Bagaimana Gempa Bumi Terjadi? Ini Penjelasan Pakar

Gempa bumi adalah salah satu kejadian alam yang masih menyimpan misteri. Meskipun sudah banyak yang memahami kejadian gempa, masih ada beberapa bagian yang kita masih belum pahami dengan baik.
Hal ini disampaikan Dekan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB) Institut Teknologi Bandung (ITB), Dr. Irwan Meilano, S.T., M.Sc., dalam live Eureka! Edisi ke-14 'Bumi Patah', Senin (6/3).
"Riset gempa itu sudah sangat panjang. Salah satu konsep dasar yang menjelaskan gempa bumi itu dimulai pada tahun 1906 oleh seismolog Amerika H.F Reid," sebut Irwan.
Disebutkan Irwan, Reid menjelaskan teori Elastic Rebound, yakni gempa adalah proses pelepasan energi yang terkumpul melalui proses tektonik dalam jangka waktu panjang secara tiba-tiba.
Reid menyatakan bahwa gempa bumi merupakan gejala alam yang disebabkan oleh pelepasan energi regangan elastis batuan, yang disebabkan adanya deformasi batuan yang terjadi pada lapisan lithosfer.
Menariknya, konsep ini terinspirasi pada dua pengamatan kejadian gempa, yaitu di San Fransisco tahun 1906 dan di Tarutung, Sumatera Utara tahun 1892.
"Jadi sebetulnya Indonesia sudah punya jaringan pengamatan gempa yang sangat baik terutama di Sumatera sejak tahun 1800-an, mengingat data gempa di Tarutung menjadi cikal bakal dari konsep gempa bumi yang kita kenal sekarang," ungkap Irwan.
"Jadi menjawab pertanyaan apa itu gempa, gempa adalah proses pelepasan energi akibat akumulasi yang lama, kemudian lepas secara tiba-tiba," sebut pria berkacamata ini.
Gempa, menghasilkan gelombang yang dampaknya dirasakan sampai ke permukaan sehingga beberapa kejadian gempa bisa sangat merusak. Dampak yang dirasakan di permukaan tentunya akibat proses yang terjadi di dalam.
Gempa Vulkanik dan Tektonik
Secara umum, ada dua jenis gempa bumi, yakni gempa vulkanik dan tektonik. Meski sama-sama mengakibatkan goncangan, keduanya memiliki beberapa perbedaan.
Gempa vulkanik adalah gempa yang terjadi karena adanya aktivitas magma. Biasanya terjadi sesaat sebelum gunung api meletus. Peningkatan aktivitas vulkanik turut memengaruhi intensitas gempa vulkanik.
"Kalau gempa vulkanik itu biasanya terjadi pada saat magma kemudian naik ke atas kemudian terjadi gesekan antara magma yang hendak naik dengan batuan yang di atasnya kemudian akhirnya menghasilkan gempa bumi," terang Irwan.
Sedangkan gempa tektonik adalah jenis gempa yang diakibatkan oleh pergerakan lempeng kerak Bumi. Dua atau lebih lempeng yang bertemu bisa menyebabkan salah satu lempeng terkunci, sementara yang lain bergerak karena peningkatan tekanan. Akibatnya, terjadilah gempa tektonik. Gelombang energi yang dilepaskan dari kerak bumi menimbulkan getaran di lokasi gempa.
Pada gempa vulkanik, ukuran besar kecilnya gempa sangat dipengaruhi oleh aktivitas vulkanik. Sedangkan gempa tektonik dipengaruhi oleh pergeseran lempeng.
"Biasanya gempa vulkanik itu skalanya tidak lebih besar daripada 3 (magnitudo). Biasanya 2 atau 1 koma sekian. Kalau gempa tektonik dari mulai yang kecil sampai yang kita paham salah satu gempa yang besar sampai skala 9,17 misalnya di Aceh, itu akibat proses tektonik yang lebih lama waktunya," simpulnya.
Simak Video "Bumi Patah"
[Gambas:Video 20detik]
(rns/rns)