Kenapa Hewan Bisa Prediksi Bencana Alam, Ini Penjelasannya

- Persepsi sensoris
- Penerimaan sensoris
- Persepsi suara
- Persepsi gelombang elektromagnetik
Banyak cerita soal perilaku hewan yang aneh menjelang terjadinya musibah. Inilah penjelasan apakah hewan memang bisa memprediksi bencana alam.
Diberitakan BBC seperti dilansir Senin (14/7/2025) mereka mengumpulkan sejumlah testimoni dari kejadian bencana alam di sejumlah negara. Saat Tsunami Aceh tahun 2004 menerjang Indonesia dan sejumlah negara ASEAN, ada cerita soal gajah-gajah mencari dataran tinggi, burung-burung meninggalkan habitat mereka dan anjing-anjing menolak pergi ke luar.
Di Bang Koey, Thailand, kerbau-kerbau berlarian ke atas bukit sebelum tsunami datang. Pada saat gempa Mentawai 2010, hewan-hewan juga sengaja berpindah tempat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
2 Hari sebelum gunung api meletus di negara Tonga pada Januari 2025, sekawanan kura-kura yang baru dilepaskan ke laut, tiba-tiba berbalik arah. Para peneliti pun berteori bahwa para binatang memiliki sistem peringatan dini secara biologis.
Dalam catatan sejarah, pada tahun 373 SM di Kota Helice, Yunani ada catatan dari sejarawan Yunani Thucydides. Tikus, anjing, ular dan musang meninggalkan kota sebelum gempa Bumi.
Dalam dunia modern, sebelum gempa Naples tahun 1805, lembu, domba, anjing dan angsa serentak melenguh, mengembik, menggonggong dan menyalak. Sementara kuda-kuda lari ketakutan sebelum gempa San Francisco tahun 1906.
Apa penjelasan soal kemampuan hewan mendeteksi bencana? Dr Drh Heri Setijanto dosen Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (IPB) dalam sebuah FGD yang dipublikasi situs resmi IPPB menyebutkan hewan memiliki ketajaman indera yang khusus seperti berikut:
Persepsi sensoris
Panca indera hewan memiliki ketajaman yang berbeda dengan manusia. Hal ini juga termasuk biosonar seperti kelelawar atau mendeteksi elektromagnet.
Penerimaan sensoris
Hewan memiliki impuls listrik dapat disampaikan ke otaknya. Ada lima reseptor yaitu: Chemoreceptors (kimia), Mechanoreceptors (rangsangan sensor fisik, Thermoreceptors (perubahan suhu), Nocicireceptors (merasakan sakit) dan Photoreceptor (menyerap cahaya).
Persepsi suara
Telinga manusia mampu menangkap frekuensi suara dalam rentang antara 20 Hz-20.000 Hz. Sementara hewan-hewan ada di antara 16-150.000 Hz. Gempa bumi memiliki gelombang infrasonik yang bisa didengar hewan-hewan misalnya saja paus biru, merpati atau alligator.
Persepsi gelombang elektromagnetik
Perubahan medan magnet dapat dirasakan oleh beberapa hewan seperti belut listrik dan hiu. Mereka memiliki sel-sel sensorik khusus (elektroreseptor) yang memungkinkan mereka untuk mendeteksi perubahan dalam medan elektromagnet di sekitar mereka.
Bencana alam mungkin akan mengirimkan sinyal sensoris, suara atau elektromagnetik. Hal ini membuat hewan-hewan bereaksi secara khusus. Namun kata Heru, masih butuh riset lebih dalam soal perilaku hewan terkait bencana alam.
Memprediksi bencana laman dengan melihat perubahan perilaku hewan sampai dengan saat ini masih menjadi pertentangan antara sains dan folklore yang berkembang di masyarakat. Perilaku abnormal pada hewan tidak selalu mencerminkan akan adanya bencana alam namun yang jelas mereka merasakan perubahan lingkungan.
Video: Suasana Naples Italia Setelah Diguncang Gempa, Warga Berhamburan di Jalan
Video: Suasana Naples Italia Setelah Diguncang Gempa, Warga Berhamburan di Jalan
(fay/fyk)