Riset: Netizen Indonesia Tertarik Metaverse

Meski relatif masih berupa konsep, metaverse ternyata menarik minat banyak netizen, terutama netizen Indonesia.
Hal ini terungkap dalam laporan Social Media Trends 2023 yang dibuat oleh Talkwalker, perusahaan yang bergerak di bidang consumer intelligence dan deep listening, bersama dengan Khoros, pembuat software di sektor customer engagement digital.
Laporan Social Media Trends 2023 berjudul from insights to action: how to disrupt a disruptive consumer ini menyoroti tren-tren media sosial yang paling penting untuk diamati di tahun mendatang bagi brand, marketer (pelaku pemasaran), dan ahli PR.
Salah satu hal menarik dari laporan ini adalah temuan yang menyebut topik metaverse menjadi tren di kalangan pemirsa Asia Tenggara dengan lebih dari 5,9 juta percakapan yang direkam dari saluran media sosial sepanjang tahun lalu.
Indonesia mencatatkan jumlah mention dan engagement tertinggi di antara negara-negara yang dipantau, mencapai 60% dari seluruh percakapan, dan sepertiga dari engagement terkait topik ini. Filipina menempati urutan kedua dengan hampir 24% mention dan 29% engagement di seluruh Asia Tenggara.
Brand-brand yang ingin meluncurkan kampanye metaverse harus tetap berada dalam tren percakapan terbaru, dan memastikan realita baru ini terhubung dengan kebutuhan konsumen di dunia nyata.
Laporan ini juga menampilkan kontribusi dari 70+ pakar industri dan pemimpin industri di tingkat regional dan global, di antaranya Samit Malkani dari Google SEA and India, Ervin Ha dari YouGov, dan Tom Simpson dari Mobile Marketing Association (MMA) APAC.
Salah satu yang dibahas adalah pertumbuhan digital setelah pandemi dan naiknya biaya hidup mendorong meningkatnya permintaan produk dan layanan yang harganya lebih terjangkau. Konsumen semakin ingin mencoba saluran-saluran belanja baru seperti media sosial. Namun, beberapa negara lebih siap untuk mengadopsi perdagangan melalui media sosial dibandingkan negara-negara lain. Di Asia Tenggara, pandemi mendorong lebih banyak pembelanja online tahun lalu, dengan jumlah perdagangan elektronik (e-commerce) dan perdagangan melalui media sosial mencapai lebih dari 50% dari pembelian online pada tahun 2021, menurut data laporan M&C Saatchi Performance.
Tren ini akan mengalami akselerasi pada tahun 2023 dan seterusnya. Platform media sosial akan membuat pengalaman berbelanja di media sosial semakin mulus bagi konsumen.
"Para pelaku pemasaran saling kejar-kejaran dengan konsumen akibat perubahan lanskap digital yang sangat cepat. Ini terlihat jelas di kawasan Asia Pasifik yang beberapa negaranya merupakan basis populasi konsumen digital terbesar di dunia, dan memimpin dalam belanja online di dunia," kata David Low, CMO Talkwalker, dalam keterangan yang diterima detikINET, Rabu (16/11/2022).
"Di lingkungan baru ini, para pelaku pemasaran harus fokus membangun hubungan simbiosis melalui pemahaman yang lebih baik mengenai percakapan online dan mengambil aksi lebih cepat. Ini adalah pemahaman baru yang akan membantu brand menciptakan pengalaman berarti dan menjadi semakin dekat dengan konsumen mereka," tambahnya.