Serangga Paling Mematikan Direkayasa untuk Suntik Vaksin ke Manusia

Ilmuwan telah berhasil mengubah salah satu serangga paling mematikan menjadi sistem pengiriman vaksin. Uji klinis sistem pemberian vaksin menggunakan nyamuk ini telah berlangsung di Inggris.
Menurut laporan yang telah dipublikasikan di Science Translational Medicine, para ilmuwan mampu memodifikasi parasit secara genetik untuk memberikan vaksin malaria melalui gigitan nyamuk.
Menggunakan nyamuk untuk pemberian vaksin adalah ide yang menarik. Di sisi lain, ide ini kedengarannya mengerikan, apalagi jika melihat foto-foto yang ditampilkan dalam laporan uji coba vaksin menggunakan nyamuk ini.
Seperti dikutip dari NPR, tampak dalam foto-foto itu, tangan penguji tampak bentol-bentol bahkan bengkak karena digigit ratusan kali.
Untuk mendapatkan efek yang diinginkan dari nyamuk yang memberikan vaksin, para ilmuwan memuatnya dengan parasit yang dimodifikasi secara genetik yang dikenal sebagai Plasmodium falciparum. Di masa lalu, para ilmuwan telah mencoba melakukan hal serupa. Namun, ini adalah pertama kalinya CRISPR (bagian dari DNA prokariota yang mengandung urutan dasar pendek, berulang) digunakan untuk mencapainya.
"Hasilnya pada dasarnya adalah kami menciptakan 1.000 'jarum suntik kecil' yang bisa terbang," kata seorang peneliti.
Dan berdasarkan foto-foto yang ditampilkan dalam laporan yang sama, memang terlihat seperti itu, salah satu gambar menunjukkan lengan peserta yang seluruhnya tertutup bekas gigitan nyamuk. Masalah terbesar dengan menggunakan nyamuk untuk memberikan vaksin malaria, adalah efektivitasnya.
Menurut hasil penelitian, 14 dari 26 peserta yang terkena malaria tertular penyakit tersebut. Artinya, sistem pemberian vaksin nyamuk hanya efektif sekitar 50%.
Tapi, itu tidak berarti eksperimen ini gagal, melainkan hanya butuh beberapa perbaikan. Penting juga untuk disadari bahwa para ilmuwan juga tidak bermaksud untuk melepaskan kawanan nyamuk yang dimodifikasi secara genetik ini.
Sebaliknya, mereka ingin menggunakan nyamuk untuk memberikan vaksin dengan cara yang lebih terkontrol. Para peneliti mengatakan, bahwa melepaskan sejumlah besar nyamuk ini adalah proposisi yang menarik.
Namun, hal itu akan menimbulkan pertanyaan yang sangat mendalam tentang persetujuan medis dan bioetika karena mereka tidak dapat mengontrol siapa yang diinokulasi dan terpapar.