• Home
  • Berita
  • Jepang Tawarkan Ratusan Juta ke Warga yang Mau Keluar Tokyo

Jepang Tawarkan Ratusan Juta ke Warga yang Mau Keluar Tokyo

Redaksi
Mar 03, 2023
Jepang Tawarkan Ratusan Juta ke Warga yang Mau Keluar Tokyo

Jepang memang mengalami angka penurunan kelahiran yang cukup parah, akan tetapi ibu kota Tokyo masih begitu padat. Maka pemerintah Jepang menawarkan uang cukup besar bagi yang mau pindah dari Tokyo dan tinggal di pedesaan yang makin berkurang penduduknya.

Pemerintah akan menawarkan uang senilai 1 juta yen per anak atau sekitar Rp 111 juta, bagi keluarga yang mau meninggalkan Tokyo dan tinggal di wilayah lain setidaknya selama 5 tahun.

Uang itu adalah tambahan dari program sebelumnya yang diperkenalkan pada April 2022, di mana ada uang senilai USD 30 ribu atau sekitar Rp 450 juta, sebagai dukungan rekolasi. Karena jumlahnya besar, sebagian warga merasa tertarik walau ada juga yang ragu.

"Suamiku asalnya dari luar Tokyo, tapi karena pekerjaannya di sini, berat untuk pindah. Kantor pusatnya ada di Tokyo. Tidak realistis bagi kami untuk hidup di luar kota ini," kata Risa Kurokata, seorang warga Tokyo.

PBB menyebut Tokyo sebagai area urban terbesar di dunia, dengan 37 juta orang tinggal di dalam kota dan sekitarnya. Sekitar 30% populasi Jepang bermukim di sekitar area Tokyo. Tak pelak Tokyo sangat padat dan sesak.

Seperti dikutip detikINET dari CBC, hal ini menimbulkan beberapa kekhawatiran. Misalnya diprediksi akan ada gempa besar di Tokyo dalam 3 dekade ke depan, sehingga dicemaskan jatuh banyak korban.

Kemudian, eksodus anak muda dari area lain ke Tokyo yang merupakan pusat ekonomi, politik dan kebudayaan Jepang, membuat populasi di luar ibu kota terancam. Wilayah di pedesaan Jepang populasinya makin menua dan berkurang, bahkan terancam punah di masa mendatang.

Subisidi bagi mereka yang mau pindah dari Tokyo dipandang kurang efektif sebagai solusinya. Menurut Keisuke Kondo, periset dari Research Institute of Economy, Trade and Industry, permasalahannya adalah sistem tradisional perkantoran yang meminta pegawai datang ke kantor.

"Jika saja para perusahaan menawarkan sistem yang fleksibel, misalnya mengizinkan lebih banyak pegawai bekerja dari jarak jauh, para karyawan akan pindah keluar Tokyo," kata dia.

back to top