• Home
  • Berita
  • AI Ibarat Google Translate, Dulu Jelek Lama-lama Makin Canggih

AI Ibarat Google Translate, Dulu Jelek Lama-lama Makin Canggih

Redaksi
May 31, 2023
AI Ibarat Google Translate, Dulu Jelek Lama-lama Makin Canggih
Jakarta -

Di bidang tertentu, implementasi Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan mungkin tak perlu menunggu canggih dulu baru diterapkan. Salah satu contohnya adalah layanan penerjemahan milik Google, yakni Google Translate.

"Kita bisa meniru Google. Dulu mesin translationnya itu kan ngaco penerjemahannya karena data yang dia punya masih tidak terlalu besar, tapi dia sudah pakai saja, sudah dia rilis sambil dia mengumpulkan data. Sekarang kita lihat translasi Google sudah jauh lebih baik dibanding dulu," kata Peneliti Pusat Riset Kecerdasan Artifisial dan Keamanan Cyber dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Hilman Pardede saat live streaming Eureka! Edisi 'Bersekutu dengan AI', Senin (29/5/2023) malam.

Hilman memberi contoh tersebut untuk memberikan gambaran bagaimana sistem deep learning dan machine learning sistem AI belajar dari data yang diberikan untuk mempercanggih kemampuannya. Meski deep learning hanya sebagian kecil dari metodologi cara kerja AI, pendekatan ini sangat dominan digunakan dalam pengembangan AI, terutama ketika mengembangkan sistem yang berbasis citra, teks, bahasa, dan audio.

"Umumnya yang pertama kita harus punya data, dan AI belajar dari data itu berdasarkan observasi, kemudian dia mengembangkan, mencari polanya untuk menggunakan itu sebagai dasar dalam pengambilan keputusan atau referensinya kira-kira begitu," jelas Hilman.

Dikatakannya, AI akan semakin baik kemampuannya jika datanya semakin banyak. Permasalahannya, kita tidak akan punya data yang banyak jika tidak kita perkenalkan layanan itu untuk coba dipakai pengguna, karena sama saja artinya kita mengumpulkan data dari mereka.

"Jadi mungkin itu bisa jadi salah satu strategi misalnya kalau sebuah institusi pengen menerapkan AI langsung dipakai saja tapi perlu diberi catatan bahwa sistem ini belum terlalu baik sehingga kalau orang mau pakai sekadar untuk fun misalnya. Tapi dengan demikian dia mengumpulkan data, dan data itu bisa dipakai untuk melatih sistemnya jadi makin bagus," jelasnya.

Tentu saja perlu waktu untuk membuat sebuah sistem AI memiliki kemampuan setidaknya mirip yang dikerjakan manusia. Perusahaan besar seperti Google, Microsoft, dan Facebook saja, kata Hilman, perlu waktu setidaknya 10 tahun untuk melatih AI mereka semakin pintar.

"Jadi itu contoh sederhana bahwa data itu dipakai untuk melatih sistem AI supaya dia semakin bagus, karena hanya itu saja strateginya. Kita butuh data untuk melatih sistem. Tanpa data yang banyak tidak akan berkembang kemampuannya. Semakin banyak data, semakin layanannya dipakai, sistemnya semakin bagus," sebutnya.



Simak Video "Apakah benar AI Bisa Menggantikan Berbagai Profesi Manusia?"
[Gambas:Video 20detik]
(rns/fay)
back to top