BRIN Cari Talenta Muda Bidang Penerbangan dan Antariksa, Kamu Tertarik?

Bidang penerbangan dan antariksa di Indonesia makin berkembang. Dalam rangka Hari Kebangkitan Teknologi Nasional ke-28 yang jatuh pada 10 Agustus nanti. Lembaga Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa (ORPA) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengumumkan bahwa mereka mencari lebih banyak anak-anak muda yang berminat di bidang ini, untuk direkrut. Tertarik?
Kepala ORPA BRIN Robertus Herus Triharjanto dalam talkshow Penerbangan dan Antariksa menyebutkan sumber daya manusia (SDM), merupakan inti dari organisasi, sehingga ORPA BRIN dengan bermacam cara melakukan optimalisasi SDM dan menumbuhkan minat generasi zaman sekarang untuk menjadi peneliti di bidang penerbangan dan antariksa
"Indonesia sudah bisa bikin satelit mikro 150 kg untuk keperluan observasi Bumi maupun komunikasi, kita sudah memproduksi satelit ketiga yang rencananya akan diluncurkan tahun depan, Indonesia juga sudah menggunakan citra satelit sejak tahun 80-an, sehingga penelitian-penelitian semacam ini harus terus dikembangkan karena banyak potensi Indonesia yang harus kita optimalkan, dengan negara seluas ini, melalui pemanfaatan penggunaan teknologi antariksa," jelasnya di Gedung BJ Habibi BRIN, Jakarta Pusat, Senin (7/8/2023).
Demikian pula di industri penerbangan, lanjutnya, berbagai riset dengan PT Dirgantara Indonesia harus terus dikembangkan dan berlanjut, mengingat Indonesia adalah negara kepulauan yang memerlukan pesawat sebagai moda transportasi yang efektif menjangkau berbagai wilayah di Indonesia.
"Sudah saatnya Indonesia tidak hanya menjadi konsumen, tetapi juga menjadi produsen dan bisa memenuhi kebutuhan kita sendiri. Kita akan terus meningkatkan (riset) sehingga memang kebutuhan SDM ke depan baik untuk riset maupun untuk ekosistem industrinya itu berjalan," sebutnya.
Heru juga mengingatkan, suatu saat sumber daya di Indonesia bisa menipis. Namun jika anak-anak muda Indonesia yang melakukannya, maka keuntungan dan nilai tambah dari pemenuhan kebutuhan di industri penerbangan dan antariksa akan berada dalam genggaman orang Indonesia.
"Pertama, marketnya ada. Kedua, kita perlu orang-orangnya ini, potensi yang besar. Populasi kita lebih besar anak-anak muda. Maka selanjutnya kita perlu didik mereka, supaya teman-teman muda, kalau ada challenge tolong buat sesuatu, mereka punya. Jadi value added-nya ke kita, mereka punya high value aded jobs," urainya.
Mengingat bahwa organisasi penelitian memang kuncinya adalah SDM, BRIN pun memiliki bermacam program peningkatan kapasitas. Misalnya, SDM periset ORPA akan ditingkatkan pendidikan formalnya, yang S1 menjadi S2, S2 menjadi S3, dan S3 menjadi profesor. Karena academic credential periset umumnya berbanding lurus dengan kualitas solusi yang bisa diberikan pada masalah-masalah nasional.
Ki-ka: Moderator Dede Firdaus, Assistant Profesor di International University Liaison Indonesia, Kepala ORPA BRIN Robertus Heru Triharjanto, Direktur Manajemen Talenta BRIN Raden Arthur Ario Lelono. ORPA BRIN. Foto: Rachmatunnisa |
Hadir di acara yang sama, Direktur Manajemen Talenta BRIN Raden Arthur Ario Lelono, menyebutkan bahwa Manajemen Talenta yang dipimpinnya tak hanya mengurus riset untuk periset yang ada di ORPA, melainkan untuk periset yang ada di seluruh Indonesia yang berminat di topik-topik bidang penelitian penerbangan dan antariksa.
"Kami memang diamanahi untuk me-manage talenta riset inovasi sejak dari awal. Kami bekerja sama dengan Kemendikbud Ristek, melakukan scouting pelajar tingkat SMP dan SMA melalui lomba-lomba karya tulis ilmiah, lalu ada program yaitu mereka bisa melakukan magang riset selama 6 bulan. Setelah itu, mereka bisa melanjutkan riset tugas akhir. Kenapa? Kami melihat talenta riset ini begitu pentingnya dalam meningkatkan ekosistem riset," terang Arthur.
Ketika mereka sudah menyelesaikan tugas akhir pun, lanjut Arthur, ORPA BRIN tak berhenti menawarkan program-program perekrutan talenta. Selesai tingkat S1, ORPA BRIN menyiapkan mereka program yang membantu mereka ke jenjang S2 dan S3 berbasis riset.
"Setelah selesai pun, setelah doktor, kita berikan fasilitas mobilitas periset. Penguatan itu penting karena setelah doktor, itu bukan akhir melainkan starting point untuk seorang periset melakukan pematangan risetnya. Kita berikan program postdoctoral, mengirim mereka ke luar (negeri) sebagai postdoctoral, join research visit. Sampai akhirnya, kita menggandeng juga teman-teman diaspora Indonesia. Mereka menjadi bagian dari program talenta research, menyiapkan grand design dalam konteks manajemen talenta riset dan inovasi nasional," jelasnya.
Simak Video "Peneliti BRIN yang 'Halalkan Darah Warga Muhammadiyah' Minta Maaf"
[Gambas:Video 20detik]
(rns/rns)