Misteri Perilaku Kanibalisme Terungkap
![Misteri Perilaku Kanibalisme Terungkap](https://arenagadget.id/assets/uploads/2023/05/misteri-perilaku-kanibalisme-terungkap-aligator-kanibal-1.jpeg)
Perilaku kanibalisme atau memakan spesiesnya sendiri, cukup umum di dunia hewan, dari amuba bersel tunggal hingga salamander. Ilmuwan merinci sejumlah alasan mengapa ada hewan yang memakan saudara bahkan induk dan anaknya sendiri.
Pertama, kanibalisme berisiko. Jika seekor hewan memiliki cakar dan gigi yang berbahaya, begitu juga rekannya. Belalang sembah betina terkenal karena gemar menggigit kepala pejantan yang jauh lebih kecil selama kawin. Tetapi mereka juga kadang-kadang berhadapan dengan betina yang serasi.
"Saya pernah melihat belalang sembah betina mengunyah kaki belalang yang lain, dan kemudian betina yang kehilangan kakinya entah bagaimana berhasil membunuh yang lain," kata Jay Rosenheim, ahli entomologi di University of California, Davis, Amerika Serikat, dikutip dari Science.org, Selasa (9/5/2023).
Dari perspektif penyakit, kanibalisme mengundang banyak patogen spesifik untuk inang. Jadi jika kanibal memakan rekan yang terinfeksi, ia berisiko terkena penyakit yang sama.
Salah satu contoh paling terkenal adalah penyebaran penyakit otak langka dan fatal yang disebut kuru yang melanda Suku Fore di Papua Nugini pada tahun 1950-an. Suku Fore mempraktikkan kehidupan kanibalisme oleh manusia.
Penyakit Kuru menyerang komunitas Fore yang melakukan ritual penguburan kanibal di mana keluarga memasak dan memakan daging, termasuk jaringan otak yang terkontaminasi, dari kerabat mereka yang telah meninggal. Setelah Fore menghentikan ritualnya, penyebaran penyakit kuru pun berhenti.
Terakhir, kanibalisme adalah cara yang buruk untuk mewariskan gen seseorang. "Dari perspektif evolusi, hal terakhir yang ingin Anda lakukan adalah memakan keturunan Anda," kata Rosenheim.
Itulah alasan utama serangga bermata besar membatasi ukuran populasinya dengan 'mengemil' keturunannya sendiri. Jika mereka tumbuh terlalu banyak, mereka menyimpan telur di semua tempat. Karena mereka tidak dapat mengenali telurnya sendiri, mereka akhirnya melahap induknya sendiri.
Meskipun kanibalisme dinilai kejam, kondisi tertentu tampaknya membuat perilaku berisiko itu bermanfaat pada hewan menurut Erica Wildy, ahli ekologi di California State University, East Bay, Amerika Serikat.
"Bahkan jika hewan memakan teman atau keturunannya, jika mereka kelaparan, mereka harus melindungi kelangsungan hidupnya," ujarnya.
Wildy menemukan bahwa rasa lapar membuat larva salamander berjari panjang lebih mungkin untuk saling menggigit dan kadang-kadang memakan satu sama lain.
Dalam ulasan mereka, Rosenheim dan rekan-rekannya menunjukkan hormon tertentu, yakni oktopamin pada invertebrata dan epinefrin pada vertebrata, tampaknya terkait dengan tingkat kanibalisme.
Saat kondisi menjadi padat dan makanan menjadi langka, jumlah hormon ini melonjak dan hewan bisa menyerang apapun yang bisa mereka rebut dengan rahang, kaki, atau penjepit.
Studi ini juga menyoroti bagaimana kondisi tertentu membuat beberapa amfibi muda seperti salamander macan dan kodok spadefoot berubah menjadi superkanibal.
Ketika sebuah kolam penuh dengan larva, beberapa kecebong bertransisi menjadi 'morf kanibal' dengan menggembung dan menumbuhkan rahang menganga bertabur taring semu. Morf kanibal serupa muncul pada tungau, ikan, bahkan lalat buah yang larva kanibalnya 20% dipersenjatai oleh gigi lebih banyak di pengait mulutnya.
Makhluk lain, seperti kodok tebu yang sangat invasif, melakukan pendekatan sebaliknya. Ketika kanibal lapar mengintai, larva kodok yang rentan mempercepat pertumbuhan dan perkembangan mereka, menempel pada massa menjadi terlalu besar untuk diselimuti.
Dalam kebanyakan kasus di dunia hewan, hasil akhir dari kanibalisme yang merajalela adalah positif, yakni populasi yang sehat dan tidak padat. Karena alasan itu, Rosenheim menghindari pandangan kanibalisme sebagai hal yang biadab.
"Ketika kita memikirkan kanibalisme pada populasi manusia, hal itu memang biadab. Tapi kanibalisme terutama pada hewan, adalah salah satu kontributor utama untuk menyeimbangkan alam," tutupnya.
Simak Video "Harga Tiket Murah, Ragunan jadi Destinasi Favorit Warga pada Libur Lebaran"
[Gambas:Video 20detik]
(rns/fay)