• Home
  • Berita
  • Ilmuwan: Turki dan Suriah Rawan Gempa, Perang Perburuk Keadaan

Ilmuwan: Turki dan Suriah Rawan Gempa, Perang Perburuk Keadaan

Redaksi
Feb 14, 2023
Ilmuwan: Turki dan Suriah Rawan Gempa, Perang Perburuk Keadaan

Ilmuwan menyebut bangunan di Turki dan Suriah rentan terhadap gempa bumi. Kerawanan ini diperburuk dengan kondisi perang.

Seperti diketahui, gempa berkekuatan 7,8 magnitudo melanda Turki tenggara dan sebagian Suriah pada dini hari tanggal 6 Februari. Bencana alam ini merenggut puluhan ribu nyawa dan ribuan lainnya terluka. Gempa diikuti oleh peristiwa berkekuatan 7,5 magnitudo sekitar 9 jam kemudian, serta lebih dari 200 gempa susulan. Gempa dahsyat ini telah meratakan bangunan.

Sebagian besar wilayah Turki terletak di lempeng Anatolia di antara dua patahan utama, yaitu Sesar Anatolia Utara dan Sesar Anatolia Timur. Lempeng tektonik yang membawa Arab, termasuk Suriah, bergerak ke utara dan bertabrakan dengan tepi selatan Eurasia, yang menekan Turki ke arah barat, kata David Rothery, ahli ilmu bumi di Universitas Terbuka di Milton Keynes, Inggris.

"Turki bergerak ke barat sekitar 2 cm per tahun di sepanjang Patahan Anatolia Timur. Separuh dari panjang patahan ini sekarang diterangi oleh gempa bumi," ujarnya seperti dikutip dari Nature, Selasa (14/2/2023).

"Orang-orang di Turki sangat menyadari kerentanan mereka terhadap gempa bumi. Ini bukan kejutan," kata Seyhun Puskulcu, seismolog dan koordinator Turkish Earthquake Foundation yang berbasis di Istanbul.

Pusat gempa utama berada 26 kilometer sebelah timur Kota Nurdaği di Provinsi Gaziantep Turki, pada kedalaman 17,9 kilometer. Peristiwa berkekuatan 7,5 terjadi sekitar 4 kilometer tenggara Ekinözü di Provinsi Kahramanmaraş.

Kematian akibat gempa sering disebabkan oleh runtuhnya bangunan dan tertimbun reruntuhan. Menurut US Geology Survey (USGS), banyak orang di Turki yang terkena dampak gempa bumi tinggal di struktur yang sangat mungkin rusak akibat guncangan bangunan bata tanpa tulang dan rangka beton bertingkat rendah.

Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan Maret lalu di Soil Dynamics and Earthquake Engineering, Arzu Arslan Kelam di Universitas Teknik Timur Tengah, Ankara, dan rekan-rekannya menyatakan bahwa pusat Kota Gaziantep akan mengalami kerusakan sedang hingga parah akibat gempa. Ini karena sebagian besar bangunan yang ada adalah struktur bata bertingkat rendah yang dibangun sangat berdekatan satu sama lain.

Pada tahun 1999, gempa berkekuatan 7,4 magnitudo melanda wilayah 11 kilometer tenggara Izmit, Turki, menewaskan lebih dari 17 ribu orang dan menyebabkan lebih dari 250 ribu kehilangan tempat tinggal.

"Setelah tragedi ini, pemerintah Turki memperkenalkan peraturan bangunan baru dan sistem asuransi wajib untuk gempa. Namun, banyak bangunan yang terkena dampak gempa pada 6 Februari lalu dibangun sebelum tahun 2000," kata Mustafa Erdik, seorang insinyur sipil di Universitas Boğaziçi, Turki.

Kondisinya menjadi lebih buruk di Suriah. Konflik selama lebih dari 11 tahun telah membuat standar bangunan tidak mungkin ditegakkan. Gempa melanda wilayah barat laut Suriah, dengan gedung-gedung runtuh di Aleppo dan Idlib.

"Beberapa bangunan yang rusak akibat perang di Suriah telah dibangun kembali menggunakan bahan berkualitas rendah atau bahan seadanya. Bangunan ini mungkin lebih mudah runtuh daripada yang dibangun dengan biaya yang sedikit lebih besar. Kami belum mengetahuinya," kata Rothery.

Para peneliti mengatakan, orang-orang perlu mempersiapkan diri untuk lebih banyak lagi gempa susulan, serta cuaca yang memburuk.

"Kemungkinan gempa susulan besar yang menyebabkan lebih banyak kerusakan akan berlanjut selama berminggu-minggu dan berbulan-bulan," kata Ilan Kelman, yang mempelajari bencana dan kesehatan di University College London.

"Prakiraan cuaca untuk wilayah ini bisa turun di bawah titik beku. Artinya, orang yang terjebak di reruntuhan, yang mungkin bisa diselamatkan, bisa mati kedinginan. Jadi bahaya ini berlanjut," tutupnya.

back to top