• Home
  • Berita
  • Efektifkah Modifikasi Cuaca untuk Atasi Polusi Udara?

Efektifkah Modifikasi Cuaca untuk Atasi Polusi Udara?

Redaksi
Aug 28, 2023
Efektifkah Modifikasi Cuaca untuk Atasi Polusi Udara?
Jakarta -

Salah satu solusi jangka pendek yang didorong pemerintah untuk mengatasi polusi udara yang mengancam sejumlah wilayah terutama di DKI Jakarta adalah melakukan modifikasi cuaca untuk menurunkan hujan. Cara ini dinilai bisa sedikit membilas udara menjadi lebih bersih.

Dalam beberapa hari terakhir, sejumlah titik di kawasan Bogor, Depok, Tangerang Selatan hingga Jakarta Selatan diguyur hujan. Curah hujan paling deras adalah hujan pada Minggu (27/8) sore. Di berbagai media sosial, terpantau sejumlah warga Jabodetabek memposting update terkait hujan yang turun di musim kemarau ini.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut ada andil modifikasi cuaca sehingga hujan tersebut terjadi.

BMKG menyebut rekayasa ini sebagai bagian dari langkah mengatasi persoalan polusi udara.

Hal ini dikonfirmasi langsung oleh Kepala BMKG Dwikorita. Dia menyebut saat ini Indonesia masih musim kemarau, sehingga hujan yang turun merupakan rekayasa cuaca.

"Sekarang masih musim kemarau. Hujan turun karena sedang dilakukan penerapan teknologi modifikasi cuaca (TMC)," kata Dwikorita saat dimintai konfirmasi, Minggu (27/8).

Deputi Meteorologi BMKG Guswanto juga membenarkan pernyataan Dwikorita. Dia menyebut rekayasa cuaca yang dilakukan hasil kerja sama antara BMKG, BRIN, BNPB, dan TNI AU.

"Rekayasa cuaca yang dimaksud adalah dengan mempercepat potensi pertumbuhan awan hujan menjadi hujan dengan disemai dengan bubuk garam NaCl. TMC ini hasil kerja sama BMKG, BRIN, BNPB, dan TNI AU," jelasnya.

Dia memastikan modifikasi cuaca ini sebagai salah satu langkah untuk mengatasi polusi udara di DKI Jakarta dan sekitarnya. "Betul (untuk atasi polusi udara)," ujarnya.

Perlu Upaya Keras

Tak ada hal yang terjadi secara instant. Semuanya perlu proses termasuk dalam mengatasi polusi udara. Mungkin perlu melakukan modifikasi cuaca hingga beberapa kali untuk membilas udara kotor, disertai sejumlah upaya lain yang mendukungnya.

Meskipun sejumlah warga Jabodetabek melaporkan udara menjadi lebih sejuk dan segar di Senin (28/8/2023) pagi, nyatanya kualitas udaranya belum menjadi lebih baik hanya karena hujan semalam, setidaknya demikian menurut pantauan aplikasi kualitas udara hari ini, menggunakan Air Quality Index (AQI) Air Visual.

Polusi udara Foto: AQI Air Visual

AQI melaporkan tingkat kualitas udara dengan skor 0-500. Indeks dengan angka tinggi mengindikasikan tingkat keparahan polusi udara dan dampak potensialnya terhadap kesehatan.

Kualitas udara Jabodetabek, Senin (28/8/2023) berdasarkan aplikasi AQI Air Visual.

Jakarta, Depok, Tangerang, Tangerang Selatan, dan Bekasi tidak berubah dari posisi minggu-minggu sebelumnya, yakni kualitas udaranya masuk kategori 'Unhealthy' atau tidak sehat. Sedangkan Bogor, meski dengan jumlah polutan lebih sedikit, tetap udaranya tidak sehat dan masuk kategori 'Unhealthy for sensitive group'. Dan untuk Jakarta, saat ini masih masuk dalam deretan 10 besar kota besar di dunia yang kualitas udaranya tidak sehat.

Foto: AQI Air Visual

Melakukan modifikasi cuaca hanya salah satu cara menghalau polusi. Upaya lain harus berjalan seiringan untuk mengatasi kondisi ini, mulai dari menanam pohon, memperbanyak ruang terbuka hijau, mendorong penggunaan kendaraan ramah lingkungan, beralih ke sumber energi bersih, dan masih banyak lagi. Kita semua masih perlu bekerja keras mengatasinya.



Simak Video "Disebut Bakal Kurangi Polusi Jakarta, Berikut Cara Kerja Modifikasi Cuaca"
[Gambas:Video 20detik]
(rns/fay)
back to top