• Home
  • Berita
  • Satelit Rawan Gangguan di Luar Angkasa, Mesti Ada Riset Khusus

Satelit Rawan Gangguan di Luar Angkasa, Mesti Ada Riset Khusus

Redaksi
May 29, 2024
Satelit Rawan Gangguan di Luar Angkasa, Mesti Ada Riset Khusus
Jakarta -

Gangguan pada satelit di luar angkasa bisa merepotkan karena hampir semua layanan manusia modern sangat bergantung pada operasional satelit. Lantas bagaimana mitigasi yang bisa dilakukan jika satelit rusak?

"Kalau satelit sudah diluncurkan memang sulit melakukan mitigasi, kita tidak bisa berbuat apa-apa di luar angkasa. Kita hanya bisa memantau dan memprediksi kira-kira kalau melewati daerah ini atau ada badai Matahari, berpotensi menganggu tidak?" kata Nizam Ahmad, Peneliti Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dalam live talkshow 'Mengenal Lebih Dekat Riset Gangguan Satelit di Antariksa' di kanal YouTube BRIN.

Disebutkan olehnya, Indonesia sudah pernah mengembangkan sistem informasi anomali satelit berisi basis data dari satelit yang pernah mengalami kerusakan beserta data partikel, magnetik, dan lain-lainnya. "Sejauh ini baru seperti itu mitigasinya," ujarnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nizam memaparkan, riset tentang gangguan satelit adalah dengan mencoba melakukan simulasi numerik berbasis komputasi. Satelit-satelit yang sudah mengalami kerusakan dibedah dan diteliti lebih lanjut.

"Kita coba bedah materialnya apa, geometrinya seperti apa, orbitnya seperti apa, kemudian kita coba trace back lingkungan antariksa ketika menyebabkan satelit itu rusak. Dari situ kita mencoba mereplika kondisinya pada satelit-satelit yang nanti berpotensi dikembangkan seperti itu," urainya.

ADVERTISEMENT

Nizam berharap, kelompok riset di BRIN tentang gangguan satelit bisa berkembang agar hasilnya bisa digunakan untuk memprediksi dan memitigasi satelit-satelit yang diluncurkan Indonesia. Hal ini juga berkaca dari pengembangan misi satelit di Indonesia yang menurutnya sudah sangat progresif.

Sejak masih bernama masih bernama Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Indonesia sudah mengembangkan satelit Low Earth Orbit (LEO) LAPAN A1, A2, A3 untuk observasi Bumi dan komunikasi singkat. Setelah berganti nama menjadi Organisasi Riset dan Penerbangan Antariksa (ORPA) BRIN, ada satelit LAPAN A4, A5 dan rencana pengembangan konstelasi satelit untuk komunikasi dan berbagai keperluan.

Nizam Ahmad Peneliti Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dalam live talkshow 'Mengenal Lebih Dekat Riset Gangguan Satelit di Antariksa' di kanal YouTube BRIN. Foto: Screenshot YouTube BRIN

"Kita sudah saatnya membuka diri mencoba menerobos antariksa karena rata-rata dunia sekarang sudah seperti itu. Kita mencoba membuat sesuatu yang bisa mempermudah kehidupan kita. Teman-teman di BRIN pun sangat giat melakukan pengembangan satelit jadi kita optimis ini sudah sangat progesif," paparnya.

Kunci pengembangan satelit menurutnya ada kemauan dan dukungan. Kemauan itu sudah sangat kuat dengan sejumlah pengembangan satelit yang sudah dilakukan sejak lama. Adapun dukungan dari pemerintah salah satunya dapat dilihat dari roadmap yang sudah ditetapkan untuk ORPA BRIN.

"Satelit-satelit yang dikembangkan BRIN terbukti andal, dari LAPAN A1, A2, A3, ada ganguan sedikit tapi berjalan sangat baik. Artinya kita bisa mengembangkan satelit yang andal. Jadi kita optimis asalkan kita didukung semua aspek," sebutnya.

Ia berpendapat, kemajuan itu harus terus berkembang, termasuk dari segi riset tentang gangguan satelit yang akan sangat berguna dalam mitigasi satelit rusak.

"Sangat tidak logis kita mengembangkan satelit, meluncurkan satelit, tapi tidak bisa memprediksi dan memitigasi jika terjadi sesuatu pada satelit yang diluncurkan," tegasnya.



Simak Video "Citra Satelit Sebelum dan Sesudah Banjir di Brasil yang Tewaskan 90 Orang"
[Gambas:Video 20detik]
(rns/fay)
back to top