• Home
  • Berita
  • Aneka Mitos Gerhana Bulan yang Ada di Dunia

Aneka Mitos Gerhana Bulan yang Ada di Dunia

Redaksi
Nov 07, 2022
Aneka Mitos Gerhana Bulan yang Ada di Dunia

Gerhana Bulan total akan dinikmati warga Indonesia Selasa, 8 November 2022 besok. Inilah aneka mitos gerhana Bulan di berbagai belahan dunia.

Mitos tersebut mulai dari yang seram, hingga yang tak masuk akal. Yah, namanya juga mitos. Dikutip dari National Geographic, Senin (7/11/2022) di bawah ini adalah beberapa mitos tentang gerhana Bulan.

1. Suku Inca melolong ke Bulan

Suku Inca punya mitos soal gerhana bulan. Menurut David Dearborn, ilmuwan di Lawrence Livermore National Laboratory di California, mitos itu cukup mengerikan.

Jadi, Suku Inca percaya mitos seekor jaguar yang menyerang dan memakan Bulan saat gerhana. Serangan kucing besar itu menjelaskan warna karatan atau merah darah yang sering terjadi pada Bulan saat terjadi gerhana Bulan total.

Suku Inca takut setelah menyerang Bulan, jaguar akan menabrak Bumi untuk memakan orang, kata Dearborn. Untuk mencegahnya, mereka akan mencoba mengusir predator tersebut dengan mengibaskan tombak ke Bulan dan membuat banyak suara, termasuk memukuli anjing mereka untuk membuat mereka melolong dan menggonggong.

2. Menyembuhkan Bulan

Mitos gerhana dari suku asli Amerika yaitu Hupa, dari California Utara cukup seru juga. Hupa percaya Bulan memiliki 20 istri dan banyak hewan peliharaan.

Sebagian besar hewan peliharaan itu adalah singa gunung dan ular, dan ketika Bulan tidak memberi mereka cukup makanan untuk dimakan, mereka menyerang dan membuatnya berdarah. Gerhana akan berakhir ketika istri Bulan datang untuk melindunginya, mengumpulkan darahnya dan memulihkan kesehatannya. Demikian penjelasan EC Krupp, Direktur Griffith Observatory, Los Angeles.

Bagi Suku Luiseño di California selatan, gerhana menandakan bahwa Bulan sedang sakit. Maka, sudah menjadi tugas anggota suku untuk menyanyikan nyanyian atau doa agar sehat kembali.

3. Matahari dan Bulan bertengkar hebat

Suku Batammaliba di Togo dan Benin juga punya mitos gerhana Bulan total. Jarita Holbrook, astronom budaya di University of Western Cape, Bellville, Afrika Selatan, mengatakan mitos Suku Batammaliba adalah mereka percaya Matahari dan Bulan bertengkar.

Dalam mitos ini, Matahari dan Bulan bertempur saat gerhana. Oleh karena itu orang-orang harus mendorong mereka untuk berhenti.

"Mereka melihatnya sebagai waktu untuk bersatu dan menyelesaikan perselisihan dan kemarahan yang sudah berlangsung lama. Itu mitos yang bertahan sampai hari ini," pungkas Holbrook.

4. Raja pengganti di Mesopotamia kuno

Orang Mesopotamia kuno juga melihat gerhana Bulan sebagai serangan di Bulan, menurut penjelasan EC Krupp, Direktur Griffith Observatory, Los Angeles. Tapi dalam cerita mereka, penyerangnya adalah tujuh iblis.

Budaya tradisional menghubungkan apa yang terjadi di langit dengan keadaan di Bumi. Karena raja mewakili Bumi dalam budaya Mesopotamia, orang-orang memandang gerhana Bulan sebagai serangan terhadap raja mereka.

"Kami tahu dari catatan tertulis (bahwa Mesopotamia) memiliki kemampuan yang wajar untuk memprediksi gerhana Bulan," jelasnya. Jadi untuk mengantisipasi gerhana, mereka akan memasang raja pengganti yang dimaksudkan untuk menanggung beban serangan apa pun.

"Biasanya, orang yang dideklarasikan menjadi raja adalah orang yang 'bisa' dibuang," ujar Krupp.

Meskipun penggantinya tidak benar-benar berkuasa, dia akan diperlakukan dengan baik selama periode gerhana, sementara raja yang sebenarnya menyamar sebagai warga negara biasa. Setelah gerhana berlalu, biasanya raja pengganti ini akan menghilang. Mungkin mati karena keracunan.

back to top