• Home
  • Berita
  • 5 Fakta Starlink Mau Masuk (Lagi) ke Indonesia, Ancaman atau Peluang?

5 Fakta Starlink Mau Masuk (Lagi) ke Indonesia, Ancaman atau Peluang?

Redaksi
Sep 11, 2023
5 Fakta Starlink Mau Masuk (Lagi) ke Indonesia, Ancaman atau Peluang?
Jakarta -

Satelit internet Starlink milik Elon Musk dikabarkan sedikit lagi akan menyediakan akses internet murah di Indonesia Timur. Berikut ada lima fakta-fakta terkait Starlink akan kembali masuk ke Indonesia.

Dengan geografis Indonesia yang berbentuk kepulauan dan lautan yang membentang luas, pembangunan infrastruktur telekomunikasi di luar Pulau Jawa menjadi tantangan tersendiri, begitu yang di alami wilayah timur Indonesia.

Penggelaran infrastruktur lewat daratan akan menelan biaya besar dan itu pun tidak menguntungkan secara bisnis. Layanan internet berbasis satelit menjadi jawabannya.

Pemerintah Indonesia menilai Starlink memungkinkan mengatasi persoalan kesenjangan akses internet di daerah pelosok. Namun kedatangan Starlink yang dikabarkan akan menyediakan akses internet ke masyarakat tanah air turut menimbulkan polemik.

1. Luhut Minta ke Elon Musk

Pada Agustus lalu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan telah melakukan pertemuan dengan Elon Musk di Amerika Serikat.

Dalam pertemuan itu, Luhut berdiskusi terkait ketertarikan Musk membangun jaringan internet murah di Indonesia.

"Kami juga berdiskusi terkait ketertarikan Elon untuk bekerjasama membangun jaringan internet murah di timur Indonesia lewat satelit Starlink-nya yang populer itu," ujar Luhut dalam postingan akun Instagram miliknya.

"Saya sampaikan bahwa manfaat yang ditimbulkan jika Starlink beroperasi di Indonesia amat besar, misalnya; infrastruktur kesehatan seperti akses internet di puskesmas daerah terpencil bisa membantu tenaga kesehatan melaporkan data-data faskes secara real time," tuturnya.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin telah meminta Elon Musk untuk menyediakan akses internet untuk Puskesmas di daerah Terpencil, Terdepan, dan Terluar (3T). Pertemuan tersebut masih dalam bentuk penjajakan.

Tercatat saat ini masih ada sekitar 2.200 Puskesmas dengan 11.100 Puskesmas Pembantu yang belum memiliki akses internet. Peningkatan akses internet ini diharapkan dapat membuka akses pelayanan yang lebih baik pada masyarakat.


2. Dua Perusahaan Pakai Starlink

Tercatat dua perusahaan telekomunikasi menggunakan teknologi Starlink untuk menyediakan akses internet di Indonesia, yaitu Telkom melalui Telkomsat dan Smartfren.

Starlink tidak langsung jualan layanan internet mereka ke masyarakat Indonesia, melainkan melalui skema business to business (B2B) yang dilakukannya bersama Telkomsat dan Smartfren.


3. Satelit Satria-1

Pemerintah Indonesia baru saja meluncurkan Satelit Republik Indonesia atau Satria-1 pada pertengahan Juni kemarin di Cape Canaveral, Amerika Serikat. Satelit itu saat ini sedang menuju slot orbit 146 derajat Bujut Timur dan ditargetkan beroperasi awal 2024.

Proyek satelit Satria-1 dirancang untuk mengatasi ketersediaan akses internet bagi fasilitas layanan publik, seperti sekolah, puskesmas, pemerintah daerah, hingga keamanan TNI-Polri di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T),

Secara fungsi, satelit Satria-1 dan Starlink sama-sama dapat memberikan akses internet untuk wilayah pelosok tanah air. Hanya saja bicara latensi, Satria-1 yang merupakan satelit Geostationary Earth Orbit (GEO) memang lebih lambat dibandingkan Starlink yang berjenis satelit Low Earth Orbit (LEO).

Halaman berikutnya Starlink ancaman operator lokal dan Elon Musk datang ke Indonesia


4. Ancaman Operator Seluler

Presiden Direktur & CEO XL Axiata Dian Siswarini mengkhawatirkan kehadiran Starlink. Sebab, adanya Starlink bisa mengganggu keberlangsungan bisnis operator.

Sementara itu, Director & Chief Business Officer Indosat Ooredoo Hutchison Muhammad Danny Buldansyah mengatakan dengan kekuatan dana besar yang dimiliki pemain global bisa jadi ancaman bagi operator yang sudah lama menjalankan usaha di Indonesia.

Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik (Dirjen IKP) Kementerian Kominfo, Usman Kansong, perusahaan telekomunikasi asing yang akan menjalankan usahanya di Indonesia harus bekerjasama dengan operator lokal.

Begitu juga jika satelit Satria-1 jika penggunaan Starlink dimanfaatkan Pemerintah Indonesia, Kominfo mengungkapkan nasibnya.

"Tidak (tumpang tindih). Satria-1 itu kapasitasnya 150 Gbps yang tadinya dipakai 150 ribu titik cuma nanti dapat 1 Mbps, jadi sekarang 50 ribu titik supaya dapat kapasitas 4 Mbps. Satria-1 nggak bisa cakup semua dan baru beroperasi Desember atau Januari mendatang," tuturnya.

"Jadi, Satria-1 itu belum bisa cover seluruh kebutuhan, baik puskesmas maupun layanan masyarakat lainnya. Nah, Starlink ini teknologi berbeda, jadi tidak tumpang tindih karena teknologinya berbeda, sama kayak kita pakai fiber optik tapi juga pakai microwave," sambungnya.


5. Elon Musk Sambangi Indonesia

Baru-baru ini Luhut mengungkapkan perkembangan teranyar soal Starlink di Indonesia. Itu seiring dengan akan datangnya Elon Musk ke Indonesia pada Oktober 2023.

"Saya pikir dia (Elon Musk) akan berada di sini, pada bulan Oktober nanti," ujar Luhut sebagaimana dikutip dari detikFinance dalam Bloomberg CEO Forum, di Fairmont Hotel, Jakarta, Rabu (6/9).

Luhut menegaskan terkait Tesla, untuk saat ini tidak akan berinvestasi dulu di Indonesia maupun negara manapun dalam membangun pabriknya. Sehingga, kedatangan Elon Musk ke Indonesia nantinya itu soal pengoperasian Starlink.

"Untuk mengecek Starlink (Oktober). Tesla seperti yang saya bilang tadi, mereka tidak akan invest di mana saja, bukan hanya di Indonesia. Jadi kalau di bilang di Malaysia, mereka hanya buka untuk jualan mobil Teslanya," terangnya.

Belum diketahui sampai saat ini skema bisnis Starlink terbaru yang akan dijalankan satelit konstelasi internet itu, apakah masih sama seperti sebelumnya berkolaborasi perusahaan telekomunikasi lokal atau justru menghadirkan akses internet langsung ke masyarakat.

(agt/fay)
back to top