Pencakar Langit Membelah Gurun Arab Saudi Dikritik Buruk Secara Matematis

Arab Saudi sedang membangun The Line, sebuah kota futuristik berwujud gedung pencakar langit yang dibangun di seberang gurun dekat Terusan Suez. Selain dikritik berdampak buruk terhadap lingkungan, desain kota ini juga disebut buruk secara matematis.
The Line menjadi bagian dari megaproyek kota futuristik Neom. Kita ini akan menampung 9 juta manusia dalam gedung pencakar langit dengan semua fasilitas yang dibutuhkan bisa diakses dalam waktu lima menit perjalanan.
Kota ini akan menggunakan kereta super cepat sebagai transportasi utama yang mengantar orang dari satu ujung ke ujung lainnya dalam waktu 20 menit.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat mengumumkan pembangunan The Line pada Juli 2022, Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS) menyebutkan pemerintah Arab Saudi berkomitmen pada revolusi peradaban yang mengutamakan manusia berdasarkan perubahan radikal dalam perencanaan kota.
Bangunan ini terdiri dari dua deretan gedung pencakar langit raksasa yang tak terputus dan terdapat ruang hidup di antara kedua gedung. The Line memiliki panjang 170 km, lebar 200 m, dan tinggi 500 m, lebih tinggi dari bangunan mana pun di Eropa, Afrika, dan Amerika Latin.
Namun dalam perkembangannya, pembangunan Neom menuai kritik, demikian pula dengan The Line. Sebuah penelitian terbaru menguraikan mengapa membangun kota dalam garis lurus membelah gurun adalah ide yang buruk.
The Line dibangun garis lurus, berwujud gedung pencakar langit yang membentang membelah gurun. Foto: NEOM |
Kota yang padat
Sembilan juta orang diperkirakan akan tinggal di sana, lebih banyak dibandingkan kota lain mana pun di Arab Saudi.
Hal ini berarti kepadatan penduduk sebesar 265 ribu orang per km persegi. Sebagai perbandingan, The Line akan 10 kali lebih padat dari Manhattan dan empat kali lebih padat dari distrik-distrik dalam Manila, yang saat ini diperkirakan merupakan lingkungan perkotaan terpadat di dunia.
"Bagaimana Anda dapat menarik begitu banyak orang di negara berukuran sedang masih belum diketahui," kata Rafael Prieto-Curiel, peneliti kota di Complexity Science Hub, dikutip dari Global Construction Review.
The Line terdiri dari dua deretan gedung pencakar langit raksasa yang tak terputus dan terdapat ruang hidup di antara kedua gedung. The Line memiliki panjang 170 km, lebar 200 m, dan tinggi 500 m, lebih tinggi dari bangunan mana pun di Eropa, Afrika, dan Amerika Latin. Foto: NEOM |
Perjalanan menghabiskan banyak waktu
Pertanyaan lebih lanjut muncul terkait mobilitas. "The Line adalah bentuk kota yang paling tidak efisien," kata Prieto-Curiel.
"Ada alasan mengapa umat manusia memiliki 50 ribu kota, dan semuanya berbentuk lingkaran," sambungnya.
Meskipun semua fasilitas yang ada di The Line disebut bisa dijangkau hanya dalam jarak lima menit, desain kota memanjang dari ujung ke ujung membuat bepergian akan menjadi tidak efisien, dan justru memaksa orang harus melakukan perjalanan jauh yang bisa menurunkan kualitas hidup mereka.
Jika kita memilih secara acak dua orang di The Line, jarak rata-rata mereka adalah 57 km. Sebagai perbandingan, di Johannesburg, salah satu kota terbesar di benua Afrika dan memiliki luas 50 kali lebih besar dari The Line, dua orang secara acak hanya berjarak 33 km.
Dengan asumsi jarak berjalan kaki adalah satu kilometer, hanya 1,2% populasi yang berada dalam jarak berjalan kaki satu sama lain. Hal ini menghambat mobilitas aktif sehingga masyarakat akan bergantung pada transportasi umum.
The Line rencananya akan menjadi kereta cepat sebagai tulang punggung transportasi umum. "Agar setiap orang dapat mencapai stasiun dengan berjalan kaki, setidaknya harus ada 86 stasiun," kata peneliti Complex Science Hub Dániel Kondor.
Akibatnya, kereta api menghabiskan banyak waktu di stasiun dan tidak akan mampu mencapai kecepatan perjalanan yang tinggi antara dua stasiun mana pun.
Oleh karena itu, menurut para peneliti, perjalanan diperkirakan memakan waktu rata-rata 60 menit, dan setidaknya 47% populasi akan menempuh perjalanan lebih lama lagi.
Bahkan dengan jalur ekspres tambahan, perolehannya terbatas karena diperlukan transfer tambahan. Dampaknya adalah orang-orang masih harus melakukan perjalanan lebih lama dibandingkan kota-kota besar lainnya, seperti Seoul, kota tempat 25 juta orang rata-rata melakukan perjalanan kurang dari 50 menit.
Fasad The Line dibuat berlapis kaca agar menyatu dengan sekitarnya. Namun hal ini dikhawatirkan para pemerhati lingkungan berisiko menyebabkan tabrakan burung saat bermigrasi. Foto: NEOM |
Disarankan diubah menjadi lingkaran
Tim peneliti dari Complexity Science Hub juga memiliki kekhawatiran mengenai konsumsi energi, karena bangunan yang lebih tinggi membutuhkan lebih banyak energi dibandingkan bangunan berukuran sedang yang lebih ramah lingkungan.
Tak sekadar menunjukkan masalah, mereka juga mengusulkan untuk memperbaiki situasi dengan mengubah desain The Line yang semula berupa garis membentang sesuai namanya, menjadi lingkaran (The Circle).
"Jika The Line diubah menjadi The Circle, dengan radius 3,3 km, jarak antara dua orang hanya akan menjadi 2,9 km, dan 24% populasi akan berada dalam jarak berjalan kaki satu sama lain," kata para peneliti.
Mereka menambahkan, sebagian besar mobilitas bisa bersifat aktif (berjalan kaki, bersepeda, naik bus atau sejenisnya), sehingga sistem kereta api kecepatan tinggi tidak diperlukan.
Tim mengakui bahwa membangun The Circle akan lebih menantang daripada The Line, namun jika ingin membangun megaproyek di gurun pasir, para ahli menyarankan ada baiknya Arab Saudi melakukan upaya ekstra untuk membuat kompleks tersebut layak huni bagi penduduknya.
"Sebagai alternatif, The Circle dapat memungkinkan konektivitas yang baik bahkan dengan kepadatan yang lebih rendah, sehingga menghindari kebutuhan akan gedung-gedung super tinggi," sebut peneliti.
Meski argumen dari peneliti Complex Science Hub tampak masuk akal, kemungkinan besar pendapat mereka sia-sia, karena pembangunan The Line telah dimulai dan terus berjalan. Mereka tidak peduli apakah membangun sebuah kota dalam garis lurus masuk akal secara matematis atau tidak.
Simak Video "Penjualan Smartwatch Dunia Naik 9 Persen di Q3 2023"
[Gambas:Video 20detik]
(rns/afr)