Menyemai Bibit IoT: Penyelamat Bumi, Penunjang Ekonomi

Perubahan iklim itu nyata! Teknologi pun dipercaya dapat lebih bisa mengakselerasi misi dalam menyelamatkan Bumi, termasuk ekonomi. Salah satunya lewat digitalisasi konservasi mangrove.
Mangrove kerap disebut sebagai pagar alami. Kini, dengan mulai disemainya digitalisasi, habitat mangrove semakin memiliki peran penting dalam melindungi pantai dari erosi, badai, gelombang pasang hingga tangan usil manusia.
Akar-akar mangrove membantu menjaga kestabilan tanah di pesisir dan membantu mengendapkan sedimen. Selain itu, hutan mangrove juga menyediakan habitat bagi berbagai spesies hewan dan tumbuhan, termasuk burung, ikan, kepiting, dan biota lainnya.
Adalah Indosat Ooredoo Hutchison yang menjadi inisiator program 'Digitalisasi Konservasi Mangrove' di Tarakan, Kalimantan Utara ini.
Presiden Direktur & CEO Indosat Vikram Sinha mengatakan, inisiatif ini merupakan realisasi dari penandatanganan memorandum of understanding (MoU) Indosat dengan GSMA di sela event Mobile World Congress (MWC) di Barcelona, Februari lalu.
Adapun kenapa Tarakan yang dipilih, ini sejatinya setelah melalui berbagai pertimbangan. Salah satunya soal kesiapan ekosistem penunjang program ini. Maklum saja, Indosat tak bisa sendiri dalam merealisasi misi 'menyelamatkan bumi' ini. Namun turut menganut azas kolaborasi.
Selain GSMA, ada pula dukungan dari Kementerian Federal Jerman untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (BMZ), Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ), Universitas Borneo Tarakan, Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara, serta Pemda Sebatik Barat.
"Perubahan iklim itu nyata, bahkan telah menjadi perhatian global dan berdampak signifikan bagi kelestarian ekosistem makhluk hidup. Dan kita cuma bisa mengakselerasinya dengan teknologi," kata Vikram dalam sambutan yang dilakukan di Universitas Borneo Tarakan, Senin (22/5/2023).
Dijelaskan M. Djaya Bakri, Wakil Rektor III Universitas Borneo Tarakan, masyarakat di Tarakan masih banyak yang mengandalkan kehidupan dari tambak, baik dalam mengelola rumput laut, ikan hingga udang.
Hanya saja, pembukaan area tambak sebelumnya identik dengan cap negatif, yakni tidak lepas dari penebangan pohon mangrove sehingga berujung merusak lingkungan.
"Belum lagi penggunaan pupuk atau pakan berlebihan maka akan mempengaruhi kualitas air di tambak yang pada akhirnya menurunkan produksi petambak," lanjutnya.
"Harapannya dengan penggunaan teknologi ini memberikan informasi real time kepada pengguna sehingga bisa diketahui ada perubahan kadar air via (aplikasi) Android. Jadi tidak ditebang sembarangan," lanjut Djaya.
Head of Asia Pasific GSMA Julian Gorman menambahkan, teknologi seluler tak melulu soal bisnis namun juga bisa berperan dalam dalam mengatasi tantangan iklim global melalui digitalisasi yang ditanamkan lewat mangrove. "Jika sukses di Tarakan tentu saja bisa direplika di negara lain," imbuhnya.
Digitalisasi Mangrove Indosat Ooredoo Hutchison dan GSMA di Tarakan, Kalimantan Utara. Foto: Indosat Ooredoo Hutchison |
Caranya
Lantas bagaimana implementasi dari program ini? Pertama adalah pemetaan wilayah laut dan pesisir dengan menggunakan Open-source & Geospatial Mapping di wilayah pesisir dan laut Kalimantan Utara khususnya di Desa Setabu, Kecamatan Sebatik Barat.
Kegiatan ini akan melibatkan warga serta tokoh masyarakat sekitar dengan menggunakan aplikasi Qfiled yang dapat diperbarui secara berkala.
Dengan aplikasi Qfield tersebut, Indosat bersama GSMA, BMZ dan GIZ juga memberikan pelatihan pemetaan untuk memetakan area wilayah pesisir dan pantai, serta memproduksi digital map untuk kegiatan selanjutnya. Keberhasilan dari kegiatan ini dapat dimanfaatkan untuk disosialisasikan kepada pelaku usaha lain serta melindungi mangrove dalam jangka panjang.
Kegiatan kedua adalah memperkenalkan solusi digital berbasis Internet of Things (IoT) kepada para petambak udang lokal untuk memantau kadar air dalam tambak, khususnya yang berdekatan dengan wilayah tumbuh mangrove.
Tujuannya agar produktivitas tambak-tambak kecil meningkat serta menghindari mangrove dari
ancaman penebangan oleh para petambak besar.
A. Hamid, Sekda Tarakan melanjutkan, sebagai orang Aceh -- dirinya tahu betul soal manfaat mangrove sebagai benteng pertahanan pesisir dari ancaman tsunami. Ia pun berharap para anak muda bisa menjadi agen perubahan dalam konservasi mangrove.
"Mulai saja dulu dari keluarga, jelaskan ke orangtua kalian soal dampak menebang mangrove sembarangan, kalau perlu 'jewer' biar mengerti," kelakarnya di depan mahasiswa Universitas Borneo Tarakan.
Akhir kata, Hamid pun coba menekankan pesannya ini lewat gubahan pantun yang dibuatnya:
Ada besi ada tembaga
Pisang dimakan seekor kera
Jika mangrove tidak dijaga
Bencana datang tiada terkira
Simak Video "Berapa Kecepatan Layanan 5G Indosat di Bali?"
[Gambas:Video 20detik]
(ash/fyk)