Rusia Cari Puing Drone Amerika di Laut Hitam, Mau Ambil Apa?

Sepasang jet tempur Rusia mencegat drone MQ-9 Reaper milik milik Amerika Serikat di atas Laut Hitam. Drone canggih dan mahal itu akhirnya jatuh dan memicu ketegangan antara Rusia dan Amerika Serikat. Sebenarnya, apa informasi yang dimiliki drone pengintai sekaligus penyerang itu?
Fungsi utama MQ-9 Reaper adalah mengumpulkan informasi intelijen dan di saat yang sama bisa menyerang target sensitif dengan presisi. Ia bisa membawa rudal mematikan Hellfire sampai 16 unit. MQ-9 Reaper dapat terbang setinggi 15 kilometer dan mondar mandir di sekitar target incaran. Dua pilotnya berada di Amerika Serikat, aman dari bahaya.
Dikutip detikINET dari Scientific American, Senin (20/3/2023) MQ-9 kemungkinan melaporkan aktivitas maritim Rusia terkait perang di Ukraina ketika dicegat jet Su-27. Saat ini drone tenggelam di Laut Hitam, pihak Rusia mengklaim punya kemampuan untuk mengambil puing-puing drone itu.
Jika berhasil, bisa saja mereka mendapatkan informasi berharga tentang teknologinya atau hal lainnya di drone. Akan tetapi menurut pihak Amerika, tidak ada hal penting yang akan diperoleh Rusia dari MQ-9 yang celaka itu.
"Terkait hal sensitif, kami sudah melakukan langkah mitigasi sehingga kami cukup yakin apa yang tadinya ada value-nya sekarang sudah tidak ada," cetus Jenderal Mark Milley, Chairman Joint Chiefs of Staff. Jadi, kemungkinan AS bisa menonaktifkan atau menghancurkan teknologi drone itu dari jauh.
MQ-9 Reaper standar membawa apa yang disebut sistem penargetan multispektral dengan sejumlah sensor visual, khususnya sensor inframerah (IR) dan elektro optik (EO). Ia juga membawa radar Lynx untuk mendeteksi gerakan dan aktivitas di darat. Selain itu, Reaper memiliki struktur pembawa peralatan lain. Bergantung pada misi, alat itu dapat mendukung sensor tambahan atau bom dan misil.
Tapi MQ-9 yang jatuh di Laut Hitam itu tidak dipersenjatai dan hanya membawa perangkat sensor. "Apa yang mungkin didapat Rusia dari pemulihan tergantung pada apa yang dibawa di pesawat," kata David Deptula, mantan Letjen AU AS.
"Jika ada semacam sensor unik di dalamnya, itu akan menjadi satu hal. Mereka mungkin mendapat sesuatu yang belum pernah mereka ketahui sebelumnya. Tetapi jika dikonfigurasi dalam mode bisa, dengan sensor muatan EO/IR standar dan radar Lynx, maka tidak ada kerugian yang signifikan jika Rusia mendapatkannya," tambahnya.
Ini bukan pertama kalinya MQ-9 hancur. Pada 2017, Reaper ditembak jatuh di Yaman. Pada 2019 sebuah rudal menjatuhkan MQ-9 di Libya. Ada juga kerugian lain atas Suriah pada tahun 2020. "Bagian dari MQ-9 telah dieksploitasi dan dibagikan pada tahun-tahun sebelumnya," kata Deptula.
Militer AS sendiri juga memikirkan cara untuk mengambil kembali drone itu. Akan tetapi dipastikan usaha mencari puing-puing MQ-9 Reaper akan sangat sulit dan memerlukan teknologi tinggi. AS tentunya tahu pasti di mana drone itu berada, kabarnya di kedalaman sekitar 1.200 meter atau bahkan lebih.
Simak Video "Detik-detik Jet Tempur Rusia Tabrak Drone AS di Laut Hitam"
[Gambas:Video 20detik]
(fyk/fay)