi gempa. Voisey menyebutkan, bongkahan emas orogenik terbesar yang ditemukan hingga saat ini beratnya sekitar 60 kg.

Untuk menguji gagasan tersebut, para peneliti mensimulasikan efek gempa pada kristal kuarsa di laboratorium. Mereka menenggelamkan kristal dalam cairan yang mengandung emas dan mereplikasi gelombang seismik untuk menghasilkan muatan piezoelektrik.

Percobaan tersebut menegaskan bahwa di bawah tekanan geologis, kuarsa dapat menghasilkan tegangan yang cukup besar untuk mengendapkan emas dari larutan.

Simulasi juga mengonfirmasi bahwa emas lebih disukai membeku di atas endapan emas yang sudah ada dalam urat kuarsa, yang membantu menjelaskan pembentukan bongkahan emas berukuran besar.

"Memiliki emas yang sudah ada sebelumnya dan menjadikannya sebagai katalisator atau penangkal petir yang dapat ditempeli emas lainnya adalah hal yang sangat menarik," kata Voisey.

Salah satu implikasi dari penelitian ini adalah bahwa para ilmuwan kini dapat membuat bongkahan emas berukuran besar di laboratorium.

"Tetapi ini bukan alkimia. Anda harus memiliki emas dalam larutan, kemudian Anda cukup memindahkannya dari yang pada dasarnya berada dalam cairan ke sesuatu yang lain," ujarnya.

Sebagai catatan, penelitian ini tidak memberikan petunjuk baru kepada para ahli geologi dan perusahaan eksplorasi tambang tentang di mana harus menambang bongkahan emas.

Voisey menyebut, ilmu pengetahuan terbaik yang dapat ditawarkan saat ini adalah perangkat yang mendeteksi sinyal piezoelektrik dari kuarsa di kedalaman.

"Ini dapat memberi tahu Anda di mana urat kuarsa berada, tetapi tidak memberi tahu Anda apakah ada emas di urat kuarsa tersebut," tutupnya.



Simak Video "Momen Gempa M 7,1 Hantam Jepang"
[Gambas:Video 20detik]
(rns/fay)
back to top