Ada Jutaan Bopeng Misterius di Dasar Laut, Ternyata Ini Penyebabnya
Dasar laut dunia dipenuhi jutaan bopeng misterius. Para ilmuwan umumnya berpendapat bahwa lubang-lubang kecil ini terbentuk oleh cairan atau gas metana yang bocor dari kedalaman sedimen Bumi. Namun sebuah studi baru mengemukakan gagasan bahwa lubang-lubang tersebut diciptakan oleh kehidupan.
Adapun kehidupan di dasar laut tidak hanya terkait organisme mikroskopis atau kerang-kerangan kecil, tetapi juga mamalia laut yang lapar dan nafsu makan mereka terhadap ikan yang hidup di dasar laut.
Para ilmuwan di Kiel University di Jerman, mempelajari kawah seukuran kue di dasar laut Laut Utara, dan memperkirakan terdapat lebih dari 40 ribu bopeng.
Penelitian mereka menunjukkan bahwa bopeng-bopeng ini diciptakan oleh vertebrata besar yang mencari mangsa di dasar laut. Seperti yang mereka jelaskan di makalah, feeding pit awal berfungsi sebagai inti dan akhirnya berkembang menjadi lubang yang lebih besar.
Dalam kasus Laut Utara, mereka berpendapat bahwa tersangka yang paling mungkin menciptakan bopeng ini adalah lumba-lumba pelabuhan yang sedang berburu belut pasir. Namun, lebih jauh lagi di lautan lain di dunia, bopeng kemungkinan besar disebabkan oleh interaksi serupa antara hewan vertebrata.
"Hasil kami menunjukkan untuk pertama kalinya bahwa depresi ini terjadi sehubungan langsung dengan habitat dan perilaku lumba-lumba dan belut pasir dan tidak terbentuk oleh naiknya cairan," kata Dr Jens Schneider von Deimling, penulis utama studi dan ahli geosains di Kiel University, dikutip dari IFL Science.
"Data resolusi tinggi kami memberikan interpretasi baru terhadap pembentukan puluhan ribu lubang di dasar laut Laut Utara, dan kami memperkirakan bahwa mekanisme yang mendasarinya terjadi secara global, namun hingga saat ini masih diawasi," tambah Schneider von Deimling.
Untuk mencapai kesimpulan ini, tim mengumpulkan data echosounder baru dan menggabungkannya dengan informasi tentang biologi perilaku, oseanografi fisik, penginderaan jauh satelit, dan pemetaan habitat.
Penelitian ini tidak menemukan bukti jelas adanya kebocoran gas, namun terungkap bahwa lokasi yang berpotensi menjadi tempat makan lumba-lumba sejajar dengan lokasi lubang tersebut. Hal ini juga dipadukan dengan pengamatan perilaku lainnya tentang kehidupan dan pola makan lumba-lumba.
"Dari analisis isi perut lumba-lumba yang terdampar, kami mengetahui bahwa belut pasir merupakan sumber makanan penting bagi populasi Laut Utara," jelas Dr Anita Gilles dari TiHo-Institute for Terrestrial and Aquatic Wildlife Research di Büsum.
Pesut pelabuhan adalah hewan cetacea bergigi yang relatif kecil dan banyak terdapat di lepas pantai Jerman di Laut Utara. Meskipun diketahui bahwa mereka senang memakan ikan yang hidup di dasar laut, perilaku mencari makan mereka belum terlihat di alam liar. Studi ini, kata para peneliti, dapat membantu menjelaskan bagaimana mereka menemukan dan memangsa mangsanya.
Spesies cetacea pemberani ini hanya ditemukan di perairan pantai Atlantik Utara, Pasifik Utara, dan Laut Hitam yang lebih sejuk.
Lalu apa dampaknya terhadap jutaan bopeng dasar laut di seluruh dunia? Para peneliti berspekulasi bahwa beberapa pemburu dasar laut lainnya mungkin bertanggung jawab, baik itu paus abu-abu dan lumba-lumba hidung botol, atau anjing laut pelabuhan dan walrus.
Jika kesimpulan ini benar, penelitian ini memberikan alasan bagus lainnya mengapa kita harus melindungi dasar laut dan berhati-hati dalam menempatkan ladang angin (wind farm) lepas pantai dan lokasi kita menambang mineral langka.
"Hasil penelitian kami memiliki implikasi yang luas dari sudut pandang geologi dan biologi. Hasil ini dapat membantu menilai risiko ekologis yang terkait dengan perluasan energi terbarukan di sektor lepas pantai dan dengan demikian meningkatkan perlindungan lingkungan laut," simpul Schneider von Deimling.
Simak Video "Kereta Bawah Laut, Mungkinkah di Indonesia?"
[Gambas:Video 20detik]
(rns/rns)