• Home
  • Berita
  • Duh, Penyakit Kuno Merebak Lagi di Amerika Serikat

Duh, Penyakit Kuno Merebak Lagi di Amerika Serikat

Redaksi
Sep 25, 2023
Duh, Penyakit Kuno Merebak Lagi di Amerika Serikat
Jakarta -

Di Amerika Serikat, sebuah penyakit kuno mendadak muncul lagi di sebagian wilayahnya. Penyakit itu dikenal dengan nama scurvy atau skorbut atau lebih dikenal dengan kudis.

Pada zaman dahulu, para bajak laut, penjelajah hingga pelaut mengalami penyakit ini. Saat itu, kudis masih misterius sehingga banyak yang meninggal dunia karena kondisinya tidak diobati dengan baik.

Melansir IFL Science, scurvy atau kudis adalah penyakit langka yang terjadi karena kekurangan vitamin C selama kurang lebih tiga bulan. Tubuh tidak bisa memproduksi vitamin C sehingga butuh mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gejala awal dari kudis antara lain kelelahan, mual, nyeri sendi hingga gusi membengkak, memar parah, kerusakan rambut, pendarahan di sendiri dan otot-otot. Pada anak-anak, ini bisa mempengaruhi tulang sehingga menyebabkan stunting. Untuk kasus yang parah, scurvy bisa menyebabkan pendarahan pada internal dan komplikasi lain sehingga bisa mengarah pada kematian.

Untungnya, kudis terbilang mudah untuk diobati. Anda hanya harus meningkatkan konsumsi vitamin C dalam diet sehari-hari.

Scurvy pertama kali didokumentasikan pada tahun 1550 SM oleh orang Mesir kuno. Namun, kejadian paling dikenal adalah yang menimpa para pelaut abad ke-18. Berada di laut dalam waktu yang lama membuat pelaut kekurangan buah-buahan segar dan sayuran untuk dimakan.

Selain pada pelaut, scurvy juga berdampak buruk pada Angkatan Laut Kerajaan Inggris. Faktanya, penyakit ini diperkirakan merupakan penyebab kematian terbesar di laut melebihi badai dahsyat, kapal karam, pertempuran, dan penyakit lainnya.

Saat ini, penyakit kudis banyak ditemui di negara-negara berkembang, di mana malnutrisi paling umum terjadi. Akan tetapi, penyakit ini tampaknya muncul kembali di negara-negara di mana masyarakatnya seharusnya memiliki akses terhadap banyak makanan kaya vitamin C. Ini disebabkan pola makan yang tidak sehat dengan absennya kebutuhan buah dan sayur yang harus dipenuhi.

Dokter Eric Churchill, yang berpraktik di Springfield, Massachusetts, menjelaskan bahwa timnya sendiri telah mendiagnosis antara 20 dan 30 kasus penyakit ini selama enam tahun terakhir.

"Banyak orang yang kesulitan membeli makanan cenderung memilih makanan yang tinggi lemak, berkalori tinggi, dan sangat mengenyangkan," kata Churchill dalam film dokumenter Vitamania.

"Jika Anda memiliki anggaran makanan yang terbatas, makanan itulah yang akan membuat Anda kenyang dan lebih memuaskan Anda daripada makan buah dan sayur," lanjutnya.

Oleh karena itu, mereka yang berstatus sosial-ekonomi rendah di negara-negara kaya adalah mereka yang terkena dampak penyakit gizi ini.



Simak Video " Ilmuwan Sebut Manusia Telah Mendorong Bumi ke Zona Bahaya 'Batas Planet'"
[Gambas:Video 20detik]
(ask/ask)
back to top