BRIN Riset AI Buat Kendaraan Listrik Sampai Pencarian Obat

Perkembangan dan kecanggihan Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan tak hanya milik negara-negara luar. Tanpa kita sadari, AI hadir dalam keseharian lewat berbagai produk dan layanan yang kita gunakan. Para peneliti Indonesia pun mengembangkan AI untuk bisa digunakan dalam banyak hal.
Peneliti Pusat Riset Kecerdasan Artifisial dan Keamanan Cyber dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Hilman Pardede menyebutkan, BRIN memberi perhatian cukup besar pada pengembangan AI. Hal ini terlihat dari sejumlah peserta riset yang penelitiannya sangat erat kaitannya dengan kecerdasan buatan. BRIN bahkan memfasilitasi semacam wadah khusus yang mereka sebut sebagai rumah program pengembangan big data dan AI, sehingga membuka peluang bagi para peneliti mengembangkan sistem berbasis AI dan data.
"Beberapa pusat riset itu mereka punya masalah yang ingin diselesaikan dengan AI, contohnya ada kerja sama dengan pusat riset yang terkait kelautan, pada prinsipnya mereka ingin mengembangkan sistem yang bisa mengukur kualitas air danau, dengan cara difoto (danaunya) lalu keluar hasil tentang kualitas air," kata Hilman saat live streaming Eureka! Edisi 'Bersekutu dengan AI', Senin (29/5/2023) malam.
"Ada juga yang terkait kesehatan, misalnya mempercepat pencarian kandidat obat dengan AI, jadi bisa semacam difilter dulu mana yang mungkin obat, mana yang tidak. Sehingga ketimbang kita harus meneliti 100 senyawa, mungkin kita hanya perlu meneliti 10," tambah Hilman memberi contoh lain.
Kesibukan Hilman sehari-hari juga berkutat di penelitian tentang AI untuk berbagai bidang. Di bidang otomotif misalnya, peneliti BRIN giat dalam pengembangan kendaraan listrik otonom agar bisa berjalan sendiri tanpa sopir. Lalu di bidang pertanian, para peneliti sedang berupaya mengembangkan sistem untuk mendeteksi penyakit tanaman, karena penyakit tanaman ini salah satu masalah yang cukup pelik di Indonesia.
Di bidang kesehatan, saat ini sedang berlangsung penelitian yang berusaha mendeteksi penyakit kanker berdasarkan data biomarker sebagai indikator apakah penyakit kankernya sudah mencapai fase mestastis atau belum dan mengecek apakah suatu pengobatan tertentu efektif atau tidak.
"Jadi di BRIN sendiri itu sangat banyak penelitian terkait AI karena memang banyak masalah yang mungkin sebenarnya akan lebih mudah diselesaikan kalau ada kontribusi AI di sana," sebut Hilman.
Kecerdasan buatan diprediksi akan terus berkembang, termasuk di Indonesia yang memiliki publikasi ilmiah terkait AI yang terhitung cukup banyak dan merupakan salah satu yang terbanyak di Asia Tenggara, menurut riset EDBI and Kearney.
Munculnya teknologi seperti mobil tanpa sopir, bantuan robot canggih, dan teknologi berbasis AI yang memungkinkan otomatisasi di berbagai bidang saat ini menunjukkan teknologi tersebut sudah tak asing dalam kehidupan kita.
Simak Video "Apakah benar AI Bisa Menggantikan Berbagai Profesi Manusia?"
[Gambas:Video 20detik]
(rns/fay)