NASA Selidiki Riak Awan Misterius

Riak awan misterius muncul di langit. Badan antariksa Amerika NASA akan menyelidikinya.
NASA akan memulai misinya yakni menyelidiki riak awan misterius dengan mempelajari mengenai pusaran raksasa badai di atmosfer bagian atas, guna mengetahui pola cuaca yang berdampak pada seluruh planet.
Dilansir dari New York Post, Senin (20/3/2023) bahwa misi tersebut dinamai Vorticity Experiment (VortEx). VortEx siap meluncur dari Andøya Space Center di Kota Andenes, Norwegia Utara pada 17 dan 26 Maret 2023.
Menurut NASA, misi tersebut dilakukan guna mengetahui proses bagaimana angin pada ketinggian akan menghasilkan fenomena yang disebut dengan gelombang apung.
Gelombang Apung
Disebut gelombang apung karena merupakan gelombang besar dengan energi yang mampu mendorong perubahan ketika atmosfer bumi bersatu padu dengan ruang angkasa.
NASA menyebutkan bahwa gelombang tersebut dapat terjadi ketika ada gangguan atau hembusan yang secara tiba-tiba dapat mendorong udara yang semula lebih padat menuju ke atas wilayah yang mempunyai tekanan rendah. Dengan begitu, akan tercipta osilasi ketika atmosfer mencoba menyeimbangkan diri.
Osilasi tersebut berdampak pada gelombang yang dapat menjauh dan menyebar dari sumber gangguan.
"Mereka bisa datang dari badai yang mendekat, atau angin yang menghantam pegunungan dan dikirim ke atas," kata Gerald Lehmacher, peneliti utama VortEx dan profesor fisika Clemson University South Carolina.
Mereka juga bisa bergerak menuju atas dengan melewati lapisan atmosfer secara stabil ketika gelombang apung keluar. Hal itu dapat menghasilkan pusaran udara raksasa.
Pusaran tersebut sering disebut dengan vortisitas. Menurut NASA vortisitas dapat membentang ratusan kilometer sehingga tidak bisa diukur dan dipelajari dengan pendekatan konvensional. Oleh karena itu, VortEx dirancang guna mengukur vortisitas.
Cara Roket Mempelajari Vortisitas
Misi VortEx yang dilakukan NASA akan menggunakan empat roket dengan peluncuran dua sekaligus. Satu akan terbang tinggi, satu lagi akan terbang rendah dan diluncurkan dengan jarak beberapa menit.
NASA mengatakan bahwa roket penerbang tinggi akan mengukur angin dan juga akan mencapai puncaknya sekitar 360 kilometer. Sedangkan roket yang terbang rendah, akan mencapai ketinggian sekitar 140 kilometer dan juga akan mengukur kerapatan udara yang dapat mempengaruhi proses pembentukan vortisitas.
Roket tersebut akan melakukan pengukuran dalam selang beberapa menit sebelum menuju ke permukaan dan juga sebelum terjun ke Laut Norwegia.
*Artikel ini ditulis oleh Windi Yusnita peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
Simak Video "Penjelasan Ilmiah soal Awan UFO di Langit Turki"
[Gambas:Video 20detik]
(fay/fyk)