• Home
  • Berita
  • Keunggulan Banjarbaru, Lokasi Stasiun Kendali Cadangan Satria-1

Keunggulan Banjarbaru, Lokasi Stasiun Kendali Cadangan Satria-1

Redaksi
Dec 13, 2023
Keunggulan Banjarbaru, Lokasi Stasiun Kendali Cadangan Satria-1
Jakarta -

Sekitar 2 km dari kantor Gubernur Kalimantan Selatan yang berlokasi di Kota Banjarbaru, berdiri sebuah bangunan yang mempunyai dua parabola besar. Bangunan ini adalah Stasiun Pengendali Bumi untuk Satelit Republik Indonesia (Satria-1).

Stasiun ini, bersama stasiun sejenis yang ada di Cikarang, Jawa Barat, menjadi pengendali Satria-1 yang berfungsi untuk memastikan satelit tersebut tetap berada di orbitnya, agar nantinya bisa melayani ketersediaan akses internet di pelosok tanah air.

Menurut Sri Sanggrama Aradea, Kepala Divisi Satelit Badan Aksesibilitas Komunikasi dan Informasi (Bakti) Kementerian Kominfo, stasiun Bumi yang ada di Ibu Kota Provinsi Kalimantan Selatan ini adalah pengendali cadangan untuk pengendali utama yang ada di Cikarang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Stasiun bumi di Banjarmasin adalah merupakan pengendali backup ya, yang berada di utamanya, berada di Cikarang," jelasnya saat diwawancara detikINET.

Stasiun Pengendali Satria-1 di Banjarbaru. Foto: Rachman Haryanto/detikcom

Banjarbaru, yang kini menjadi ibukota provinsi Kalimantan Selatan, memenuhi syarat tersendiri untuk menjadi lokasi stasiun pengendali. Berbeda dengan sembilan lokasi stasiun bumi lain yang hanya menjadi gateway untuk Satria-1.

Keunggulan Banjarbaru untuk menjadi lokasi stasiun pengendali ini dijelaskan oleh Adipratnia Satwika Asmady, Project Manager di PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN) untuk pembuatan Satria-1.

Perempuan yang akrab disapa Nia ini diwawancara detikcom di kantor PSN di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan. Menurutnya, alasan utama Banjarbaru dipilih sebagai stasiun pengendali cadangan untuk Satria-1 adalah ketersediaan infrastruktur fiber optik yang mumpuni.

"Ada beberapa faktor teknis dan non teknis. Salah satunya adalah ketersediaan infrastruktur fiberoptik yang memang sudah reliable antara Banjarmasin dan juga Jakarta dimana kita mempunyai stasiun bumi utama, pengendali satelit utama di Cikarang," jelas Nia.

Sambungan fiber optik mumpuni antara Banjarbaru dan Cikarang ini menjadi sangat penting, karena saat stasiun pengendali utama di Cikarang tak bisa beroperasi, kendalinya bisa dialihkan ke Banjarbaru.

"Jadi mereka membutuhkan link yang reliable apabila terjadinya kebutuhan untuk pengalihan pengendalian dari Cikarang ke Banjarmasin (Banjarbaru-red) atau Banjarmasin ke Cikarang," tambahnya.

Namun ada juga pertimbangan lain untuk memilih kota ini menjadi stasiun pengendali. Yaitu kota ini mempunyai keunggulan tersendiri dari segi logistik.

"Dan juga ada consideration non teknis seperti logistik dan juga memang Banjarmasin mempunyai sejarah menjadi kota dengan beberapa operator yang memiliki stasiun bumi juga di Banjarmasin," jelas Nia.

Saat sudah beroperasi penuh nanti, Satria-1 bisa menyalurkan sambungan internet dengan bandwidth hingga 150 Gbps, yang didapat dari 11 stasiun bumi yang menjadi gateway satelit tersebut. Hal inilah yang menurut Nia menjadi kehebatan utama Satria-1.

"Iya, salah satu yang membuat Satria ini sangat impresif adalah kapasitas yang sangat besar. Satelit Satria itu akan memiliki lebih dari 150 Gbps kapasitas throughput dan itu membutuhkan support dari ground segment yang memang lebih dari biasanya. Mungkin sebagai komparasi untuk satelit nasional Indonesia sampai sekarang masih belum ada yang melebihi kapasitas 15 Gbps," tutupnya.

Stasiun pengendali Satria-1 di Banjarbaru Foto: Rachman Haryanto/detikcom


Simak Video "Podcast Natuna: Membangun Jejak Budaya Lewat Suara"
[Gambas:Video 20detik]
(asj/fay)
back to top