Cikal Bakal QR Code, Keunggulan sampai Ancaman Keamanannya

QR Code, atau panjangnya Quick Response Code, merupakan satu kotak persegi hitam putih yang sekarang ada dimana-mana, dari mulai kotak pembungkus makanan, majalah, poster bioskop, situs web, kartu nama, poster promosi, sarana pembayaran e-wallet sampai sarana untuk melakukan transfer bank.
Belakangan malah menjadi tenar karena kasus stiker QRIS palsu yang ditempel di sejumlah masjid. Bagaimana awal mula QR code ini dibuat?
QR Code dipakai karena dapat memuat informasi yang sangat banyak dibandingkan dengan barcode, sekitar 7.089 karakter numerik atau sekitar 350 kali lebih banyak dibandingkan barcode yang hanya mampu menyimpan sekitar 20 karakter numerik.
Secara fisik, tampilan QR Code memakan ruang cetak lebih kecil, sekitar 10% dari tampilan barcode untuk data yang sama, hal ini memberikan kemudahan untuk mencetak QR Code pada produk yang lebih kecil seperti mikrochip, sparepart, perangkat keras atau produk lainnya yang membutuhkan identifikasi.
Pengguna QR code awalnya adalah industri otomotif Jepang untuk melacak komponen kendaraan yang sedang dirakit dengan mengidentifikasi komponen dimana QR Code ini ditempelkan.
Namun kemudian pemakaiannya mendunia, tepatnya sejak Denso Wave yang memegang hak cipta QR Code menggratiskan penggunaannya dengan syarat mudah, yaitu mengikuti standar JIS/ISO. Hal ini yang secara tidak langsung mendukung popularitas penetrasi dan implementasi QR Code di seluruh dunia.
QR Code kemudian menjadi populer dan digunakan diluar industri otomotif karena bisa sangat cepat dibaca dan mampu menyimpan informasi yang jauh lebih besar dibandingkan barcode tradisional.
Beberapa keunggulan QR Code dibanding barcode antara lain adalah lebih tahan rusak, toleransi kerusakannya mencapai 30%. QR Code juga memiliki 3 bintik mata di setiap sudut, hal ini memungkinkan QR Code dibaca dari sudut yang berbeda karena 3 bintik tersebut akan membantu menentukan orientasi scanner.
Risiko keamanan QR Code
Dengan hanya bermodalkan kamera ponsel dan QR Code scanner/pemindai QR Code maka informasi pada QR Code ini akan bisa diakses dan disimpan dengan cepat dan mudah.
Namun hal ini kemudian memunculkan potensi ancaman dari QR Code dimana secara kasat mata, manusia tidak mampu menguraikan informasi yang terkandung pada QR Code karena sudah disandikan sedemikian rupa.
Sangat sulit/hampir tidak mungkin mengidentifikasi perbedaan informasi antara QR Code satu dengan lainnya. Hal inilah yang bisa dimanfaatkan penjahat, termasuk dalam kasus stiker QRIS palsu yang ditempel di masjid.
Namun ancaman keamanan terhadap QR Code tak cuma itu. Pihak pengelola layanan pun bisa terancam serangan dalam bentuk injeksi perintah melalui QR Code, SQL injection dan Fraud.
Anda dapat melakukan beberapa tindakan pencegahan supaya tidak menjadi korban scam QR Code seperti:
- Gunakan pemindai QR Code yang memiliki fitur pengamanan sekuriti.
- Jangan mudah gatal dan sembarangan melakukan pemindaian QR Code.
- Pindai QR Code dengan pemindai generik dan analisa apakah alamat yang dituju cukup aman atau berpotensi membahayakan sebelum anda kunjungi.
- Periksa QR Code secara fisik, pastikan QR Code tersebut masih asli dan bukan ditutupi dengan QR Code lain dalam bentuk stiker.
Pihak regulator semestinya mengatur kategori pembuatan nama dalam QR Code, kalau untuk kategori penggalangan dana ada baiknya harus melalui proses verifikasi ketat dan QR Code tersebut memiliki tanda khusus yang mudah diidentifikasi oleh penyumbang dan sulit dipalsukan. QR Code pribadi harus bisa dibedakan secara fisik dengan QR Code lain seperti QR Code penggalangan dana atau QR Code perusahaan.
Simak Video "Detik-detik Penangkapan Pelaku Penipuan Barcode QRIS"
[Gambas:Video 20detik]
(asj/asj)