Review Lensa Sony FE 16-35mm f/4G PZ, Lensa Compact Kinerja Bagus

Untuk memenuhi kebutuhan konten kreator yang makin bertumbuh, Sony belakangan ini semakin memprioritaskan untuk merancang gear yang ditujukan untuk membuat konten foto-video.
Salah satu lensa yang semakin populer sat ini adalah lensa ultra lebar karena ideal untuk membuat konten yang ingin menunjukkan pemandangan yang luas dan vlogging. Lensa ultra lebar biasanya memiliki jarak fokal yang lebih besar dari 24mm.
Review Lensa Sony FE 16-35mm f/4G PZ. Foto: Dok. Enche tjin |
Review Lensa Sony FE 16-35mm f/4G PZ. Foto: Dok. Enche tjin |
Lensa Sony FE 16-35mm f/4G PZ ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Sebagai lensa FE, lensa ini mencakupi sensor full frame dan APS-C. Saat dipasang di APS-C, jarak fokalnya ekuivalen dengan 24-52mm. Ukurannya cukup pendek dan ringan, hanya 8.8cm dan 353 gram, tapi diameternya cukup besar yaitu 72mm.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lensa ini punya mekanisme PZ atau Power zoom, seperti lensa kit 16-50mm dan 28-50mm. Dengan tuas Power Zoom, kita bisa men-zoom in zoom out dengan mulus. Lensa ini bekerja dengan baik dengan kamera yang memiliki lever zoom.
Saat di zoom, lensa tidak memanjang/memendek. Ini merupakan hal yang bagus di mata saya. Lensa ini menggunakan teknologi XD linear motor, jadi saat autofokus senyap dan mulus.
Kita juga bisa mengatur zoom lensa lewat ring zoom. Aperture ring juga tersedia, yang mana kita bisa pilih dari f/4 sampai f/22 atau otomatis. Aperture ring ini bisa diatur clicky atau clickless. Kalau diatur Clickless kita bisa mengubah bukaan dengan mulus. Biasanya videografer lebih memilih clickless sedangkan fotografer clicky.
Review Lensa Sony FE 16-35mm f/4G PZ Foto: Dok. Enche tjin |
Di sebelah sisi lensa ada tuas AF/MF dan tombol function khas lensa Sony. Di sebelah kanan lensa terdapat tuas Iris Lock. Saat Iris di lock(dikunci) dan aperture ring berada di posisi A, kita bisa mengubah nilai aperture dari dial di kamera.
Sedangkan kalau Iris di lock di aperture tertentu, kita tidak akan bisa memutar ke A. Iris lock lumayan berguna supaya kita bukaan lensa tidak terputar tanpa sengaja ke posisi yang tidak diinginkan.
Untuk menguji kualitas lensa ini, saya memasangnya ke kamera Sony A7III untuk memotret alam perbukitan dan air terjun. Ketajamannya sangat baik dari tengah sampai tepi foto. Chromatic Aberration puna absen. Tapi saat kita arahkan kamera ke sumber cahaya secara langsung, bisa muncul sedikit flare.
18mm, f/16, ISO 100, 2.5 detik. Foto: Dok. Enche tjin |
27mm f/8, ISO 100, 1/80 detik. Foto: Dok. Enche tjin |
crop dari foto di atas. Foto: Dok. Enche tjin |
29mm f/8, ISO 100, 1/320. Foto: Dok. Enche tjin |
16mm, f/8, ISO 100, 1/125. Foto: Dok. Enche tjin |
crop dari foto di atas. Foto: Dok. Enche tjin |
17mm f/11, 0.4" Flare muncul saat mengarahkan lensa ke cahaya matahari. Foto: Dok. Enche tjin |
Selain untuk foto pemandangan, lensa ini juga ideal untuk merekam video seperti vlogging, karena cukup lebar dan bisa zoom jika kita membutuhkannya. Selain itu, lensa ini juga relatif compact dan ringan.
Kelemahan lensa ini terletak di bukaannya, yaitu f/4 yang termasuk sedang, dan tidak bisa fokus terlalu dekat, sekitar 24cm. Lumayan standar, tapi masih jauh dari lensa makro.
Selain itu, meskipun bukan lensa GM, harganya lumayan tinggi juga di Rp 18juta, hampir mirip dengan harga kamera full frame Sony.
35mm f/4, ISO 100 1/200. Foto: Dok. Enche tjin |
Crop dari foto di atas. Foto: Dok. Enche tjin |
Secara keseluruhan, performa lensa ini dan saya merekomendasikan lensa ini untuk yang traveler dan kreator yang senang lensa berukuran compact berkinerja bagus.
Simak Video "Kemeriahan Hari Terakhir Hub Space 2023"
[Gambas:Video 20detik]
(jsn/jsn)