Startup Edutech JajJay Diguyur Rp 15,6M dari Jooble

Startup edutech JayJay mendapat kucuran dana segar sebesar USD 1 juta atau sekitar Rp 15,6 miliar dalam putaran pendanaan awal. Dana tersebut didapat dari Jooble.
"Kami percaya bahwa perusahaan seperti JayJay akan memungkinkan untuk mengubah kualitas hidup secara signifikan melalui pelatihan di bidang modern. Kami memahami tren ketenagakerjaan dan mengetahui bahwa Indonesia, dengan laju perkembangannya, dan memprediksi akan menjadi negara dengan kekurangan profesi terbesar di dunia digital pada tahun 2030," ujar Roman Prokofiev, co-founder Jooble.
Nama Jooble sudah tidak asing di telinga, mereka adalah situs pencari kerja terkemuka yang terdapat di 69 negara. Jooble cukup aktif di pasar Indonesia, hingga saat ini lebih dari 1 juta pengguna bulanan.
Kesepakatan pendanaan untuk JayJay sendiri menjadi bagian dari program Jooble Venture Lab. Investasi dari Jooble akan membantu JayJay mengembangkan bisnis dan memperluas jangkauan pemasaran.
Selain itu, perjanjian tersebut menjadikan Jooble berpartisipasi dalam modal JayJay. Tak hanya pendanaan, JayJay akan menerima dukungan dari Jooble dalam pemasaran dan teknologi, khususnya di bidang ilmu Data.
Melalui program pendanaan ini, JayJay berencana merekrut 50 pekerja dan memperluas jumlah kursus profesi menjadi 70 kelas. Ini akan memungkinkan siswa menerima pendidikan berkualitas yang dibutuhkan di pasar.
"Tujuan kami adalah untuk mengajar dan mempekerjakan 1.000.000 lulusan pada tahun 2025. Lulusan sekolah kami akan bekerja di perusahaan terbaik di Indonesia dan dunia. Untuk melakukan ini, bersamaan dengan peluncuran produk baru, kami mengembangkan jaringan mitra kami yang dengan senang hati akan mempekerjakan lulusan kami," ujar Vitalii Somka.
Sedikit informasi JayJay didirikan oleh Vitalii Somka dari Ukraina. saat ini menawarkan empat kursus online: Digital Marketing, UX Writing, QA Engineer, dan Digital Illustration.
Dalam waktu dekat Jay Jay akan meluncurkan Full Stack Developer, dan Desain Interior. Dalam 10 hingga 15 tahun ke depan, Vitalii Somka memprediksi jika layanan pendidikan konvensional akan tertantang dengan banyak halangan mulai dari tidak efektif, serta keterbatasan teknologi dan aksesibilitas.