• Home
  • Berita
  • Negara-negara Ini Rawan Terdampak Gelombang Panas

Negara-negara Ini Rawan Terdampak Gelombang Panas

Redaksi
May 02, 2023
Negara-negara Ini Rawan Terdampak Gelombang Panas
Jakarta -

Gelombang panas yang berbahaya dan memecahkan rekor akan meningkat seiring dengan makin parahnya krisis iklim. Situasi ini akan sangat merusak negara dan wilayah yang paling tidak siap menghadapinya, demikian menurut sebuah studi terbaru.

Para ilmuwan menganalisis kumpulan data suhu selama lebih dari 60 tahun, serta model iklim, untuk menghitung kemungkinan terjadinya panas ekstrem yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan di mana hal ini mungkin terjadi.

Mereka mengidentifikasi Afghanistan, Papua Nugini, dan Amerika Tengah, termasuk Guatemala, Honduras, dan Nikaragua sebagai 'hot spot' atau titik panas terjadinya gelombang panas berisiko tinggi.

Daerah-daerah ini sangat rentan karena populasinya yang tumbuh cepat dan akses terbatas ke perawatan kesehatan dan pasokan energi, sehingga merusak ketahanan mereka terhadap suhu ekstrem, demikian menurut laporan yang diterbitkan di jurnal Nature Communications.

"Ada bukti di sana bahwa daerah-daerah itu mungkin akan mengalami gelombang panas yang besar dan mereka tidak siap untuk itu," kata Dann Mitchell, seorang profesor ilmu atmosfer di University of Bristol di Inggris dan rekan penulis studi, dikutip dari CNN.

Ancaman yang dihadapi Afghanistan sangat mencolok, kata Mitchell. Tidak hanya ada potensi tinggi untuk memecahkan rekor panas ekstrem, tetapi dampaknya akan semakin meningkat ditambah dengan kesulitan besar yang sudah dihadapi negara ini.

Afghanistan sedang berjuang dengan masalah sosial dan ekonomi yang mengerikan. Negara ini juga memiliki pertumbuhan populasi yang semakin terekspos terkait masalah sumber daya yang terbatas.

"Ketika gelombang panas yang sangat ekstrem akhirnya datang, maka akan segera ada banyak masalah," kata Mitchell.

Gelombang panas memiliki dampak negatif yang luas. Kondisi ini mengurangi kualitas udara, memperburuk kekeringan, meningkatkan risiko kebakaran hutan, dan dapat menyebabkan kerusakan infrastruktur.

Gelombang panas juga berdampak sangat merugikan kesehatan manusia, dan panas ekstrem adalah salah satu bencana alam paling mematikan. Serangan panas (heat stroke) atau kelelahan karena panas dapat memicu berbagai gejala berbahaya, antara lain sakit kepala, pusing, mual, dan kehilangan kesadaran.

Heat stroke adalah penyakit terkait panas yang paling serius, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat. Penyakit ini menyebabkan suhu tubuh meningkat hanya dalam hitungan menit, dan dapat menyebabkan cacat permanen bahkan kematian.

Beberapa daerah telah mengalami suhu yang belum pernah terjadi sebelumnya tahun ini. Pada bulan Maret, sebagian Argentina bergulat dengan suhu hingga 10 derajat Celcius di atas normal, sementara rekor suhu tinggi dipecahkan di sebagian besar Asia pada bulan April.

"Gelombang panas dan peristiwa cuaca ekstrem lainnya hanya akan menjadi lebih intens karena dunia terus membakar bahan bakar fosil," kata Friederike Otto, seorang ilmuwan iklim di Institut Perubahan Iklim Grantham di Imperial College London.

Tidak ada tempat yang aman, catat laporan tersebut, yang menemukan bahwa gelombang panas yang tidak masuk akal secara statistik terjadi antara tahun 1959 dan 2021 di sekitar 30% wilayah yang dinilai. Ini termasuk gelombang panas Pasifik Barat Laut 2021 , di mana rekor suhu tinggi tidak hanya dipecahkan tetapi juga hancur total, hingga menewaskan ratusan orang.

Di Lytton, British Columbia, suhu memuncak di bawah 50 derajat Celsius pada Juni 2021, memecahkan rekor sebelumnya hampir 5 derajat. Desa itu hampir hancur total oleh kebakaran hutan hanya beberapa hari kemudian.

Para ilmuwan menentukan bahwa peristiwa itu hampir tidak mungkin terjadi tanpa perubahan iklim. Beberapa bagian China, termasuk Beijing, dan negara-negara Eropa, seperti Jerman dan Belgia, juga menghadapi risiko tinggi, menurut laporan tersebut.

Jutaan orang yang tinggal di daerah berpenduduk padat ini dapat terkena dampak buruk gelombang panas, bahkan jika negara-negara tersebut lebih mungkin memiliki sumber daya untuk mengurangi beberapa dampak terburuk.

Laporan tersebut menyerukan kepada pemerintah di seluruh dunia untuk bersiap menghadapi peristiwa panas yang jauh melampaui rekor suhu saat ini, seperti menyiapkan pusat pendingin dan mengurangi jam kerja bagi mereka yang bekerja di luar.

"Ada banyak kebijakan yang dapat diterapkan pemerintah untuk menyelamatkan nyawa, termasuk mempersiapkan rencana pengelolaan gelombang panas, memastikan dan menguji penerapannya, memberi tahu publik tentang gelombang panas yang akan segera terjadi, dan melindungi orang yang rentan terhadap dampak gelombang panas," kata Otto.

"Peristiwa panas yang belum pernah terjadi sebelumnya menjadi lebih mungkin terjadi karena dunia terus membakar bahan bakar fosil," kata Lucas Vargas Zeppetello, seorang peneliti di Universitas Harvard, yang penelitiannya pada tahun 2022 menemukan bahwa tingkat panas berbahaya ditetapkan setidaknya tiga kali lipat di seluruh dunia pada akhir tahun.

"Menurut definisi, kita tidak tahu apa yang bisa terjadi jika populasi besar terpapar tekanan panas dan kelembapan yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata Vargas Zeppetello.

"Tetapi gelombang panas dalam beberapa dekade terakhir telah sangat mematikan dan ada penyebab serius yang menjadi kekhawatiran di masa depan," tutupnya.



Simak Video "BMKG Bantah Cuaca Terik di Indonesia Karena Gelombang Panas"
[Gambas:Video 20detik]
(rns/afr)
back to top