TikTok Tambah Tools Baru Dukung Kesehatan Mental

Bulan Mei ditandai sebagai Mental Health Awareness Month atau Bulan Kesadaran Kesehatan Mental. TikTok turut berpartisipasi dengan mempromosikan kesejahteraan mental yang positif, memerangi stigma, dan memberikan dukungan kepada komunitas.
Beberapa upaya TikTok adalah termasuk mendonasikan USD 2 juta dalam bentuk kredit iklan kepada entitas untuk mendukung kesehatan mental termasuk National Alliance on Mental Health, American Foundation for Suicide Prevention, dan Alliance for Eating Disorders.
Untuk lebih mendukung inisiatif khusus ini, TikTok juga memberikan pelatihan kepada organisasi untuk membantu mereka berkomunikasi secara lebih efektif dengan komunitas mereka.
Selain mendukung organisasi kesehatan mental, TikTok juga membuat hub yang menyediakan kemudahan akses informasi kesejahteraan yang dapat diakses melalui tagar #mentalhealthawareness.
Di halaman tersebut, terdapat tautan dalam deskripsi yang mengarah ke halaman yang menyoroti pencipta kesehatan mental, alat untuk membantu memfilter kata kunci dan komentar tertentu, alat untuk membantu mengatur waktu layar, dan cara untuk terhubung dengan organisasi yang mendukung kesehatan mental.
Meskipun upaya ini memberikan gambaran positif secara keseluruhan, Namun TikTok nyatanya tidak selalu disukai publik dalam hal kesehatan mental.
Pasalnya ada kekhawatiran yang terus berkembang bahwa penggunaan platform berkontribusi negatif terhadap kesehatan mental, dengan beberapa politisi bahkan membuat perbandingan dengan obat Fentanyl ketika merujuk pada sifat adiktifnya.
Psikolog juga setuju bahwa algoritme platform tersebut sangat canggih dan sangat melekat dalam upaya untuk membuat kaum muda tetap terlibat dalam jangka waktu yang lebih lama menurut CNN seperti dilansir, Senin (23/5/2023).
"Banyak remaja menggambarkan pengalaman menggunakan TikTok dan berniat menghabiskan 15 menit lalu mereka menghabiskan dua jam atau lebih. Itu bermasalah karena semakin banyak waktu yang dihabiskan remaja di media sosial, semakin besar kemungkinan dia mengalami depresi. Dan itu terutama berlaku untuk penggunaan ekstrem, " ujar Dr Jean Twenge menjelaskan kepada CNN yang dikutip dari Simplepost.
Namun, harapannya adalah inisiatif yang lebih baru ini akan membantu mengimbangi beberapa efek negatif dari platform, membantu mengatur pengguna di jalur yang benar dalam hal kesehatan mental mereka.
Simak Video "Ini Alasan Indonesia Tak Ikut-ikutan Blokir TikTok Seperti AS"
[Gambas:Video 20detik]
(jsn/fay)